Pupuk Indonesia Siap Jadi Pemasok Blue Dan Green Ammonia Di Asia –
5 min readPT Pupuk Indonesia (Persero) terus menyiapkan diri menjadi pemain utama untuk blue ammonia dan green ammonia di Asia.
Kedua jenis ammonia ini akan sangat dibutuhkan untuk keperluan energi ramah lingkungan dunia ke depannya. Karena, ammonia merupakan media untuk mendistribusikan hidrogen sebagai sumber energi masa depan.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman mengatakan, saat ini volume perdagangan ammonia mencapai 21 juta ton di seluruh dunia. Namun pada tahun 2030, volume perdagangan ammonia untuk sumber energi diprediksi mencapai 30 juta ton.
“Jadi, seluruh dunia mulai memikirkan untuk memproduksi, baik green maupun blue ammonia,” ujarnya, dalam webinar Sustainable Action for The Future Economy (SAFE) 2022 yang mengusung tema Industries Towards Net Zero, Selasa (23/8).
Menurutnya, pemanfaatan energi ramah lingkungan ini harus dioptimalkan ke depannya. Apalagi, Pupuk Indonesia adalah pemain utama ammonia di Indonesia.
“Green energy ini yang sangat menarik, artinya sebagai pemain amoniak tentunya kita menjadi leading sector di Indonesia, atau di wilayah Asia sebagai produsen blue ammonia maupun green ammonia,” ungkap Bakir.
Untuk mewujudkannya, Bakir mengaku, ada sejumlah tantangan, di antaranya membutuhkan investasi yang besar. Namun, pihaknya sudah memiliki kerja sama dengan Pertamina dan PLN untuk memanfaatkan ammonia guna mendukung penyediaan energi baru dan terbarukan.
Selain itu, meski banyak perusahaan di dunia sudah mulai mengembangkan green ammonia dan blue ammonia, ia juga optimis dapat menangkap peluang ini. Sebab, perusahaan memiliki fasilitas dan pengalaman dalam pengelolaan produksi dan penyimpanan ammonia.
Selain berpotensi menjadi pemain utama di Asia, sambung Bakir, pengembangan blue dan green ammonia sebagai sumber energi ramah lingkungan, juga menjadi salah satu upaya perusahaan untuk mendukung target penurunan emisi karbon.
“Kami sudah melakukan berbagai macam kerja sama serta memiliki peta jalan atau roadmap, yang terdiri dari tiga tahap,” katanya.
Lebih lanjut Ia menjelaskan, tahap jangka pendek pada tahun 2023-2030, perseroan mulai memanfaatkan sumber energi terbarukan yang berasal dari hydropower, yang diperoleh dari PT PLN.
Menurutnya, sumber energi ini mulai menggantikan pemakaian minyak atau gas bumi sebagai sumber pembangkit listrik pada pabrik pupuk.
“Itu sudah ada di pabrik Pupuk Kujang dan Petrokimia Gresik. Tahun depan akan diterapkan mulai dari Pusri Palembang, Pupuk Kaltim dan Pupuk Iskandar Muda. Ini yang bisa kita lakukan dalam short term,” jelas Bakir.
Menurutnya, pihaknya juga akan melakukan revamping atau pengembangan pabrik pupuk untuk meningkatkan efisiensi energi dan penurunan emisi karbon. Serta, pengembangan green ammonia dengan memanfaatkan pabrik eksisting.
Tidak hanya itu, emisi kabron juga akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk Soda Ash yang bermanfaat sebagai bahan baku bagi industri kaca, keramik dan sebagainya.
“Kita coba memulai menghilangkan CO2 dengan mengkonversi ke dalam bentuk lain. Misalnya, soda ash yang bahan bakunya adalah carbon dioxide, ini bisa kita konversi menjadi soda ash dan bisa mengurangi emisi CO2. Kita juga mengurangi energi yang berlebihan sehingga karbon yang dibuang menjadi lebih sedikit,” bebernya.
Sedangkan rencana jangka menengah, pada periode 2030-2040, Bakir menjelaskan perseroan mulai mengembangkan blue ammonia.
Ia menyampaikan, karbon yang terbentuk dari proses produksi ammonia ini dapat diinjeksikan ke dalam tanah melalui Carbon Capture Storage (CCS). Di mana, injeksi karbon ini akan lebih efisien jika dilakukan pada reservoir sumur minyak ataupun gas tua di Indonesia.
“Kami juga sudah melakukan studi dengan sejumlah perusahaan dari Jepang untuk hal tersebut,” ujarnya
Sementara strategi jangka panjang pada periode 2040-2050, Bakir mengungkapkan, Pupuk Indonesia grup akan melakukan pengembangan pabrik baru green ammonia dengan skala komersil, yang diproduksi menggunakan sumber energi terbaru.
“Seperti, pembangkit tenaga air atau hydro power dan geothermal demi mewujudkan industri ramah lingkungan,” pungkas Bakir. ■
]]> , PT Pupuk Indonesia (Persero) terus menyiapkan diri menjadi pemain utama untuk blue ammonia dan green ammonia di Asia.
Kedua jenis ammonia ini akan sangat dibutuhkan untuk keperluan energi ramah lingkungan dunia ke depannya. Karena, ammonia merupakan media untuk mendistribusikan hidrogen sebagai sumber energi masa depan.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman mengatakan, saat ini volume perdagangan ammonia mencapai 21 juta ton di seluruh dunia. Namun pada tahun 2030, volume perdagangan ammonia untuk sumber energi diprediksi mencapai 30 juta ton.
“Jadi, seluruh dunia mulai memikirkan untuk memproduksi, baik green maupun blue ammonia,” ujarnya, dalam webinar Sustainable Action for The Future Economy (SAFE) 2022 yang mengusung tema Industries Towards Net Zero, Selasa (23/8).
Menurutnya, pemanfaatan energi ramah lingkungan ini harus dioptimalkan ke depannya. Apalagi, Pupuk Indonesia adalah pemain utama ammonia di Indonesia.
“Green energy ini yang sangat menarik, artinya sebagai pemain amoniak tentunya kita menjadi leading sector di Indonesia, atau di wilayah Asia sebagai produsen blue ammonia maupun green ammonia,” ungkap Bakir.
Untuk mewujudkannya, Bakir mengaku, ada sejumlah tantangan, di antaranya membutuhkan investasi yang besar. Namun, pihaknya sudah memiliki kerja sama dengan Pertamina dan PLN untuk memanfaatkan ammonia guna mendukung penyediaan energi baru dan terbarukan.
Selain itu, meski banyak perusahaan di dunia sudah mulai mengembangkan green ammonia dan blue ammonia, ia juga optimis dapat menangkap peluang ini. Sebab, perusahaan memiliki fasilitas dan pengalaman dalam pengelolaan produksi dan penyimpanan ammonia.
Selain berpotensi menjadi pemain utama di Asia, sambung Bakir, pengembangan blue dan green ammonia sebagai sumber energi ramah lingkungan, juga menjadi salah satu upaya perusahaan untuk mendukung target penurunan emisi karbon.
“Kami sudah melakukan berbagai macam kerja sama serta memiliki peta jalan atau roadmap, yang terdiri dari tiga tahap,” katanya.
Lebih lanjut Ia menjelaskan, tahap jangka pendek pada tahun 2023-2030, perseroan mulai memanfaatkan sumber energi terbarukan yang berasal dari hydropower, yang diperoleh dari PT PLN.
Menurutnya, sumber energi ini mulai menggantikan pemakaian minyak atau gas bumi sebagai sumber pembangkit listrik pada pabrik pupuk.
“Itu sudah ada di pabrik Pupuk Kujang dan Petrokimia Gresik. Tahun depan akan diterapkan mulai dari Pusri Palembang, Pupuk Kaltim dan Pupuk Iskandar Muda. Ini yang bisa kita lakukan dalam short term,” jelas Bakir.
Menurutnya, pihaknya juga akan melakukan revamping atau pengembangan pabrik pupuk untuk meningkatkan efisiensi energi dan penurunan emisi karbon. Serta, pengembangan green ammonia dengan memanfaatkan pabrik eksisting.
Tidak hanya itu, emisi kabron juga akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk Soda Ash yang bermanfaat sebagai bahan baku bagi industri kaca, keramik dan sebagainya.
“Kita coba memulai menghilangkan CO2 dengan mengkonversi ke dalam bentuk lain. Misalnya, soda ash yang bahan bakunya adalah carbon dioxide, ini bisa kita konversi menjadi soda ash dan bisa mengurangi emisi CO2. Kita juga mengurangi energi yang berlebihan sehingga karbon yang dibuang menjadi lebih sedikit,” bebernya.
Sedangkan rencana jangka menengah, pada periode 2030-2040, Bakir menjelaskan perseroan mulai mengembangkan blue ammonia.
Ia menyampaikan, karbon yang terbentuk dari proses produksi ammonia ini dapat diinjeksikan ke dalam tanah melalui Carbon Capture Storage (CCS). Di mana, injeksi karbon ini akan lebih efisien jika dilakukan pada reservoir sumur minyak ataupun gas tua di Indonesia.
“Kami juga sudah melakukan studi dengan sejumlah perusahaan dari Jepang untuk hal tersebut,” ujarnya
Sementara strategi jangka panjang pada periode 2040-2050, Bakir mengungkapkan, Pupuk Indonesia grup akan melakukan pengembangan pabrik baru green ammonia dengan skala komersil, yang diproduksi menggunakan sumber energi terbaru.
“Seperti, pembangkit tenaga air atau hydro power dan geothermal demi mewujudkan industri ramah lingkungan,” pungkas Bakir. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID