Laba Melonjak 50,11 Persen Kinerja BTN Gemilang –
7 min readPT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN, berhasil mencatat kinerja gemilang pada kuartal III-2022. Perusahaan pelat merah ini meraih laba Rp 2,28 triliun atau melonjak 50,11 persen dibanding laba di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,51 triliun.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan, transformasi yang diserukan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membuahkan hasil yang positif. Kinerja perseroan pada kuartal III-2022 semakin baik. Dan diyakininya akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini.
“Kenaikan laba bersih perseroan, ditopang oleh keberhasilan BTN menjalankan inisiatif strategis di kuartal III-2022. Seperti peningkatan penyaluran kredit,” kata Haru dalam Paparan Publik Kinerja Keuangan BTN di Jakarta, kemarin.
Kinerja ciamik perseroan didukung biaya dana (cost of fund) yang berhasil ditekan, seiring dengan peningkatan penghimpunan dana murah. Ditambah dengan suksesnya BTN melakukan perbaikan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL), yang terus menurun hingga akhir September 2022.
Sepanjang periode Januari-September 2022, BTN terbukti mampu menyalurkan kredit mencapai Rp 289,6 triliun. Atau meningkat 7,18 persen dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 270,27 triliun. Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih mendominasi total kredit perseroan pada kuartal III-2022.
Adapun kredit perumahan yang disalurkan BTN hingga akhir September 2022 mencapai Rp 256,48 triliun. Dari jumlah tersebut, KPR Subsidi pada kuartal III-2022 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp 140,97 triliun. Alias tumbuh 8,46 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 129,97 triliun.
Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 6,4 persen menjadi Rp 87,11 triliun pada kuartal III-2022, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 81,87 triliun.
“Penyaluran kredit yang berkualitas dengan melakukan sentralisasi proses kredit, telah berhasil membuat rasio kredit ber masalah BTN terus membaik,” jelas Haru.
NPL Gross pada kuartal III-2022 ini tercatat berada pada level 3,45 persen. Atau lebih rendah dari sebelumnya di level 3,94 persen. Sedangkan NPL Nett sebesar 1,23 persen atau turun dari posisi 1,50 persen.
Haru mengatakan, kenaikan kredit berdampak pada penda patan bunga bersih atau Net Interest Income (NII), yang tumbuh 31,84 persen pada kuartal III-2022 menjadi Rp 11,54 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 8,75 triliun.
Sementara lonjakan NII tersebut membuat rasio Net Interest Margin (NIM) BTN juga menga lami kenaikan dari 3,52 persen pada akhir September 2021, menjadi 4,51 persen di kuartal III-2022. Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), Haru bilang, pada kuartal III-2022 perolehan DPK BTN mencapai Rp 312,84 triliun. Atau naik 7,41 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 291,26 triliun.
Dari jumlah tersebut, perolehan dana murah atau CASA (Current Account Saving Account) mencapai Rp 143,59 triliun, naik sebesar 18,7 persen dibandingkan akhir September 2021 sebesar Rp 120,96 triliun.
“Kenaikan CASA yang cukup tinggi tersebut membuat kontribusi dana murah mengalami kenaikan menjadi 45,9 persen, dari total DPK BTN pada kuartal III tahun 2022,” ucap mantan Direktur Keuangan BRI ini.
Kenaikan dana murah tersebut, sambung Haru, membuat emiten berkode saham BBTN ini berhasil menekan biaya dana atau cost of fund BTN pada akhir September 2022 menjadi 2,36 persen, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,28 persen.
Menurut Haru, kinerja BTN pada akhir September 2022 yang cukup gemilang ini, mendorong aset perseroan meningkat sebesar 5,77 persen menjadi Rp 389,29 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 368,05 triliun.
Dari sisi kinerja syariah, Direktur Consumer Bank BTN Hirwandi Gafar menjelaskan, laba bersih Unit Usaha Syariah (UUS) BTN (BTN Syariah) juga tum buh positif pada kuartal III-2022. Laba bersih UUS BTN ter sebut tercatat melonjak 66 persen dari Rp 141,74 miliar pada kuartal III-2021 menjadi Rp 235,27 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Capaian positif BTN Syariah tersebut didukung pertumbuhan bisnis yang stabil.
Pada kuartal III-2022, pembiayaan syariah tercatat tumbuh 11 persen menjadi Rp 30,35 triliun dibandingkan akhir September 2022 sebesar Rp 27,35 triliun.
Sementara total DPK yang berhasil dihimpun BTN Syariah mencapai Rp 31,05 triliun, tumbuh 11,2 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 27,92 triliun.
“Dengan capaian tersebut, aset BTN Syariah berhasil tumbuh 13,07 persen menjadi Rp 41,29 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 36,51 triliun,” pungkas Hirwandi.
Penyesuaian Bunga
Di tengah tren kenaikan suku bunga kredit yang terus melonjak, Haru mengatakan, saat ini bunga acuan merupakan salah satu komponen yang menentukan tingkat bunga.
Ada kondisi likuiditas dan persaingan di pasar. Sehingga pihaknya maklum jika Bank Sentral kembali mengerek suku bunga acuan 50 bps (basis poin), menjadi 4,75 persen.
“Kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI) itu adalah hal yang wajar. Tugas BI kan untuk menjaga nilai rupiah,” kata pria jebolan Investment Banking Emory University, Amerika Serikat ini.
Menurutnya, BTN berencana menyesuaikan bunga simpanan. Namun diakui Haru, kenaikan suku bunga acuan tidak langsung otomatis membuat BTN mengerek suku bunga deposito maupun kredit.
“Mungkin dari SBDK (Suku Bunga Dasar Kredit) BTN ma sih akan tetap sama. Kalau bo leh secara singkat, kenaikan BI rate ini akan menyesuaikan, ka lau bunga simpanan naik ya bunga kredit naik,” ungkapnya.
Yang pasti, kata Pria kelahiran Jakarta ini, BTN akan terus memberikan banyak potongan harga untuk KPR.
Sementara untuk saat ini, bunga KPR fixed tidak akan mengalami kenaikan. Sepanjang periode Januari-September 2022, BTN berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp 289,6 triliun, meningkat 7,18 persen dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 270,27 triliun. [DWI] ]]> , PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN, berhasil mencatat kinerja gemilang pada kuartal III-2022. Perusahaan pelat merah ini meraih laba Rp 2,28 triliun atau melonjak 50,11 persen dibanding laba di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,51 triliun.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan, transformasi yang diserukan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membuahkan hasil yang positif. Kinerja perseroan pada kuartal III-2022 semakin baik. Dan diyakininya akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini.
“Kenaikan laba bersih perseroan, ditopang oleh keberhasilan BTN menjalankan inisiatif strategis di kuartal III-2022. Seperti peningkatan penyaluran kredit,” kata Haru dalam Paparan Publik Kinerja Keuangan BTN di Jakarta, kemarin.
Kinerja ciamik perseroan didukung biaya dana (cost of fund) yang berhasil ditekan, seiring dengan peningkatan penghimpunan dana murah. Ditambah dengan suksesnya BTN melakukan perbaikan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL), yang terus menurun hingga akhir September 2022.
Sepanjang periode Januari-September 2022, BTN terbukti mampu menyalurkan kredit mencapai Rp 289,6 triliun. Atau meningkat 7,18 persen dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 270,27 triliun. Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih mendominasi total kredit perseroan pada kuartal III-2022.
Adapun kredit perumahan yang disalurkan BTN hingga akhir September 2022 mencapai Rp 256,48 triliun. Dari jumlah tersebut, KPR Subsidi pada kuartal III-2022 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp 140,97 triliun. Alias tumbuh 8,46 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 129,97 triliun.
Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 6,4 persen menjadi Rp 87,11 triliun pada kuartal III-2022, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 81,87 triliun.
“Penyaluran kredit yang berkualitas dengan melakukan sentralisasi proses kredit, telah berhasil membuat rasio kredit ber masalah BTN terus membaik,” jelas Haru.
NPL Gross pada kuartal III-2022 ini tercatat berada pada level 3,45 persen. Atau lebih rendah dari sebelumnya di level 3,94 persen. Sedangkan NPL Nett sebesar 1,23 persen atau turun dari posisi 1,50 persen.
Haru mengatakan, kenaikan kredit berdampak pada penda patan bunga bersih atau Net Interest Income (NII), yang tumbuh 31,84 persen pada kuartal III-2022 menjadi Rp 11,54 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 8,75 triliun.
Sementara lonjakan NII tersebut membuat rasio Net Interest Margin (NIM) BTN juga menga lami kenaikan dari 3,52 persen pada akhir September 2021, menjadi 4,51 persen di kuartal III-2022. Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), Haru bilang, pada kuartal III-2022 perolehan DPK BTN mencapai Rp 312,84 triliun. Atau naik 7,41 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 291,26 triliun.
Dari jumlah tersebut, perolehan dana murah atau CASA (Current Account Saving Account) mencapai Rp 143,59 triliun, naik sebesar 18,7 persen dibandingkan akhir September 2021 sebesar Rp 120,96 triliun.
“Kenaikan CASA yang cukup tinggi tersebut membuat kontribusi dana murah mengalami kenaikan menjadi 45,9 persen, dari total DPK BTN pada kuartal III tahun 2022,” ucap mantan Direktur Keuangan BRI ini.
Kenaikan dana murah tersebut, sambung Haru, membuat emiten berkode saham BBTN ini berhasil menekan biaya dana atau cost of fund BTN pada akhir September 2022 menjadi 2,36 persen, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,28 persen.
Menurut Haru, kinerja BTN pada akhir September 2022 yang cukup gemilang ini, mendorong aset perseroan meningkat sebesar 5,77 persen menjadi Rp 389,29 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 368,05 triliun.
Dari sisi kinerja syariah, Direktur Consumer Bank BTN Hirwandi Gafar menjelaskan, laba bersih Unit Usaha Syariah (UUS) BTN (BTN Syariah) juga tum buh positif pada kuartal III-2022. Laba bersih UUS BTN ter sebut tercatat melonjak 66 persen dari Rp 141,74 miliar pada kuartal III-2021 menjadi Rp 235,27 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Capaian positif BTN Syariah tersebut didukung pertumbuhan bisnis yang stabil.
Pada kuartal III-2022, pembiayaan syariah tercatat tumbuh 11 persen menjadi Rp 30,35 triliun dibandingkan akhir September 2022 sebesar Rp 27,35 triliun.
Sementara total DPK yang berhasil dihimpun BTN Syariah mencapai Rp 31,05 triliun, tumbuh 11,2 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 27,92 triliun.
“Dengan capaian tersebut, aset BTN Syariah berhasil tumbuh 13,07 persen menjadi Rp 41,29 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 36,51 triliun,” pungkas Hirwandi.
Penyesuaian Bunga
Di tengah tren kenaikan suku bunga kredit yang terus melonjak, Haru mengatakan, saat ini bunga acuan merupakan salah satu komponen yang menentukan tingkat bunga.
Ada kondisi likuiditas dan persaingan di pasar. Sehingga pihaknya maklum jika Bank Sentral kembali mengerek suku bunga acuan 50 bps (basis poin), menjadi 4,75 persen.
“Kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI) itu adalah hal yang wajar. Tugas BI kan untuk menjaga nilai rupiah,” kata pria jebolan Investment Banking Emory University, Amerika Serikat ini.
Menurutnya, BTN berencana menyesuaikan bunga simpanan. Namun diakui Haru, kenaikan suku bunga acuan tidak langsung otomatis membuat BTN mengerek suku bunga deposito maupun kredit.
“Mungkin dari SBDK (Suku Bunga Dasar Kredit) BTN ma sih akan tetap sama. Kalau bo leh secara singkat, kenaikan BI rate ini akan menyesuaikan, ka lau bunga simpanan naik ya bunga kredit naik,” ungkapnya.
Yang pasti, kata Pria kelahiran Jakarta ini, BTN akan terus memberikan banyak potongan harga untuk KPR.
Sementara untuk saat ini, bunga KPR fixed tidak akan mengalami kenaikan. Sepanjang periode Januari-September 2022, BTN berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp 289,6 triliun, meningkat 7,18 persen dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 270,27 triliun. [DWI]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID