DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
20 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Sebut Rakyat Hidup Lebih Baik Zaman SBY AHY Mancing Serangan Musuh –

5 min read

Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY mengeluarkan pernyataan keras dan tegas yang membuat lawan-lawan politiknya, langsung terpancing menyerangnya. Ketua Umum Partai Demokrat itu bilang: rakyat hidup lebih baik saat negara ini dipimpin oleh bapaknya, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY.

Hal itu disampaikan AHY saat melantik Dewan Pengurus Cabang (DPC) dan Dewan Pengurus Anak Cabang (DPAC) Demokrat se-DKI Jakarta, di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (11/10).

Dalam pidatonya itu, anak sulung SBY ini menyebut bahwa kehidupan masyarakat Indonesia saat ini sedang sulit. Dia membandingkan kondisi masyarakat di bawah kepemimpinan SBY saat memerintah pada 2004-2014.

“Kehidupan masyarakat kita hari ini tidak lebih baik dari dulu. Betul? Kehidupan semakin sulit. Kita tidak ingin membanding-bandingkan ketika Indonesia dipimpin oleh Presiden SBY dan ketika Partai Demokrat berada dalam pemerintahan nasional,” katanya.

Namun, AHY mengklaim, di masa Demokrat berkuasa, rakyat lebih sejahtera. Kemiskinan dan pengangguran menurun, gaji tenaga kerja besar, harga BBM dan bahan-bahan pokok terjangkau. “Itu fakta. Namun sekarang, di sana-sini masyarakat kita hidupnya sulit. Bukan hanya di Pulau Jawa, tetapi di seluruh Indonesia,” pekiknya.

Karenanya, AHY meminta kader Demokrat berani mengkritik program yang tak berpihak pada rakyat. Kata dia, peran oposisi dibutuhkan untuk mengawasi keberpihakan penguasa terhadap rakyatnya. “Bahwa pada akhirnya pembangunan itu untuk rakyat, bukan sebaliknya,” ucapnya.

Mendengar pernyataan AHY ini, partai koalisi pemerintah langsung panas. Ketua DPP PDIP Said Abdullah langsung menyerang AHY dengan meminta introspeksi diri. Dia menuding, AHY asal bicara, tidak berdasarkan data akurat.

“Merespons pernyataan ketua umum Demokrat yang membandingkan era Presiden SBY dan era Presiden Jokowi atau saat ini, sungguh memilukan. Karena pernyataan tersebut diumbar tanpa data dan fakta,” kata Said, kemarin.

Said menyatakan, setiap pemerintahan pasti memiliki tantangannya masing-masing. Namun, kalau untuk pembangunan, pasti berkesinambungan. Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR itu, lantas membandingkan indikator pembangunan era SBY dan Jokowi. Dia bilang, di akhir masa jabatan SBY, jumlah penduduk miskin mencapai 27,73 juta jiwa. Sedangkan pada era Jokowi angka tersebut turun drastis dengan jumlah 24,79 juta pada akhir 2019.

“Bahkan setelah dihantam badai pandemi, kita pulih lebih cepat. Pada Maret 2022, jumlah penduduk miskin kita 26,16 juta, turun dari semester sebelumnya yang mencapai 26,5 juta penduduk,” beber politisi asal Sumenep, Madura, itu.

PKB ikut menyerang AHY. Ketua DPP PKB Daniel Johan mempertanyakan attitude AHY. Kata dia, tidak elok membanding-bandingkan masa lalu dengan masa sekarang. Baik era Jokowi-Jusuf Kalla maupun Jokowi-Ma’ruf Amin.

“Ojo dibanding-bandingke (jangan dibanding-bandingkan). Setiap era pemerintahan memiliki tantangan dan keberhasilan masing-masing,” ucap Daniel.

Dia mengakui, angka kemiskinan menurun di akhir pemerintahan SBY. Dia juga tidak menampik pada era Jokowi angka kemiskinan naik dan inflasi juga meningkat lantaran pandemi Covid-19. “Pemerintah Jokowi-Ma’ruf Amin telah melewati masa sulit akibat wabah Covid. Namun, pertumbuhan ekonomi perlahan mulai kembali pulih,” sambungnya.

Sementara, Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi mempertanyakan tujuan AHY membanding-bandingkan pemerintahan masa lalu dengan masa sekarang. Dia kemudian menyinggung dampak post power syndrome atau sindrom pascakekuasaan.

“Tujuannya apa sih? Apa untuk meningkatkan elektoral partainya agar mendapat simpati rakyat, atau untuk mendiskreditkan pemerintahan Presiden Jokowi, atau terkena dampak post power syndrom?” sindir Viva.

Golkar paling kencang membalas serangan AHY. Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily meminta AHY menjaga mulut. Tidak asal bicara. Untuk mengukur sebuah pemerintahan mampu membawa kesejahteraan masyarakat, harus berdasarkan pada indikator dan parameter yang jelas. “Jangan asal ngomong jika tidak memiliki parameter yang kuat untuk menilai kesejahteraan,” ucap Ace.

Apa untungnya AHY mengeluarkan pernyataan ini? Analis politik yang juga Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai, pernyataan AHY itu bisa dimaknai tiga aspek. Yaitu sebagai penyeimbang pemerintah, pencitraan, dan upaya meningkatkan popularitas.

“Secara personal, AHY butuh panggung depan agar raihan elektoralnya sebagai bakal cawapres bisa terus terdongkrak, sehingga kelak bisa menjadi magnet bagi siapapun capresnya,” tukas Agung.■
]]> , Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY mengeluarkan pernyataan keras dan tegas yang membuat lawan-lawan politiknya, langsung terpancing menyerangnya. Ketua Umum Partai Demokrat itu bilang: rakyat hidup lebih baik saat negara ini dipimpin oleh bapaknya, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY.

Hal itu disampaikan AHY saat melantik Dewan Pengurus Cabang (DPC) dan Dewan Pengurus Anak Cabang (DPAC) Demokrat se-DKI Jakarta, di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (11/10).

Dalam pidatonya itu, anak sulung SBY ini menyebut bahwa kehidupan masyarakat Indonesia saat ini sedang sulit. Dia membandingkan kondisi masyarakat di bawah kepemimpinan SBY saat memerintah pada 2004-2014.

“Kehidupan masyarakat kita hari ini tidak lebih baik dari dulu. Betul? Kehidupan semakin sulit. Kita tidak ingin membanding-bandingkan ketika Indonesia dipimpin oleh Presiden SBY dan ketika Partai Demokrat berada dalam pemerintahan nasional,” katanya.

Namun, AHY mengklaim, di masa Demokrat berkuasa, rakyat lebih sejahtera. Kemiskinan dan pengangguran menurun, gaji tenaga kerja besar, harga BBM dan bahan-bahan pokok terjangkau. “Itu fakta. Namun sekarang, di sana-sini masyarakat kita hidupnya sulit. Bukan hanya di Pulau Jawa, tetapi di seluruh Indonesia,” pekiknya.

Karenanya, AHY meminta kader Demokrat berani mengkritik program yang tak berpihak pada rakyat. Kata dia, peran oposisi dibutuhkan untuk mengawasi keberpihakan penguasa terhadap rakyatnya. “Bahwa pada akhirnya pembangunan itu untuk rakyat, bukan sebaliknya,” ucapnya.

Mendengar pernyataan AHY ini, partai koalisi pemerintah langsung panas. Ketua DPP PDIP Said Abdullah langsung menyerang AHY dengan meminta introspeksi diri. Dia menuding, AHY asal bicara, tidak berdasarkan data akurat.

“Merespons pernyataan ketua umum Demokrat yang membandingkan era Presiden SBY dan era Presiden Jokowi atau saat ini, sungguh memilukan. Karena pernyataan tersebut diumbar tanpa data dan fakta,” kata Said, kemarin.

Said menyatakan, setiap pemerintahan pasti memiliki tantangannya masing-masing. Namun, kalau untuk pembangunan, pasti berkesinambungan. Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR itu, lantas membandingkan indikator pembangunan era SBY dan Jokowi. Dia bilang, di akhir masa jabatan SBY, jumlah penduduk miskin mencapai 27,73 juta jiwa. Sedangkan pada era Jokowi angka tersebut turun drastis dengan jumlah 24,79 juta pada akhir 2019.

“Bahkan setelah dihantam badai pandemi, kita pulih lebih cepat. Pada Maret 2022, jumlah penduduk miskin kita 26,16 juta, turun dari semester sebelumnya yang mencapai 26,5 juta penduduk,” beber politisi asal Sumenep, Madura, itu.

PKB ikut menyerang AHY. Ketua DPP PKB Daniel Johan mempertanyakan attitude AHY. Kata dia, tidak elok membanding-bandingkan masa lalu dengan masa sekarang. Baik era Jokowi-Jusuf Kalla maupun Jokowi-Ma’ruf Amin.

Ojo dibanding-bandingke (jangan dibanding-bandingkan). Setiap era pemerintahan memiliki tantangan dan keberhasilan masing-masing,” ucap Daniel.

Dia mengakui, angka kemiskinan menurun di akhir pemerintahan SBY. Dia juga tidak menampik pada era Jokowi angka kemiskinan naik dan inflasi juga meningkat lantaran pandemi Covid-19. “Pemerintah Jokowi-Ma’ruf Amin telah melewati masa sulit akibat wabah Covid. Namun, pertumbuhan ekonomi perlahan mulai kembali pulih,” sambungnya.

Sementara, Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi mempertanyakan tujuan AHY membanding-bandingkan pemerintahan masa lalu dengan masa sekarang. Dia kemudian menyinggung dampak post power syndrome atau sindrom pascakekuasaan.

“Tujuannya apa sih? Apa untuk meningkatkan elektoral partainya agar mendapat simpati rakyat, atau untuk mendiskreditkan pemerintahan Presiden Jokowi, atau terkena dampak post power syndrom?” sindir Viva.

Golkar paling kencang membalas serangan AHY. Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily meminta AHY menjaga mulut. Tidak asal bicara. Untuk mengukur sebuah pemerintahan mampu membawa kesejahteraan masyarakat, harus berdasarkan pada indikator dan parameter yang jelas. “Jangan asal ngomong jika tidak memiliki parameter yang kuat untuk menilai kesejahteraan,” ucap Ace.

Apa untungnya AHY mengeluarkan pernyataan ini? Analis politik yang juga Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai, pernyataan AHY itu bisa dimaknai tiga aspek. Yaitu sebagai penyeimbang pemerintah, pencitraan, dan upaya meningkatkan popularitas.

“Secara personal, AHY butuh panggung depan agar raihan elektoralnya sebagai bakal cawapres bisa terus terdongkrak, sehingga kelak bisa menjadi magnet bagi siapapun capresnya,” tukas Agung.■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2025. DigiBerita.com. All rights reserved |