Survei LSI Denny JA Pemilih KIB Moderat Terhadap Kinerja Jokowi –
5 min readLingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis survei teranyar tentang dinamika koalisi dan jenis pemilih pada Pemilu 2024.
Peneliti Senior LSI Denny JA Adrian Sopa memaparkan, lembaganya menyisir tiga jenis pemilih berdasarkan respons atas 10 indikator kinerja Presiden Jokowi. Ketiga pemilih tersebut antara lain; pemilih yang puas dengan kinerja Presiden Jokowi, pemilih yang moderat, dan pemilih yang kurang puas terhadap kinerja Presiden Jokowi.
“Poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) lebih unggul di segmen pemilih yang moderat. Poros PDIP lebih unggul di segmen pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi. Dan poros Gerindra plus PKB lebih unggul di segmen pemilih yang kurang puas dengan kinerja Jokowi,” ungkap Adrian saat memaparkan hasil surveinya di Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (15/8).
Dipaparkan, kesepuluh indikator tersebut adalah persepsi publik terhadap 5 (lima) aspek kehidupan nasional, dan persepsi publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi dalam 5 (lima) permasalahan penting dan mendasar publik.
Jika dirata-rata, mereka yang puas di setiap indikator kinerja tersebut, terdapat 35,98 persen pemilih yang mayoritas adalah pemilih poros PDIP. Sementara yang menyatakan sedang atau sama saja di setiap indikator kinerja tersebut, terdapat 29,8 persen pemilih yang moderat. Mereka ini pemilih poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN, dan PPP. Sedangkan pemilih yang tak puas atas kinerja Presiden Jokowi berdasarkan 10 indikator itu, jika dibuat rata-rata mencapai 30,27 persen. Mereka dari pemilih poros Gerindra dan PKB.
Di luar soal jenis pemilih itu, LSI Denny JA memprediksi, hampir mustahil PDIP bertarung dalam pilpres 2024-2029 sendirian, tanpa mengandeng partai lain. Meskipun Banteng sudah memenuhi syarat pencalonan minimal 20 persen.
Lalu dengan partai apa? Kata Adrian, hampir mustahil Banteng menggandeng PKS karena alasan ideologis. Selain itu, mustahil juga PDIP menggandeng Demokrat karena riwayat hubungan Megawati-SBY. Dalam perkembangan terakhir, kecil pula kemungkinan bagi PDIP menggandeng Partai NasDem karena irama politik Megawati dan Surya Paloh yang tak sejalan.
Justru, lanjutnya, dalam bulan-bulan terakhir masa pendaftaran, prediksi Adrian, di bulan September 2023, sangat mungkin PDIP mengajak Gerindra atau PKB, maupun poros KIB untuk menyatukan kekuatan.
“Kalau skenarionya begini, akan ada tiga pasangan capres-cawapres pada Pilpres 2024. Poros NasDem-Demokrat-PKS, Poros KIB plus PDIP, atau Poros Gerindra-PKB plus PDIP,” papar Adrian.
Sementara KIB, tambah Adrian, sangat mungkin menambah kekuatan. Sebab, jika hanya tiga partai, sangatlah riskan. Apanila satu partai mengundurkan diri, akan membuat KIB tak lagi memenuhi syarat pencalonan capres-cawapres 20 persen.
“Bagi KIB, satu partai yang mungkin diajak adalah PKS atau Demokrat. Ini disebabkan karena PKS dan Demokrat tak memiliki bargaining kuat untuk meminta calon presiden,” tuturnya.
Kesimpulan lainnya, Pilpres 2024 nanti tak akan diikuti koalisi partai oposisi. Itu karena hanya dua partai yang kini di luar pemerintahan, Demokrat dan PKS. Gabungan dua partai ini tak cukup membentuk satu poros untuk mencalonkan presiden dan wapres 2024-2029.
“Demokrat dan PKS terpaksa ikut dalam poros lain. Dan mereka bukan dalam level untuk memimpin poros itu,” tambahnya.
Melihat komposisi ini, Puan Maharani sebagai tokoh utama poros PDIP dan Airlangga Hartarto yang jadi tokoh utama KIB, Prabowo sebagai tokoh utama poros Gerindra-PKB, adalah tokoh yang paling aman memiliki tiket capres.
“Puan, Airlangga dan Prabowo menjadi capres 2024-2029 yang kuat. Catatannya, mereka harus mampu menaikan elektabilitasnya hingga masa pendaftaran di bulan September 2023,” sarannya.
Survei nasional LSI Denny JA menggunakan 1200 responden di 34 Provinsi di Indonesia. Wawancara dilaksanakan secara tatap muka (face to face interview). Margin of error survei ini adalah sebesar +/- 2.9 persen. Riset kualitatif dilakukan dengan analis media, Focus Group Discussion (FGD), dan indepth interview. ■
]]> , Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis survei teranyar tentang dinamika koalisi dan jenis pemilih pada Pemilu 2024.
Peneliti Senior LSI Denny JA Adrian Sopa memaparkan, lembaganya menyisir tiga jenis pemilih berdasarkan respons atas 10 indikator kinerja Presiden Jokowi. Ketiga pemilih tersebut antara lain; pemilih yang puas dengan kinerja Presiden Jokowi, pemilih yang moderat, dan pemilih yang kurang puas terhadap kinerja Presiden Jokowi.
“Poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) lebih unggul di segmen pemilih yang moderat. Poros PDIP lebih unggul di segmen pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi. Dan poros Gerindra plus PKB lebih unggul di segmen pemilih yang kurang puas dengan kinerja Jokowi,” ungkap Adrian saat memaparkan hasil surveinya di Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (15/8).
Dipaparkan, kesepuluh indikator tersebut adalah persepsi publik terhadap 5 (lima) aspek kehidupan nasional, dan persepsi publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi dalam 5 (lima) permasalahan penting dan mendasar publik.
Jika dirata-rata, mereka yang puas di setiap indikator kinerja tersebut, terdapat 35,98 persen pemilih yang mayoritas adalah pemilih poros PDIP. Sementara yang menyatakan sedang atau sama saja di setiap indikator kinerja tersebut, terdapat 29,8 persen pemilih yang moderat. Mereka ini pemilih poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN, dan PPP. Sedangkan pemilih yang tak puas atas kinerja Presiden Jokowi berdasarkan 10 indikator itu, jika dibuat rata-rata mencapai 30,27 persen. Mereka dari pemilih poros Gerindra dan PKB.
Di luar soal jenis pemilih itu, LSI Denny JA memprediksi, hampir mustahil PDIP bertarung dalam pilpres 2024-2029 sendirian, tanpa mengandeng partai lain. Meskipun Banteng sudah memenuhi syarat pencalonan minimal 20 persen.
Lalu dengan partai apa? Kata Adrian, hampir mustahil Banteng menggandeng PKS karena alasan ideologis. Selain itu, mustahil juga PDIP menggandeng Demokrat karena riwayat hubungan Megawati-SBY. Dalam perkembangan terakhir, kecil pula kemungkinan bagi PDIP menggandeng Partai NasDem karena irama politik Megawati dan Surya Paloh yang tak sejalan.
Justru, lanjutnya, dalam bulan-bulan terakhir masa pendaftaran, prediksi Adrian, di bulan September 2023, sangat mungkin PDIP mengajak Gerindra atau PKB, maupun poros KIB untuk menyatukan kekuatan.
“Kalau skenarionya begini, akan ada tiga pasangan capres-cawapres pada Pilpres 2024. Poros NasDem-Demokrat-PKS, Poros KIB plus PDIP, atau Poros Gerindra-PKB plus PDIP,” papar Adrian.
Sementara KIB, tambah Adrian, sangat mungkin menambah kekuatan. Sebab, jika hanya tiga partai, sangatlah riskan. Apanila satu partai mengundurkan diri, akan membuat KIB tak lagi memenuhi syarat pencalonan capres-cawapres 20 persen.
“Bagi KIB, satu partai yang mungkin diajak adalah PKS atau Demokrat. Ini disebabkan karena PKS dan Demokrat tak memiliki bargaining kuat untuk meminta calon presiden,” tuturnya.
Kesimpulan lainnya, Pilpres 2024 nanti tak akan diikuti koalisi partai oposisi. Itu karena hanya dua partai yang kini di luar pemerintahan, Demokrat dan PKS. Gabungan dua partai ini tak cukup membentuk satu poros untuk mencalonkan presiden dan wapres 2024-2029.
“Demokrat dan PKS terpaksa ikut dalam poros lain. Dan mereka bukan dalam level untuk memimpin poros itu,” tambahnya.
Melihat komposisi ini, Puan Maharani sebagai tokoh utama poros PDIP dan Airlangga Hartarto yang jadi tokoh utama KIB, Prabowo sebagai tokoh utama poros Gerindra-PKB, adalah tokoh yang paling aman memiliki tiket capres.
“Puan, Airlangga dan Prabowo menjadi capres 2024-2029 yang kuat. Catatannya, mereka harus mampu menaikan elektabilitasnya hingga masa pendaftaran di bulan September 2023,” sarannya.
Survei nasional LSI Denny JA menggunakan 1200 responden di 34 Provinsi di Indonesia. Wawancara dilaksanakan secara tatap muka (face to face interview). Margin of error survei ini adalah sebesar +/- 2.9 persen. Riset kualitatif dilakukan dengan analis media, Focus Group Discussion (FGD), dan indepth interview. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID