Mau Bangun Kereta Gantung Di IKN BKS Rayu Produsen Austria –
4 min readMenteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi berkunjung ke Austria untuk penjajakan kerja sama bidang transportasi di Ibu Kota Negara (IKN).
Di Austria, BKS-sapaan Budi Karya Sumadi, bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suarso Monoarfa, menemui Chief Executive Officer Doppelmayr Thomas Pichler.
Kunjungan ke Kantor Doppelmayr Garaventa Group di Wolfurt Austria, lantaran perusahaan tersebut merupakan produsen kereta gantung internasional. Penggerak orang untuk ke area ski, transportasi perkotaan, taman hiburan, dan material handling system. Hingga tahun 2019, perusahaan ini telah melakukan lebih dari 15 ribu instalasi di 96 negara.
Pada kunjungannya ke Wolfurt, Kamis (1/9), BKS merayu Doppelmayr Garaventa Group agar mau membangun ropeway cable car atau kereta gantung di IKN.
Bersama Suharso, BKS dan Thomas Pichler melihat langsung sistem pembuatan serta pengelolaan kereta gantung.
BKS mengatakan, kunjungan ke Doppelmayr memberikan wawasan berharga tentang teknologi kereta gantung yang telah dikembangkan.
“Kami akan kembangkan kereta gantung sebagai salah satu transportasi ramah lingkungan, untuk melayani mobilitas dan pariwisata di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) di IKN,” ujar BKS dalam keterangan resminya, kemarin.
Eks Dirut Angkasa Pura ll ini memastikan tidak hanya di IKN, kereta gantung juga dapat digunakan di sejumlah wilayah di Indonesia. Terutama untuk menghubungkan daerah yang berbukit atau sulit dijangkau. Kereta gantung juga dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata.
Dalam kesempatan itu, BKS mengajak Doppelmayr dan sejumlah perusahaan di Austria berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan sistem transportasi perkeretaapian di Indonesia.
Termasuk melakukan kerja sama pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam teknologi kereta gantung. Dengan melaksanakan program pertukaran SDM, maupun program-program lainnya.
Tampung 2 Ribu Penumpang/Jam
Menyikapi itu, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno memperkirakan, pembangunan kereta gantung di IKN membutuhkan biaya Rp 315 miliar per kilometer (km). Angkutan itu dapat menampung 2 ribu penumpang per jam.
“Ide kereta gantung di IKN relatif baru. Prinsip kehati-hatian memilih trace yang akan dibangun harus memperhatikan keamanan kepala pemerintahan, pejabat negara dan diplomat asing. Apalagi, menyangkut keberadaan Istana Negara sebagai tempat tinggal presiden dan keluarga,” jelasnya.
Djoko merinci, alternatif pilihan kereta gantung yang dipakai yakni Téléphérique des Capucins. Ide terkini dengan panjang jalur kilometer yang akan dilayani 4 stasiun, durasi perjalanan 12 menit, kecepatan 20 kilometer per jam dan kapasitas angkutnya 2 ribu penumpang per jam per arah.
Menurut dia, keunggulan kereta gantung, yakni berkapasitas tinggi, dapat menampung ribuan penumpang per jam, hemat energi, membutuhkan lahan minim, biaya investasi, operasional dan perawatan rendah.
Selain itu, kereta gantung dapat beroperasi tanpa pengemudi dan ditambah biaya pemeliharaan yang rendah. Pembangunannya singkat, ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan emisi CO2 yang sangat minim, dan berdampak minimal terhadap lanskap kota. [KPJ] ]]> , Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi berkunjung ke Austria untuk penjajakan kerja sama bidang transportasi di Ibu Kota Negara (IKN).
Di Austria, BKS-sapaan Budi Karya Sumadi, bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suarso Monoarfa, menemui Chief Executive Officer Doppelmayr Thomas Pichler.
Kunjungan ke Kantor Doppelmayr Garaventa Group di Wolfurt Austria, lantaran perusahaan tersebut merupakan produsen kereta gantung internasional. Penggerak orang untuk ke area ski, transportasi perkotaan, taman hiburan, dan material handling system. Hingga tahun 2019, perusahaan ini telah melakukan lebih dari 15 ribu instalasi di 96 negara.
Pada kunjungannya ke Wolfurt, Kamis (1/9), BKS merayu Doppelmayr Garaventa Group agar mau membangun ropeway cable car atau kereta gantung di IKN.
Bersama Suharso, BKS dan Thomas Pichler melihat langsung sistem pembuatan serta pengelolaan kereta gantung.
BKS mengatakan, kunjungan ke Doppelmayr memberikan wawasan berharga tentang teknologi kereta gantung yang telah dikembangkan.
“Kami akan kembangkan kereta gantung sebagai salah satu transportasi ramah lingkungan, untuk melayani mobilitas dan pariwisata di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) di IKN,” ujar BKS dalam keterangan resminya, kemarin.
Eks Dirut Angkasa Pura ll ini memastikan tidak hanya di IKN, kereta gantung juga dapat digunakan di sejumlah wilayah di Indonesia. Terutama untuk menghubungkan daerah yang berbukit atau sulit dijangkau. Kereta gantung juga dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata.
Dalam kesempatan itu, BKS mengajak Doppelmayr dan sejumlah perusahaan di Austria berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan sistem transportasi perkeretaapian di Indonesia.
Termasuk melakukan kerja sama pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam teknologi kereta gantung. Dengan melaksanakan program pertukaran SDM, maupun program-program lainnya.
Tampung 2 Ribu Penumpang/Jam
Menyikapi itu, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno memperkirakan, pembangunan kereta gantung di IKN membutuhkan biaya Rp 315 miliar per kilometer (km). Angkutan itu dapat menampung 2 ribu penumpang per jam.
“Ide kereta gantung di IKN relatif baru. Prinsip kehati-hatian memilih trace yang akan dibangun harus memperhatikan keamanan kepala pemerintahan, pejabat negara dan diplomat asing. Apalagi, menyangkut keberadaan Istana Negara sebagai tempat tinggal presiden dan keluarga,” jelasnya.
Djoko merinci, alternatif pilihan kereta gantung yang dipakai yakni Téléphérique des Capucins. Ide terkini dengan panjang jalur kilometer yang akan dilayani 4 stasiun, durasi perjalanan 12 menit, kecepatan 20 kilometer per jam dan kapasitas angkutnya 2 ribu penumpang per jam per arah.
Menurut dia, keunggulan kereta gantung, yakni berkapasitas tinggi, dapat menampung ribuan penumpang per jam, hemat energi, membutuhkan lahan minim, biaya investasi, operasional dan perawatan rendah.
Selain itu, kereta gantung dapat beroperasi tanpa pengemudi dan ditambah biaya pemeliharaan yang rendah. Pembangunannya singkat, ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan emisi CO2 yang sangat minim, dan berdampak minimal terhadap lanskap kota. [KPJ]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID