DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
16 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Post Title –

4 min read

Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Abdul Muti mengungkapkan duka mendalam, atas kepergian Ketua Dewan Pers Prof. Azyumardi Azra.

“Semua kita milik Allah, dan akan kembali ke haribaan Allah. Saya merasa sangat berduka atas wafatnya Prof. Azyumardi Azra. Semoga beliau meninggal dalam husnul khatimah, diampuni dosa-dosanya, dan mendapatkan tempat terbaik di surga. Semoga, keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kemampuan, untuk melanjutkan perjuangan beliau,” tutur Mu’ti dalam pesan yang diterima RM.id, Minggu (18/9).

Mu’ti mengisahkan, Prof. Azra adalah guru dan sekaligus sahabat yang baik. Selama kuliah di Program Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mu’ti ikut dua mata kuliah beliau.

Yang sangat berkesan dan tidak akan pernah dilupakan Mu’ti adalah peran Prof. Azra sebagai promotor disertasi Pluralitas Keagamaan Dalam Pendidikan: Studi Kasus di Yapen Waropen, Ende, dan Kapuas Hulu.

Disertasi tersebut kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Kristen Muhammadiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen Dalam Pendidikan, yang ditulis Mu’ti bersama Fajar Riza Ulhaq.

Prof. Azra memberi kata pengantar di buku tersebut.

“Walaupun Prof. Azra adalah guru saya, beliau beberapa kali panel dengan saya dalam beberapa kali seminar di dalam dan di luar negeri,” kata Mu’ti.

“Prof. Azra bisa dan menghormati siapa saja yang berdiskusi dengan beliau, meskipun secara usia dan keilmuan jauh lebih muda,” imbuhnya.

Jumat 16 September, Mu’ti meminta Prof. Azra menjadi salah satu narasumber seminar internasional Islamic Education in Pluralistic World, yang diselenggarakan oleh prodi S3 Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Namun, Prof. Azra berhalangan hadir, karena ada acara di Sumatera Barat.

Prof. Azra sempat menyarankan, seminar diselenggarakan di hari lain, menyesuaikan jadwal beliau.

Namun, karena terkait dengan pembicara dari Amerika Serikat, jadwal seminar tidak bisa digeser.

Jumat (17/9) siang, Mu’ti mendapat kabar Prof. Azra sakit dalam perjalanan dari Jakarta menuju Malaysia. Sedianya, Prof. Azra hendak memberi ceramah di Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) pada hari ini, Minggu (18/9).

“Saya kontak dan memonitor keadaan beliau, lewat sahabat saya Azwiral, aktivis ABIM dan diplomat Malaysia yang pernah bertugas di Jakarta,” ucap Mu’ti.

Sampai kemarin malam, di sela-sela memberikan pengajian di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wangon, Banyumas, Mu’ti masih kontak Mas Wira (panggilan Azwiral). Menanyakan keadaan Prof. Azra.

Hingga akhirnya, datang berita duka di Minggu (18/9) siang.

“Siang tadi, seusai mengisi pengajian Muhammadiyah dan Aisyiah di Ranting Ketileng, Keramat, Kabupaten Tegal, saya mendapat kabar Prof. Azra wafat. Sungguh sangat mengejutkan,” ucap Mu’ti.

 

Dia pun langsung mengontak Sonny Zulhuda, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia. Sonny pun membenarkan kabar wafatnya Prof. Azra.

“Meninggalnya Prof. Azra merupakan kehilangan besar bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, umat Islam, dunia pers, dan bangsa Indonesia. Prof. Azra adalah seorang intelektual muslim yang kritis dan berintegritas tinggi. Yang selalu menyuarakan kebenaran, membela hak asasi manusia, menegakkan konstitusi, dan pemihakan kebebasan pers serta demokrasi,” papar Mu’ti.

“Selamat jalan Prof. Azra. Jasa-jasamu untuk saya pribadi dan bangsa Indonesia, sungguh sangat besar. Jasa-jasa itulah yang akan mengantarkanmu ke surga an-Naim. Selamat beristirahat Prof. Azra. Selamat berbahagia di sisi Allah, Tuhan Azza wa Jalla,” pungkasnya. ■
]]> , Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Abdul Muti mengungkapkan duka mendalam, atas kepergian Ketua Dewan Pers Prof. Azyumardi Azra.

“Semua kita milik Allah, dan akan kembali ke haribaan Allah. Saya merasa sangat berduka atas wafatnya Prof. Azyumardi Azra. Semoga beliau meninggal dalam husnul khatimah, diampuni dosa-dosanya, dan mendapatkan tempat terbaik di surga. Semoga, keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kemampuan, untuk melanjutkan perjuangan beliau,” tutur Mu’ti dalam pesan yang diterima RM.id, Minggu (18/9).

Mu’ti mengisahkan, Prof. Azra adalah guru dan sekaligus sahabat yang baik. Selama kuliah di Program Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mu’ti ikut dua mata kuliah beliau.

Yang sangat berkesan dan tidak akan pernah dilupakan Mu’ti adalah peran Prof. Azra sebagai promotor disertasi Pluralitas Keagamaan Dalam Pendidikan: Studi Kasus di Yapen Waropen, Ende, dan Kapuas Hulu.

Disertasi tersebut kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Kristen Muhammadiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen Dalam Pendidikan, yang ditulis Mu’ti bersama Fajar Riza Ulhaq.

Prof. Azra memberi kata pengantar di buku tersebut.

“Walaupun Prof. Azra adalah guru saya, beliau beberapa kali panel dengan saya dalam beberapa kali seminar di dalam dan di luar negeri,” kata Mu’ti.

“Prof. Azra bisa dan menghormati siapa saja yang berdiskusi dengan beliau, meskipun secara usia dan keilmuan jauh lebih muda,” imbuhnya.

Jumat 16 September, Mu’ti meminta Prof. Azra menjadi salah satu narasumber seminar internasional Islamic Education in Pluralistic World, yang diselenggarakan oleh prodi S3 Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Namun, Prof. Azra berhalangan hadir, karena ada acara di Sumatera Barat.

Prof. Azra sempat menyarankan, seminar diselenggarakan di hari lain, menyesuaikan jadwal beliau.

Namun, karena terkait dengan pembicara dari Amerika Serikat, jadwal seminar tidak bisa digeser.

Jumat (17/9) siang, Mu’ti mendapat kabar Prof. Azra sakit dalam perjalanan dari Jakarta menuju Malaysia. Sedianya, Prof. Azra hendak memberi ceramah di Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) pada hari ini, Minggu (18/9).

“Saya kontak dan memonitor keadaan beliau, lewat sahabat saya Azwiral, aktivis ABIM dan diplomat Malaysia yang pernah bertugas di Jakarta,” ucap Mu’ti.

Sampai kemarin malam, di sela-sela memberikan pengajian di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wangon, Banyumas, Mu’ti masih kontak Mas Wira (panggilan Azwiral). Menanyakan keadaan Prof. Azra.

Hingga akhirnya, datang berita duka di Minggu (18/9) siang.

“Siang tadi, seusai mengisi pengajian Muhammadiyah dan Aisyiah di Ranting Ketileng, Keramat, Kabupaten Tegal, saya mendapat kabar Prof. Azra wafat. Sungguh sangat mengejutkan,” ucap Mu’ti.

 

Dia pun langsung mengontak Sonny Zulhuda, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia. Sonny pun membenarkan kabar wafatnya Prof. Azra.

“Meninggalnya Prof. Azra merupakan kehilangan besar bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, umat Islam, dunia pers, dan bangsa Indonesia. Prof. Azra adalah seorang intelektual muslim yang kritis dan berintegritas tinggi. Yang selalu menyuarakan kebenaran, membela hak asasi manusia, menegakkan konstitusi, dan pemihakan kebebasan pers serta demokrasi,” papar Mu’ti.

“Selamat jalan Prof. Azra. Jasa-jasamu untuk saya pribadi dan bangsa Indonesia, sungguh sangat besar. Jasa-jasa itulah yang akan mengantarkanmu ke surga an-Naim. Selamat beristirahat Prof. Azra. Selamat berbahagia di sisi Allah, Tuhan Azza wa Jalla,” pungkasnya. ■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2024. PT Juan Global. All rights reserved. DigiBerita.com. |