DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
21 December 2024

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Tarif Ojek Online Bikin Serba Salah Murah, Kasihan Abang Ojol Mahal, Kasihan Pelanggan –

5 min read

Keputusan Pemerintah mengerek tarif ojek online (ojol) dinilai tidak tepat dan belum mendesak. Saat ini, kondisi masyarakat sedang susah. Semua kebutuhan hidup rata-rata mengalami kenaikan harga.

Anggota Komisi V DPR Fraksi Partai Demokrat, Irwan, heran tarif ojol harus dinaikkan. Dia menyarankan, Pemerintah berdiskusi dulu dengan banyak pihak yang terdampak. Termasuk dengan Komisi V DPR.

“Sebaiknya dibatalkan dulu. Bisa dirapatkan dulu di Komisi V DPR,” kata Irwan.

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kembali mengerek tarif ojol melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 564 Tahun 2022 tentang pedo­man perhitungan biaya jasa penggunaan sepeda motor yang digunakan untuk kepentingan masyarakat yang dilakukan dengan aplikasi. Aturan tersebut akan resmi berlaku mulai 14 Agustus 2022.

Irwan menilai, problematika utama terkait ojol adalah payung hukum. Sebab, belum ada aturan terkait roda dua yang digunakan sebagai angkutan umum. Dia menegaskan, kenaikan tarif ojol tidak mendesak.

“Selama ini, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 juga belum mengatur tentang penggunaan kendaraan roda dua sebagai sarana transportasi umum untuk mengangkut penumpang maupun barang,” ungkapnya.

Irwan mempertanyakan untuk siapa kenaikan tarif ojol. Apalagi, saat ini kondisi masyarakat sedang susah karena kebutuhan hidup rata-rata mengalami kenaikan harga. Kenaikan tarif ojol bisa mengurangi jumlah penumpang.

Business Development Manager Maxim Indonesia, Imam Azhar Mutamad mengungkapkan, kenaikan tarif berpo­tensi mengurangi pemesanan. Di be­berapa lapisan masyarakat, tarif minimal dapat dikatakan tinggi.

“Kebijakan ini dapat dinilai kontradik­tif dengan upaya Pemerintah memulih­kan ekonomi, dan dapat membebankan masyarakat. Namun, kami tetap men­dukung dan tidak menentang kebijakan yang telah diputuskan,” kata Imam.

Netizen serba salah dengan naiknya tarif ojol. Kasihan pelanggan. Namun, kenaikan tarif juga diperlukan agar pendapatan driver ojol bertambah.

Akun @aimer_riska mengatakan, tarif ojol naik akan membuat pelang­gannya kembali menggunakan kend­araan pribadi. Dia mengaku, biasanya pesan ojol buat anak sekolah. Tapi, kalau tarif naik, mau anter sendiri saja pakai motor pribadi.

“Orderan jadi sepi, insentif nggak ada. Orang berpikir dua kali dan mulai berhitung kalau mau naik ojol. Karena ongkirnya mahal dan risiko di jalanan tinggi dengan beban target nggak manu­siawi,” tutur @_Candoel.

 

Akun @BukanPegawaiJP mengata­kan, keputusan Pemerintah menaikkan tarif ojol membuat kondisi serba salah. Tarif ojol murah, kasihan abang ojolnya. Begitu pun, tarif ojol mahal, kasihan customer.

“Kebayang kan gimana susah nyari titik tengahnya,” ujarnya.

Akun @FunJunkies prihatin dengan orang-orang yang biasa menggunakan ojol untuk berangkat ke kantor setiap hari. Dia memperhitungkan kenaikan budget harian sebagai dampak dari kenaikan tarif ojol.

“Pulang pergi jadi berapa,” tanya @ FunJunkies. “Sebagai mahasiswa yang ngandelin transportasi online, saya ke­beratan banget,” kata @t.o.n.o.z.

“Ini tarif ojol semakin mahal. Mohon maaf saya sudah habis uangnya. Ini auto nggak bisa ngajar dah, wong saya berang­kat naik ojol,” timpal @biucityx.

Sementara, @TanHuiMeng mendukung kenaikan tarif ojol. Ini akan berdampak positif terhadap pendapatan driver ojol. “Kalau berpendapat boleh, tapi pahami juga dong perasaan pengemudi online,” katanya.

Driver ojol dengan akun @Apaadanya menegaskan, yang dibutuhkan sekarang bukan kenaikan tarif, tapi penguran­gan potongan komisi oleh aplikator. “Komponen tersebut yang paling besar dan menentukan buat ojol dan driver,” ungkapnya.

“Yang penting itu persentase buat driver ojol 99 persen, buat aplikator 1 persen aja,” tegas @AbahOmon.

Menurut @Budionotaslim3, kenai­kan tarif ojol berkah bagi ojek tradisional, sehingga tarif bisa bersaing tidak terlalu jauh tarifnya. Ojek tradisional mudah didapat di setiap pangkalan.

“Ada pesan lebih cepat, beda dengan ojek online suka lama kalau pesan karena harus pakai aplikasi,” tuturnya.

Akun @AkbarFajarAmanu mengata­kan, kenaikan tarif ojol sinyal kuat harga pertalite akan dinaikkan. Kata dia, kalau tarif ojol tidak naik, driver ojol bisa-bisa pada demonstrasi.

“Apakah ini taktik politik lama yang dimainkan kembali dengan bahasa yang berbeda? Mari kita lihat,” timpal @ Bangbenh. [ASI] ]]> , Keputusan Pemerintah mengerek tarif ojek online (ojol) dinilai tidak tepat dan belum mendesak. Saat ini, kondisi masyarakat sedang susah. Semua kebutuhan hidup rata-rata mengalami kenaikan harga.

Anggota Komisi V DPR Fraksi Partai Demokrat, Irwan, heran tarif ojol harus dinaikkan. Dia menyarankan, Pemerintah berdiskusi dulu dengan banyak pihak yang terdampak. Termasuk dengan Komisi V DPR.

“Sebaiknya dibatalkan dulu. Bisa dirapatkan dulu di Komisi V DPR,” kata Irwan.

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kembali mengerek tarif ojol melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 564 Tahun 2022 tentang pedo­man perhitungan biaya jasa penggunaan sepeda motor yang digunakan untuk kepentingan masyarakat yang dilakukan dengan aplikasi. Aturan tersebut akan resmi berlaku mulai 14 Agustus 2022.

Irwan menilai, problematika utama terkait ojol adalah payung hukum. Sebab, belum ada aturan terkait roda dua yang digunakan sebagai angkutan umum. Dia menegaskan, kenaikan tarif ojol tidak mendesak.

“Selama ini, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 juga belum mengatur tentang penggunaan kendaraan roda dua sebagai sarana transportasi umum untuk mengangkut penumpang maupun barang,” ungkapnya.

Irwan mempertanyakan untuk siapa kenaikan tarif ojol. Apalagi, saat ini kondisi masyarakat sedang susah karena kebutuhan hidup rata-rata mengalami kenaikan harga. Kenaikan tarif ojol bisa mengurangi jumlah penumpang.

Business Development Manager Maxim Indonesia, Imam Azhar Mutamad mengungkapkan, kenaikan tarif berpo­tensi mengurangi pemesanan. Di be­berapa lapisan masyarakat, tarif minimal dapat dikatakan tinggi.

“Kebijakan ini dapat dinilai kontradik­tif dengan upaya Pemerintah memulih­kan ekonomi, dan dapat membebankan masyarakat. Namun, kami tetap men­dukung dan tidak menentang kebijakan yang telah diputuskan,” kata Imam.

Netizen serba salah dengan naiknya tarif ojol. Kasihan pelanggan. Namun, kenaikan tarif juga diperlukan agar pendapatan driver ojol bertambah.

Akun @aimer_riska mengatakan, tarif ojol naik akan membuat pelang­gannya kembali menggunakan kend­araan pribadi. Dia mengaku, biasanya pesan ojol buat anak sekolah. Tapi, kalau tarif naik, mau anter sendiri saja pakai motor pribadi.

“Orderan jadi sepi, insentif nggak ada. Orang berpikir dua kali dan mulai berhitung kalau mau naik ojol. Karena ongkirnya mahal dan risiko di jalanan tinggi dengan beban target nggak manu­siawi,” tutur @_Candoel.

 

Akun @BukanPegawaiJP mengata­kan, keputusan Pemerintah menaikkan tarif ojol membuat kondisi serba salah. Tarif ojol murah, kasihan abang ojolnya. Begitu pun, tarif ojol mahal, kasihan customer.

“Kebayang kan gimana susah nyari titik tengahnya,” ujarnya.

Akun @FunJunkies prihatin dengan orang-orang yang biasa menggunakan ojol untuk berangkat ke kantor setiap hari. Dia memperhitungkan kenaikan budget harian sebagai dampak dari kenaikan tarif ojol.

“Pulang pergi jadi berapa,” tanya @ FunJunkies. “Sebagai mahasiswa yang ngandelin transportasi online, saya ke­beratan banget,” kata @t.o.n.o.z.

“Ini tarif ojol semakin mahal. Mohon maaf saya sudah habis uangnya. Ini auto nggak bisa ngajar dah, wong saya berang­kat naik ojol,” timpal @biucityx.

Sementara, @TanHuiMeng mendukung kenaikan tarif ojol. Ini akan berdampak positif terhadap pendapatan driver ojol. “Kalau berpendapat boleh, tapi pahami juga dong perasaan pengemudi online,” katanya.

Driver ojol dengan akun @Apaadanya menegaskan, yang dibutuhkan sekarang bukan kenaikan tarif, tapi penguran­gan potongan komisi oleh aplikator. “Komponen tersebut yang paling besar dan menentukan buat ojol dan driver,” ungkapnya.

“Yang penting itu persentase buat driver ojol 99 persen, buat aplikator 1 persen aja,” tegas @AbahOmon.

Menurut @Budionotaslim3, kenai­kan tarif ojol berkah bagi ojek tradisional, sehingga tarif bisa bersaing tidak terlalu jauh tarifnya. Ojek tradisional mudah didapat di setiap pangkalan.

“Ada pesan lebih cepat, beda dengan ojek online suka lama kalau pesan karena harus pakai aplikasi,” tuturnya.

Akun @AkbarFajarAmanu mengata­kan, kenaikan tarif ojol sinyal kuat harga pertalite akan dinaikkan. Kata dia, kalau tarif ojol tidak naik, driver ojol bisa-bisa pada demonstrasi.

“Apakah ini taktik politik lama yang dimainkan kembali dengan bahasa yang berbeda? Mari kita lihat,” timpal @ Bangbenh. [ASI]

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2024. PT Juan Global. All rights reserved. DigiBerita.com. |