DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
20 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Simak, Cara Untuk Hindari Hoaks –

5 min read

Arus informasi setiap hari datang begitu deras. Masyarakat harus bijak dan berhati-hati dalam menerima informasi tersebut.

Jangan mudah percaya dan menyebarkan kabar atau informasi yang sumbernya tidak jelas dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muslim Indonesia Makassar Izki Fikriani Amir menyarankan jika menerima informasi agar kroscek kembali.

Sikap skeptis atau tidak mudah percaya menerima suatu kabar amat diperlukan untuk mencegah dari paparan hoaks alias kabar bohong. Mudah untuk menganalisis apakah kabar tersebut masuk dalam kategori hoaks atau bukan.

“Cara lainnya adalah menggunakan aplikasi atau situs pemeriksa fakta untuk memverifikasi kabar tersebut,” ujarnya dalam webinar bertema Menjadi Generasi Kebal Hoaks di Ruang Digital yang berlangsung di Makassar, Sulawesi Selatan, dikutip Kamis (20/10).

Izki Fikriani menjelaskan lewat paparannya, hoaks adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca maupun audiens untuk mempercayai sesuatu.

Padahal si pembuat informasi tersebut sadar bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah satu contoh hoaks yang paling umum adalah mengklaim suatu barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang atau kejadian sebenarnya.

Hoaks juga bisa diartikan sebagai berita bohong. Menurut Izki, ciri-ciri hoaks adalah sumbernya yang tidak jelas, isi informasi bersifat pembohongan publik umumnya selalu memutar balikkan fakta.

Begitu hoaks disebar, informasi itu bisa menimbulkan kecemasan, permusuhan, dan kebencian pada masyarakat yang terpapar. Judul berita kerap fantastis, bahkan terkesan menghakimi tanpa didasari fakta.

“Agar terhindar dari paparan hoaks, pertama-tama, lihat dari mana sumbernya. Berpikir logis dan memiliki pendirian atas kabar bohong yang beredar tersebut. Lalu, jangan mudah percaya dengan suatu hal tanpa melihat fakta,” ucap Izki.

Izki juga memberikan tips untuk memeriksa apakah berita yang beredar masuk kategori hoaks atau bukan. Caranya adalah dengan memeriksa di situs cekfakta.com atau melapor ke situs hoax booster tools (Mafindo) maupun ke akun Turn Back Hoax.

Cara lainnya adalah dengan mencari informasi relevan melalui situs-situs yang sudah terpercaya.

Relawan Mafindo Yogyakarta Fununun Nisha menambahkan, saat ini, tak cukup berpikir positif dalam menerima informasi, tetapi juga dibutuhkan berpikir kritis.

Apabila menerima informasi, sebaiknya diam sejenak untuk berpikir positif dan netral. Selanjutnya, harus diikuti dengan berpikir kritis apakah kabar tersebut hoaks atau berdasar fakta sebenarnya.

“Apabila yakin berita itu benar, tidak masalah untuk membagikan ke orang lain. Sebaliknya, apabila itu terbukti hoaks, sebaiknya tidak diteruskan ke orang lain,” tuturnya.

 

Co-Founder & Fact Check Specialist Aribowo Sasmito menganjurkan agar bersikap tenang dan tidak terpancing emosi apabila membaca maupun mendengar sebuah kabar. Sebaiknya, untuk meyakinkan apakah kabar tersebut hoaks atau bukan, bisa diverifikasi lewat situs maupun aplikasi pencari fakta.

Periksa ulang atau cross check, setidaknya dengan menggunakan satu sumber yang valid maupun yang memiliki otoritas.

“Selalu bersikap skeptis. Curiga bahwa yang disebarkan adalah hoaks sampai terbukti sebaliknya. Ingat, hoaks kerap disertai dengan narasi viralkan atau sebarkan,” ujarnya.

Adapun webinar tersebut diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

Hadirnya program ini diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.

Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas.

Namun juga, membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0. ■
]]> , Arus informasi setiap hari datang begitu deras. Masyarakat harus bijak dan berhati-hati dalam menerima informasi tersebut.

Jangan mudah percaya dan menyebarkan kabar atau informasi yang sumbernya tidak jelas dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muslim Indonesia Makassar Izki Fikriani Amir menyarankan jika menerima informasi agar kroscek kembali.

Sikap skeptis atau tidak mudah percaya menerima suatu kabar amat diperlukan untuk mencegah dari paparan hoaks alias kabar bohong. Mudah untuk menganalisis apakah kabar tersebut masuk dalam kategori hoaks atau bukan.

“Cara lainnya adalah menggunakan aplikasi atau situs pemeriksa fakta untuk memverifikasi kabar tersebut,” ujarnya dalam webinar bertema Menjadi Generasi Kebal Hoaks di Ruang Digital yang berlangsung di Makassar, Sulawesi Selatan, dikutip Kamis (20/10).

Izki Fikriani menjelaskan lewat paparannya, hoaks adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca maupun audiens untuk mempercayai sesuatu.

Padahal si pembuat informasi tersebut sadar bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah satu contoh hoaks yang paling umum adalah mengklaim suatu barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang atau kejadian sebenarnya.

Hoaks juga bisa diartikan sebagai berita bohong. Menurut Izki, ciri-ciri hoaks adalah sumbernya yang tidak jelas, isi informasi bersifat pembohongan publik umumnya selalu memutar balikkan fakta.

Begitu hoaks disebar, informasi itu bisa menimbulkan kecemasan, permusuhan, dan kebencian pada masyarakat yang terpapar. Judul berita kerap fantastis, bahkan terkesan menghakimi tanpa didasari fakta.

“Agar terhindar dari paparan hoaks, pertama-tama, lihat dari mana sumbernya. Berpikir logis dan memiliki pendirian atas kabar bohong yang beredar tersebut. Lalu, jangan mudah percaya dengan suatu hal tanpa melihat fakta,” ucap Izki.

Izki juga memberikan tips untuk memeriksa apakah berita yang beredar masuk kategori hoaks atau bukan. Caranya adalah dengan memeriksa di situs cekfakta.com atau melapor ke situs hoax booster tools (Mafindo) maupun ke akun Turn Back Hoax.

Cara lainnya adalah dengan mencari informasi relevan melalui situs-situs yang sudah terpercaya.

Relawan Mafindo Yogyakarta Fununun Nisha menambahkan, saat ini, tak cukup berpikir positif dalam menerima informasi, tetapi juga dibutuhkan berpikir kritis.

Apabila menerima informasi, sebaiknya diam sejenak untuk berpikir positif dan netral. Selanjutnya, harus diikuti dengan berpikir kritis apakah kabar tersebut hoaks atau berdasar fakta sebenarnya.

“Apabila yakin berita itu benar, tidak masalah untuk membagikan ke orang lain. Sebaliknya, apabila itu terbukti hoaks, sebaiknya tidak diteruskan ke orang lain,” tuturnya.

 

Co-Founder & Fact Check Specialist Aribowo Sasmito menganjurkan agar bersikap tenang dan tidak terpancing emosi apabila membaca maupun mendengar sebuah kabar. Sebaiknya, untuk meyakinkan apakah kabar tersebut hoaks atau bukan, bisa diverifikasi lewat situs maupun aplikasi pencari fakta.

Periksa ulang atau cross check, setidaknya dengan menggunakan satu sumber yang valid maupun yang memiliki otoritas.

“Selalu bersikap skeptis. Curiga bahwa yang disebarkan adalah hoaks sampai terbukti sebaliknya. Ingat, hoaks kerap disertai dengan narasi viralkan atau sebarkan,” ujarnya.

Adapun webinar tersebut diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

Hadirnya program ini diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.

Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas.

Namun juga, membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0. ■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2025. DigiBerita.com. All rights reserved |