Ketemu Dua Petinggi Perusahaan Prancis Bahlil Mau Pengusaha Lokal Ikut Digandeng –
5 min readDalam lawatannya ke Eropa, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia bertemu dengan para petinggi dua perusahaan asal Prancis. Bahlil meminta perusahaan tersebut menggandeng pengusaha lokal/Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia.
Dua perusahaan yang disambangi Bahlil, yaitu Produsen Listrik Independen (IPP) asal Prancis, HDF Energy. Dan salah satu perusahan tambang terbesar di Prancis, Eramet.
Dalam pertemuannya dengan Deputy CEO of HDF Energy Jean-Noël de Charentenay, Bahlil memberikan dukungan atas rencana investasi HDF Energy di Indonesia. Ini terkait pengembangan proyek energi terbarukan di Indonesia.
Bahlil berharap, ada pemerataan dalam investasi tersebut dengan menggandeng pelaku usaha lokal atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Pengusahanya juga harus profesional dan memiliki kualitas,” ucap Bahlil dalam keterangannya, kemarin.
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu menjelaskan, saat ini dunia sedang mendorong Energi Baru Terbarukan (EBT). Dan Indonesia, memiliki sumber daya yang berlimpah. Seperti angin, air, dan matahari, yang dapat dimaksimalkan dengan menggunakan teknologi canggih.
Dalam proses bisnisnya, HDF menggunakan hidrogen untuk menyimpan kelebihan suplai energi hijau dari angin dan matahari. HDF Energy juga sedang menjalankan rencana 20 proyek dengan total investasi senilai 1,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
“Kami mengapresiasi rencana kolaborasi HDF dengan pengusaha daerah. Karena hal tersebut sejalan dengan arah kebijakan Pemerintah Indonesia saat ini,” katanya.
Deputy CEO of HDF Energy Jean-Noel de Charentenay menjelaskan, HDF merupakan perusahaan pembangkit tenaga listrik menggunakan energi hijau, yaitu angin dan matahari. Yang juga didukung oleh teknologi baterai untuk menyimpan energi dari sumber hijau tersebut.
HDF memiliki peran potensial untuk mendukung peningkatan produksi energi hijau. Ada tantangan terkait stabilitas suplai energi hijau jika dibandingkan dengan energi fosil.
“Kenapa kami tertarik untuk berinvestasi di Indonesia? Karena kami memiliki solusi yang tepat, terkait karakteristik tantangan yang dihadapi Indonesia, yaitu jumlah populasi yang sangat besar. Kami dapat menjamin stabilitas suplai listrik. Kami merasa memiliki kontribusi di Indonesia,” jelas Noel.
Saat ini, HDF Energy sedang mengupayakan pengembangan proyek Renewable Energy (energi terbarukan) pertama di Indonesia dengan target Kawasan Timur Indonesia.
Proyek tersebut direncanakan akan dikembangkan secara bertahap, dimulai dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Selanjutnya akan diperluas ke daerah Timur Indonesia lainnya.
HDF Energy merupakan perusahaan pionir teknologi bidang pembangkit listrik hidrogen (Power-to-Power / Renewstable dan Hydrogen-to-Power) dan juga merupakan produsen fuel cell berdaya tinggi (>1 MW).
Teknologi renewable menangkap energi terbarukan (tenaga matahari, angin, atau kombinasi) dan mengkombinasikan dengan baterai dan teknologi hidrogen, untuk menghasilkan listrik bersih 24 jam.
Sementara, dalam pertemuannya dengan Senior VP Corporate Affairs & Partnership Eramet, Pierre-Alain Gautier, Bahlil mendorong Eramet segera merealisasikan rencana investasi membangun proyek smelter untuk bahan baku baterai.
Eramet bekerja sama dengan BASF, perusahaan kimia asal Jerman, dan berlokasi di Weda Bay dengan total investasi 2,2-2,5 miliar dolar AS. Proyek ini dinamakan Sonic Bay.
“Saya harap komitmen dari Eramet dan dapat memulai kontruksi. Saya hanya minta satu hal saja. Keterlibatan pengusaha lokal harus diperhatikan. Kontraktor tambangnya harus beri porsi pengusaha lokal agar ada pemerataan. Saya harap, ini jadi fokus yang dibicarakan Eramet dengan BASF,” ujar Bahlil.
Menanggapi hal tersebut, Gautier menyatakan kesiapannya terus meningkatkan keterlibatan pengusaha lokal dalam menjalankan usahanya.
Gautier juga mengungkapkan permohonan dukungan dari Kementerian Investasi untuk melakukan percepatan pengurusan izin konservasi lahan. [NOV] ]]> , Dalam lawatannya ke Eropa, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia bertemu dengan para petinggi dua perusahaan asal Prancis. Bahlil meminta perusahaan tersebut menggandeng pengusaha lokal/Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia.
Dua perusahaan yang disambangi Bahlil, yaitu Produsen Listrik Independen (IPP) asal Prancis, HDF Energy. Dan salah satu perusahan tambang terbesar di Prancis, Eramet.
Dalam pertemuannya dengan Deputy CEO of HDF Energy Jean-Noël de Charentenay, Bahlil memberikan dukungan atas rencana investasi HDF Energy di Indonesia. Ini terkait pengembangan proyek energi terbarukan di Indonesia.
Bahlil berharap, ada pemerataan dalam investasi tersebut dengan menggandeng pelaku usaha lokal atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Pengusahanya juga harus profesional dan memiliki kualitas,” ucap Bahlil dalam keterangannya, kemarin.
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) itu menjelaskan, saat ini dunia sedang mendorong Energi Baru Terbarukan (EBT). Dan Indonesia, memiliki sumber daya yang berlimpah. Seperti angin, air, dan matahari, yang dapat dimaksimalkan dengan menggunakan teknologi canggih.
Dalam proses bisnisnya, HDF menggunakan hidrogen untuk menyimpan kelebihan suplai energi hijau dari angin dan matahari. HDF Energy juga sedang menjalankan rencana 20 proyek dengan total investasi senilai 1,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
“Kami mengapresiasi rencana kolaborasi HDF dengan pengusaha daerah. Karena hal tersebut sejalan dengan arah kebijakan Pemerintah Indonesia saat ini,” katanya.
Deputy CEO of HDF Energy Jean-Noel de Charentenay menjelaskan, HDF merupakan perusahaan pembangkit tenaga listrik menggunakan energi hijau, yaitu angin dan matahari. Yang juga didukung oleh teknologi baterai untuk menyimpan energi dari sumber hijau tersebut.
HDF memiliki peran potensial untuk mendukung peningkatan produksi energi hijau. Ada tantangan terkait stabilitas suplai energi hijau jika dibandingkan dengan energi fosil.
“Kenapa kami tertarik untuk berinvestasi di Indonesia? Karena kami memiliki solusi yang tepat, terkait karakteristik tantangan yang dihadapi Indonesia, yaitu jumlah populasi yang sangat besar. Kami dapat menjamin stabilitas suplai listrik. Kami merasa memiliki kontribusi di Indonesia,” jelas Noel.
Saat ini, HDF Energy sedang mengupayakan pengembangan proyek Renewable Energy (energi terbarukan) pertama di Indonesia dengan target Kawasan Timur Indonesia.
Proyek tersebut direncanakan akan dikembangkan secara bertahap, dimulai dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Selanjutnya akan diperluas ke daerah Timur Indonesia lainnya.
HDF Energy merupakan perusahaan pionir teknologi bidang pembangkit listrik hidrogen (Power-to-Power / Renewstable dan Hydrogen-to-Power) dan juga merupakan produsen fuel cell berdaya tinggi (>1 MW).
Teknologi renewable menangkap energi terbarukan (tenaga matahari, angin, atau kombinasi) dan mengkombinasikan dengan baterai dan teknologi hidrogen, untuk menghasilkan listrik bersih 24 jam.
Sementara, dalam pertemuannya dengan Senior VP Corporate Affairs & Partnership Eramet, Pierre-Alain Gautier, Bahlil mendorong Eramet segera merealisasikan rencana investasi membangun proyek smelter untuk bahan baku baterai.
Eramet bekerja sama dengan BASF, perusahaan kimia asal Jerman, dan berlokasi di Weda Bay dengan total investasi 2,2-2,5 miliar dolar AS. Proyek ini dinamakan Sonic Bay.
“Saya harap komitmen dari Eramet dan dapat memulai kontruksi. Saya hanya minta satu hal saja. Keterlibatan pengusaha lokal harus diperhatikan. Kontraktor tambangnya harus beri porsi pengusaha lokal agar ada pemerataan. Saya harap, ini jadi fokus yang dibicarakan Eramet dengan BASF,” ujar Bahlil.
Menanggapi hal tersebut, Gautier menyatakan kesiapannya terus meningkatkan keterlibatan pengusaha lokal dalam menjalankan usahanya.
Gautier juga mengungkapkan permohonan dukungan dari Kementerian Investasi untuk melakukan percepatan pengurusan izin konservasi lahan. [NOV]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID