DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
20 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Mengenal Isme-isme Kontroversial (11) Ateisme –

4 min read

Ateisme (Yunani: atheos) ialah sebuah faham yang menolak adanya Tuhan. Dalam bahasa popular di Indonesia, ateisme sering disamakan dengan agnostisisme atau kafir. Padahal sesungguhnya ketiga kata itu berbeda satu sama lain, sebagaimana akan dijelaskan dalam artikel mendatang. Tren menunjukkan angka ateis cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Menurut hasil survey Eurobarometer Poll pada tahun 2012, sebanyak 13% umat manusia saat ini berfaham ateis. Sampel yang disurvei yaitu China (47%), Jepang (31%), Republik Czech (30%), Perancis (29%), Korea Selatan (15%), Jerman (15%), Belanda (15%), Austria (10%), Iceland (10%), Australia (10%), Republik Irlandia (10%). Sebaliknya survey ini mencatat sebaliknya, negara-negara yang paling mengakui adanya Tuhan (religious persons) sebagai kebalikan ateis ialah: Ghana (96%), Nigeria (93%), Armenia (92%), Fiji (92%), Romania (89%), Kenya (88%), Peru (86%), dan Brazil (85%). Dalam salahsatu survey di AS malah lebih rendah tingkat ateisnya ketimbang beberapa Negara Eropa.

Sebuah survey dilakukan pada tahun 2005 menemukan 1-5 % berfaham ateis. Survey yang dilakukan oleh Gallup International dalam tahun 2012, setiap 50.000 responden dari Negara-negara yang dijadikan sampel terdapat 13% di antaranya menganut faham ateis.

Angka-anka tersebut di atas tidak bisa dipandang enteng, bukan hanya bagi umat Islam, tetapi juga umat beragama lain. Tren ateisme yang cenderung semakin meningkat, bukan saja menjadi ancaman terhadap umat Islam, tetapi langsung atau tidak langsung, akan berdampak juga bagi Indondonesia.

 

Meskipun Indonesia dikenal sebagai reli­gious, sebuah Negara yang mempertahankan nilai-nilai social keagamaan di dalam masyarakatnya, perlu diuji kembali, benarkan rakyat bangsa Indonesia masih kuat berpegang teguh terhadap ajaran agamanya? Dengan kata lain, masihkah para penduduk Indonesia masih seperti dulu, nilai-nilai luhur agama dan keagamaannya masih dipegang teguh oleh masyarakat? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu diadakan suvey lebih akurat. Para pengikut kaum ateis perlu didalami alasannya mengapa mereka berani meninggalkan agamanya dan beralih kesebuah alirtan atau kepercayaan baru?

Pada umumnya kaum ateis beralasan mengapa mereka tidak percaya kepada Tuhan antara lain karena tidak per­caya kepada hal-hal yang bersifat supernatural dan hal-hal lain yang tidak masuk akal. Mereka lebih berpandangan fragmatis sehingga mereka beranggapan tidak efektif menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tdianggapnya tidak berguna. Selain itu mereka juga tidak percaya agama untuk didugunakan sebagai direction di dalam kehidupan mod­ern karena standard dan paradigm agama sulit diprediksi. Mereka lebih percaya ilmu pengetahuan karena semuanya bisa lebih terukur.

Para generasi muda Indonesia yang lulus di negara-negara barat dan sebelumnya tidak pernah memahami dan menda­lami peran dan fungsi agama (Islam) di dalam diri, keluarga, masyarakat, dan negara, perlu diberika paket pembekalan khusus yang intinya tidak lain adalah penyadaran akan peran agama dan spiritualitas di dalam kehidupn pribadi dan masyarakat. Bagi warga bangsa Indonesia ideologi Panca Sila salahsatu nilai yang bisa membantu untuk terciptanya pribadi utuh. ■
]]> , Ateisme (Yunani: atheos) ialah sebuah faham yang menolak adanya Tuhan. Dalam bahasa popular di Indonesia, ateisme sering disamakan dengan agnostisisme atau kafir. Padahal sesungguhnya ketiga kata itu berbeda satu sama lain, sebagaimana akan dijelaskan dalam artikel mendatang. Tren menunjukkan angka ateis cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Menurut hasil survey Eurobarometer Poll pada tahun 2012, sebanyak 13% umat manusia saat ini berfaham ateis. Sampel yang disurvei yaitu China (47%), Jepang (31%), Republik Czech (30%), Perancis (29%), Korea Selatan (15%), Jerman (15%), Belanda (15%), Austria (10%), Iceland (10%), Australia (10%), Republik Irlandia (10%). Sebaliknya survey ini mencatat sebaliknya, negara-negara yang paling mengakui adanya Tuhan (religious persons) sebagai kebalikan ateis ialah: Ghana (96%), Nigeria (93%), Armenia (92%), Fiji (92%), Romania (89%), Kenya (88%), Peru (86%), dan Brazil (85%). Dalam salahsatu survey di AS malah lebih rendah tingkat ateisnya ketimbang beberapa Negara Eropa.

Sebuah survey dilakukan pada tahun 2005 menemukan 1-5 % berfaham ateis. Survey yang dilakukan oleh Gallup International dalam tahun 2012, setiap 50.000 responden dari Negara-negara yang dijadikan sampel terdapat 13% di antaranya menganut faham ateis.

Angka-anka tersebut di atas tidak bisa dipandang enteng, bukan hanya bagi umat Islam, tetapi juga umat beragama lain. Tren ateisme yang cenderung semakin meningkat, bukan saja menjadi ancaman terhadap umat Islam, tetapi langsung atau tidak langsung, akan berdampak juga bagi Indondonesia.

 

Meskipun Indonesia dikenal sebagai reli­gious, sebuah Negara yang mempertahankan nilai-nilai social keagamaan di dalam masyarakatnya, perlu diuji kembali, benarkan rakyat bangsa Indonesia masih kuat berpegang teguh terhadap ajaran agamanya? Dengan kata lain, masihkah para penduduk Indonesia masih seperti dulu, nilai-nilai luhur agama dan keagamaannya masih dipegang teguh oleh masyarakat? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu diadakan suvey lebih akurat. Para pengikut kaum ateis perlu didalami alasannya mengapa mereka berani meninggalkan agamanya dan beralih kesebuah alirtan atau kepercayaan baru?

Pada umumnya kaum ateis beralasan mengapa mereka tidak percaya kepada Tuhan antara lain karena tidak per­caya kepada hal-hal yang bersifat supernatural dan hal-hal lain yang tidak masuk akal. Mereka lebih berpandangan fragmatis sehingga mereka beranggapan tidak efektif menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tdianggapnya tidak berguna. Selain itu mereka juga tidak percaya agama untuk didugunakan sebagai direction di dalam kehidupan mod­ern karena standard dan paradigm agama sulit diprediksi. Mereka lebih percaya ilmu pengetahuan karena semuanya bisa lebih terukur.

Para generasi muda Indonesia yang lulus di negara-negara barat dan sebelumnya tidak pernah memahami dan menda­lami peran dan fungsi agama (Islam) di dalam diri, keluarga, masyarakat, dan negara, perlu diberika paket pembekalan khusus yang intinya tidak lain adalah penyadaran akan peran agama dan spiritualitas di dalam kehidupn pribadi dan masyarakat. Bagi warga bangsa Indonesia ideologi Panca Sila salahsatu nilai yang bisa membantu untuk terciptanya pribadi utuh. ■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2025. DigiBerita.com. All rights reserved |