Negara-negara GNB Berutang Kemerdekaan Pada Palestina –
4 min readIsu Palestina tetap berada dalam agenda Gerakan Non-Blok (GNB). Isu itu masih belum terselesaikan, karena adanya kesenjangan antara komitmen dengan apa yang sesungguhnya dilaksanakan GNB.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, GNB tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Menurutnya, GNB baru sebatas bicara, tapi belum berbuat.
“Kita tidak melakukan walk the talk, hanya bicara, tapi tidak berbuat,” ujar Retno, ketika bicara dari hati mengenai Palestina dalam Pertemuan Tingkat Menteri GNB di New York, Amerika Serikat (AS) Sabtu (24/9) waktu setempat.
Menurutnya, negara-negara GNB telah banyak berbicara mengenai krisis global. Namun dia bilang, satu hal yang tidak boleh dilewatkan adalah komitmen untuk Palestina. Membebaskan Palestina dari penjajahan adalah “utang” bersama.
Lebih lanjut, Retno menyampaikan, Indonesia merasa bangga dapat berdiri di jajaran paling depan dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Serta menyampaikan kembali komitmen teguh Indonesia untuk mendukung solusi dua negara.
GNB seharusnya dapat memainkan peran lebih besar dalam mendorong dimulainya proses perdamaian. Karena GNB terdiri atas 120 negara. Artinya memiliki 60 persen suara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain itu, sambung Retno, saat ini, terdapat lima negara GNB yang menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.aa
Terkait kekerasan yang terus berlanjut di Palestina, yang dapat menghambat proses perdamaian bagi rakyat Palestina, Retno mengajak GNB harus merapatkan barisan. Menyatukan posisi untuk melakukan upaya-upaya perdamaian bagi Palestina.
“Dengan 139 negara telah mengakui Palestina sebagai negara, kita harus terus berjuang untuk kemerdekaan Palestina, hingga tercapai,” tegasnya.
Komite Palestina GNB adalah salah satu kelompok kerja di GNB yang dibentuk untuk memperkuat dukungan GNB untuk kemerdekaan Palestina. Pertemuan di New York kali ini dipimpin Azerbaijan, selaku Ketua GNB.
Selain dengan GNB, isu Palestina juga dibawa Retno dalam pertemuan dengan Agensi Pekerjaan dan Pemulihan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA). Retno menegaskan, Indonesia akan selalu mendukung UNRWA.
“Indonesia selalu teguh mendukung aktivitas UNRWA dan membantu pengungsi Palestina,” ujarnya.
Retno mengungkapkan pula keprihatinan akan sikap dunia internasional yang seakan menganggap nasib pengungsi Palestina sebagai sesuatu yang normal. Padahal para pengungsi Palestina berhak menikmati hidup layaknya kehidupan yang orang lain jalani.
Makanya, mantan Duta Besar RI untuk Belanda itu, mengajak dunia internasional untuk bekerja sama membantu UNRWA. Terutama karena badan itu kini menangani sekitar 5 juta pengungsi Palestina.
Retno juga menyatakan, ada dua hal yang dapat dilakukan untuk membantu UNRWA. Pertama, mengatasi kendala keuangan UNRWA.
Katanya, Indonesia selalu memberikan dukungan atas perpanjangan mandat UNRWA dan kontribusi keuangan. Kedua, memastikan bahwa UNRWA dapat melaksanakan tugas dengan baik.***
]]> , Isu Palestina tetap berada dalam agenda Gerakan Non-Blok (GNB). Isu itu masih belum terselesaikan, karena adanya kesenjangan antara komitmen dengan apa yang sesungguhnya dilaksanakan GNB.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, GNB tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Menurutnya, GNB baru sebatas bicara, tapi belum berbuat.
“Kita tidak melakukan walk the talk, hanya bicara, tapi tidak berbuat,” ujar Retno, ketika bicara dari hati mengenai Palestina dalam Pertemuan Tingkat Menteri GNB di New York, Amerika Serikat (AS) Sabtu (24/9) waktu setempat.
Menurutnya, negara-negara GNB telah banyak berbicara mengenai krisis global. Namun dia bilang, satu hal yang tidak boleh dilewatkan adalah komitmen untuk Palestina. Membebaskan Palestina dari penjajahan adalah “utang” bersama.
Lebih lanjut, Retno menyampaikan, Indonesia merasa bangga dapat berdiri di jajaran paling depan dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Serta menyampaikan kembali komitmen teguh Indonesia untuk mendukung solusi dua negara.
GNB seharusnya dapat memainkan peran lebih besar dalam mendorong dimulainya proses perdamaian. Karena GNB terdiri atas 120 negara. Artinya memiliki 60 persen suara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain itu, sambung Retno, saat ini, terdapat lima negara GNB yang menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.aa
Terkait kekerasan yang terus berlanjut di Palestina, yang dapat menghambat proses perdamaian bagi rakyat Palestina, Retno mengajak GNB harus merapatkan barisan. Menyatukan posisi untuk melakukan upaya-upaya perdamaian bagi Palestina.
“Dengan 139 negara telah mengakui Palestina sebagai negara, kita harus terus berjuang untuk kemerdekaan Palestina, hingga tercapai,” tegasnya.
Komite Palestina GNB adalah salah satu kelompok kerja di GNB yang dibentuk untuk memperkuat dukungan GNB untuk kemerdekaan Palestina. Pertemuan di New York kali ini dipimpin Azerbaijan, selaku Ketua GNB.
Selain dengan GNB, isu Palestina juga dibawa Retno dalam pertemuan dengan Agensi Pekerjaan dan Pemulihan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA). Retno menegaskan, Indonesia akan selalu mendukung UNRWA.
“Indonesia selalu teguh mendukung aktivitas UNRWA dan membantu pengungsi Palestina,” ujarnya.
Retno mengungkapkan pula keprihatinan akan sikap dunia internasional yang seakan menganggap nasib pengungsi Palestina sebagai sesuatu yang normal. Padahal para pengungsi Palestina berhak menikmati hidup layaknya kehidupan yang orang lain jalani.
Makanya, mantan Duta Besar RI untuk Belanda itu, mengajak dunia internasional untuk bekerja sama membantu UNRWA. Terutama karena badan itu kini menangani sekitar 5 juta pengungsi Palestina.
Retno juga menyatakan, ada dua hal yang dapat dilakukan untuk membantu UNRWA. Pertama, mengatasi kendala keuangan UNRWA.
Katanya, Indonesia selalu memberikan dukungan atas perpanjangan mandat UNRWA dan kontribusi keuangan. Kedua, memastikan bahwa UNRWA dapat melaksanakan tugas dengan baik.***
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID