DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
20 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Mau Tes Urin Mahasiswa Polisi Ditantang Tes Duluan –

7 min read

Polda Metro Jaya berencana melakukan tes urin secara rutin kepada mahasiswa. Yang kena kasus narkoba jenderal Polisi, malah mahasiswa yang mau dites urin.

Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Mukti Juharsa mengatakan, pihaknya akan membangun komunikasi dengan universitas untuk memuluskan program tes urin kepada mahasiswa. Rencananya, program ini akan dilakukan secara rutin.

“Kita akan joint dengan beberapa univer­sitas untuk tes urin bersama,” katanya.

Mukti mengatakan, program tersebut diharapkan bisa menjadikan kampus se­bagai barikade untuk menekan peredaran narkoba dan penjaga moral masyarakat. Khususnya bagi kalangan mahasiswa.

“Tujuan utamanya tentu adalah menekan angka pengguna narkotika di Indonesia dan khususnya Jakarta. Semoga program ini bisa sukses dan lancar,” ujarnya.

Mukti menargetkan program tersebut akan dilaksanakan mulai November men­datang, dengan target menggandeng kam­pus sebanyak mungkin. Tes urin dilakukan sebanyak satu kali tes per bulan.

“Sudah masuk program, insya Allah bulan depan,” ujarnya.

Adapun latar belakang program terse­but adalah kenaikan jumlah pengguna narkotika di Indonesia. Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat kenaikan peng­guna narkotika dari 1,8 persen pada 2019 menjadi 1,95 persen pada 2021.

Risiko perempuan terpapar narkotika juga meningkat dari 0,20 persen pada 2019 menjadi 1,21 persen pada 2021. Data tersebut juga menyebutkan seban­yak 88,4 persen penyalahgunaan disebab­kan oleh pengaruh teman.

Sementara untuk tiga alasan utama penyalahgunaan narkoba adalah per­tama karena ajakan atau bujukan teman. Kedua ingin mencoba dan ketiga untuk bersenang-senang.

“Hal ini yang kita khawatirkan, bahwa kenaikan pengguna sudah cukup itu meningkat di wilayah Indonesia,” kata Mukti.

Sebelumnya, Kepala BNN Komjen Pol Heru Winarko menyarankan kepada per­guruan tinggi melakukan tes urin terhadap mahasiswanya. Sebab, kata dia mahasiswa tersebut ke depan sebagai calon-calon pemimpin bangsa dan negara.

“Hal itu sangat penting dilakukan,” kata dia.

Sebagai seorang pemimpin, menurut Heru, harus bisa memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dan tidak men­galami masalah ketergantungan narkoba. Perguruan Tinggi, kata dia, dapat meng­gunakan tim kesehatan masing-masing untuk melakukan tes narkoba ini.

“Bagaimana seorang pemimpin dapat sukses dalam menjalankan tugasnya, ka­lau dia penggunaan narkoba. Mahasiswa harus diselamatkan dari ketergantungan narkoba,” tegas Heru.

Netizen menyarankan kepada kepoli­sian untuk memberi contoh lebih dahulu. Yaitu, melakukan tes rutin seluruh ang­gota Polri, dan memastikan anggotanya tidak menjadi pengedar, beking dan pengendali narkoba.

Akun @erasmus70 mengatakan, maha­siswa berhak menolak jika dipaksa untuk melakukan tes urin. Kata dia, berdasarkan Undang-Undang Narkotika, mahasiswa boleh menolak program Polda Metro Jaya tersebut.

 

“Tes urin hanya dalam konteks peny­idikan. Selain itu, tolak,” katanya.

Menurut @FredsVino, seharusnya tes urin dilakukan untuk masyarakat yang melakukan pengurusan berkas-berkas yang berkaitan dengan Polri. Bukan, tes urin bagi Mahasiswa.

“Pihak kampus aja nggak melakukan hal itu. Kalau mahasiswanya nggak mau dites urin mau dikasih sanksi apa coba,” ujarnya.

Akun @ZAEffendy meminta kepolisian menjadi contoh yang baik dengan me­meriksa seluruh anggotanya terlebih da­hulu guna memastikan semuanya negatif narkoba. Yaitu, dengan melakukan tes urin setiap Senin, dimulai dari jajaran Polres dan Polsek.

“Bagus untuk contoh bersih narko­ba kepada para mahasiswa,” kata @ZAEffendy. “Anggotamu dulu Pak yang diurus,” timpal @tengil_99.

“Ini kok terbalik ya, Polri yang se­harusnya tes urin dua minggu sekali,” sambung @fff359617141. “Yang kena kasus narkoba polisi, yang dites rutin mahasiswa,” tambah @Androngehe.

Sebelumnya, Irjen Teddy Minahasa ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan peredaran Narkotika. Penetapan tersangka terhadap Teddy berdasarkan hasil gelar perkara yang telah dilakukan. Selain Teddy, enam anggota polisi lainnya juga ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.

“Irjen Pol TM selaku Kapolda Sumbar sebagai pengendali barang bukti 5 kg sabu dari Sumbar, di mana sudah men­jadi 3,3 kg yang kita amankan dan 1,7 kg sabu yang sudah dijual oleh saudara DG yang telah kita tahan dan diedarkan di Kampung Bahari,” ujar Dirresnarkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Mukti Juharsa, Jumat, 14 Oktober 2022.

Akun @gadulumager mengatakan, tes urin bagi anggota kepolisian sangat pent­ing guna mengembalikan kepercayaan masyarakat. Kata dia, sebelum tes urin ke mahasiswa, lebih baik ke semua jajaran polisinya dulu yang diperiksa.

“Kami jelas nggak percaya, sekelas Kapolda saja jual sabu, apalagi yang di bawahnya,” ujarnya.

Akun @izacmeowton menyindir program Polda Metro Jaya ini. Kata dia, ngurusin orang lain lebih menyenangkan dibanding ngurusin instansi sendiri.

“Cakep nih, kalau semua yang digaji dari duit rakyat dilakukan tes penggunaan narkoba,” ungkap @GeenGeluk.

Akun @nadhymura mendesak kepoli­sian fokus menangkap bandar narkoba dibandingkan sibuk melakukan tes urin untuk mahasiswa. Kata dia, bandar narko­ba yang dihancurkan, bukan mahasiswa yang dites urin.

“Kalau tidak ada narkoba tidak lagi pakai segala tes urin,” katanya.

Saran serupa dilontarkan @IsoWira. Kata dia, kepolisian lebih baik menyibuk­kan diri sendiri saja dengan menangkap penjual narkoba.

“Sebenarnya sudah ditangkap ban­darnya, sudah disita juga barang buktinya cuma yang itu dijual lagi,” sambung @fromDeadStars. “Masih dibutuhkan setorannya kali,” tambah @Fbx_ar. [ASI] ]]> , Polda Metro Jaya berencana melakukan tes urin secara rutin kepada mahasiswa. Yang kena kasus narkoba jenderal Polisi, malah mahasiswa yang mau dites urin.

Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Mukti Juharsa mengatakan, pihaknya akan membangun komunikasi dengan universitas untuk memuluskan program tes urin kepada mahasiswa. Rencananya, program ini akan dilakukan secara rutin.

“Kita akan joint dengan beberapa univer­sitas untuk tes urin bersama,” katanya.

Mukti mengatakan, program tersebut diharapkan bisa menjadikan kampus se­bagai barikade untuk menekan peredaran narkoba dan penjaga moral masyarakat. Khususnya bagi kalangan mahasiswa.

“Tujuan utamanya tentu adalah menekan angka pengguna narkotika di Indonesia dan khususnya Jakarta. Semoga program ini bisa sukses dan lancar,” ujarnya.

Mukti menargetkan program tersebut akan dilaksanakan mulai November men­datang, dengan target menggandeng kam­pus sebanyak mungkin. Tes urin dilakukan sebanyak satu kali tes per bulan.

“Sudah masuk program, insya Allah bulan depan,” ujarnya.

Adapun latar belakang program terse­but adalah kenaikan jumlah pengguna narkotika di Indonesia. Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat kenaikan peng­guna narkotika dari 1,8 persen pada 2019 menjadi 1,95 persen pada 2021.

Risiko perempuan terpapar narkotika juga meningkat dari 0,20 persen pada 2019 menjadi 1,21 persen pada 2021. Data tersebut juga menyebutkan seban­yak 88,4 persen penyalahgunaan disebab­kan oleh pengaruh teman.

Sementara untuk tiga alasan utama penyalahgunaan narkoba adalah per­tama karena ajakan atau bujukan teman. Kedua ingin mencoba dan ketiga untuk bersenang-senang.

“Hal ini yang kita khawatirkan, bahwa kenaikan pengguna sudah cukup itu meningkat di wilayah Indonesia,” kata Mukti.

Sebelumnya, Kepala BNN Komjen Pol Heru Winarko menyarankan kepada per­guruan tinggi melakukan tes urin terhadap mahasiswanya. Sebab, kata dia mahasiswa tersebut ke depan sebagai calon-calon pemimpin bangsa dan negara.

“Hal itu sangat penting dilakukan,” kata dia.

Sebagai seorang pemimpin, menurut Heru, harus bisa memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dan tidak men­galami masalah ketergantungan narkoba. Perguruan Tinggi, kata dia, dapat meng­gunakan tim kesehatan masing-masing untuk melakukan tes narkoba ini.

“Bagaimana seorang pemimpin dapat sukses dalam menjalankan tugasnya, ka­lau dia penggunaan narkoba. Mahasiswa harus diselamatkan dari ketergantungan narkoba,” tegas Heru.

Netizen menyarankan kepada kepoli­sian untuk memberi contoh lebih dahulu. Yaitu, melakukan tes rutin seluruh ang­gota Polri, dan memastikan anggotanya tidak menjadi pengedar, beking dan pengendali narkoba.

Akun @erasmus70 mengatakan, maha­siswa berhak menolak jika dipaksa untuk melakukan tes urin. Kata dia, berdasarkan Undang-Undang Narkotika, mahasiswa boleh menolak program Polda Metro Jaya tersebut.

 

“Tes urin hanya dalam konteks peny­idikan. Selain itu, tolak,” katanya.

Menurut @FredsVino, seharusnya tes urin dilakukan untuk masyarakat yang melakukan pengurusan berkas-berkas yang berkaitan dengan Polri. Bukan, tes urin bagi Mahasiswa.

“Pihak kampus aja nggak melakukan hal itu. Kalau mahasiswanya nggak mau dites urin mau dikasih sanksi apa coba,” ujarnya.

Akun @ZAEffendy meminta kepolisian menjadi contoh yang baik dengan me­meriksa seluruh anggotanya terlebih da­hulu guna memastikan semuanya negatif narkoba. Yaitu, dengan melakukan tes urin setiap Senin, dimulai dari jajaran Polres dan Polsek.

“Bagus untuk contoh bersih narko­ba kepada para mahasiswa,” kata @ZAEffendy. “Anggotamu dulu Pak yang diurus,” timpal @tengil_99.

“Ini kok terbalik ya, Polri yang se­harusnya tes urin dua minggu sekali,” sambung @fff359617141. “Yang kena kasus narkoba polisi, yang dites rutin mahasiswa,” tambah @Androngehe.

Sebelumnya, Irjen Teddy Minahasa ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan peredaran Narkotika. Penetapan tersangka terhadap Teddy berdasarkan hasil gelar perkara yang telah dilakukan. Selain Teddy, enam anggota polisi lainnya juga ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.

“Irjen Pol TM selaku Kapolda Sumbar sebagai pengendali barang bukti 5 kg sabu dari Sumbar, di mana sudah men­jadi 3,3 kg yang kita amankan dan 1,7 kg sabu yang sudah dijual oleh saudara DG yang telah kita tahan dan diedarkan di Kampung Bahari,” ujar Dirresnarkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Mukti Juharsa, Jumat, 14 Oktober 2022.

Akun @gadulumager mengatakan, tes urin bagi anggota kepolisian sangat pent­ing guna mengembalikan kepercayaan masyarakat. Kata dia, sebelum tes urin ke mahasiswa, lebih baik ke semua jajaran polisinya dulu yang diperiksa.

“Kami jelas nggak percaya, sekelas Kapolda saja jual sabu, apalagi yang di bawahnya,” ujarnya.

Akun @izacmeowton menyindir program Polda Metro Jaya ini. Kata dia, ngurusin orang lain lebih menyenangkan dibanding ngurusin instansi sendiri.

“Cakep nih, kalau semua yang digaji dari duit rakyat dilakukan tes penggunaan narkoba,” ungkap @GeenGeluk.

Akun @nadhymura mendesak kepoli­sian fokus menangkap bandar narkoba dibandingkan sibuk melakukan tes urin untuk mahasiswa. Kata dia, bandar narko­ba yang dihancurkan, bukan mahasiswa yang dites urin.

“Kalau tidak ada narkoba tidak lagi pakai segala tes urin,” katanya.

Saran serupa dilontarkan @IsoWira. Kata dia, kepolisian lebih baik menyibuk­kan diri sendiri saja dengan menangkap penjual narkoba.

“Sebenarnya sudah ditangkap ban­darnya, sudah disita juga barang buktinya cuma yang itu dijual lagi,” sambung @fromDeadStars. “Masih dibutuhkan setorannya kali,” tambah @Fbx_ar. [ASI]

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2025. DigiBerita.com. All rights reserved |