Kesuksesan G20, Momentum Memperkuat Narasi Kebangsaan –
4 min readPelaksanaan Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang juga bertepatan dengan Hari Toleransi Sedunia, berlangsung aman dan damai. Hal itu tak lepas dari semangat harmonisasi kehidupan dalam pelaksanaan KTT tersebut.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menilai, G20 terlaksana dengan baik dan kondusif secara tidak langsung membuktikan bahwa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara maju lainnya. Khususnya dalam hal keseriusan dan komitmen seluruh lapisan guna menciptakan situasi yang aman dan nyaman bagi para pemimpin dunia.
“Sebenarnya, substansi dari KTT G20 itu membuktikan bahwa bangsa Indonesia ini mampu sejajar dengan negara maju lainnya. Rasa aman, tidak ada gangguan, politiknya stabil, itu yang membuat internasional menghargai dan percaya dengan kapabilitas Indonesia,” ujar pria yang akrab disapa Romo Benny ini, di Jakarta, Sabtu (19/11).
Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari dukungan dan kesadaran masyarakat yang semakin hari kini sudah mengalami peningkatan dari segi kualitas literasi digital. Benny menyebut, masyarakat kini sudah memahami bahwa konflik dan SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) tidak hanya merugikan bagi kepentingan nasional, tapi juga internasional.
“Masyarakat kita itu sebenarnya memiliki kesadaran bahwa stabilitas politik itu sangat penting. Sehingga sekarang, masyarakat semakin cerdas, tidak mudah terprovokasi, bisa memilah-milah, dan cenderung lebih tidak cuek dan tidak mudah terbawa arus. Masyarakat kita mulai pintar,” ucap Romo Benny.
Ia menambahkan, gelaran G20 yang juga bertepatan dengan Hari Toleransi Dunia, dimaknai sebagai momen untuk saling menghargai dan menghormati sebagaimana nilai persaudaraan sejati telah tertanam menjadi kultur bangsa Indonesia.
“Hari Toleransi yang bertepatan dengan G20 itu sebenarnya mau mengatakan bahwa, toleransi itu sudah punya akar sejarah di Indonesia, dan di bangsa ini. Toleransi bukan hanya bermakna menghargai, namun sudah sampai pada persaudaraan sejati,” tuturnya.
Ia meyakini, Hari Toleransi justru menjadi titik balik guna meneguhkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini juga yang semakin menekankan bahwa tanah lahir masyarakat Indonesia ini sejak awal memang berbeda-beda.
“Bangsa kita mampu hidup bersama dengan rukun ditengah perbedaan. Karena Tanah Air kita ini sejak awal ya plural, majemuk, tidak sekuler,” ujarnya.
Tidak hanya saat G20, Romo Benny berharap kondisi masyarakat yang kompak dalam menciptakan rasa aman dan nyaman ini, bisa dipertahankan dan dipelihara. Menurutnya, guna terus mewujudkan hal tersebut, sangat mutlak membutuhkan dan melibatkan seluruh pihak.
“Harus terus dirawat, dengan cara membuat narasi kebangsaan itu terus menerus, seperti kemarin G20 itu kan melibatkan semua pihak, bahwa pentingnya menjaga ketertiban, kedamaian. Di sinilah penguatan narasi kebangsaan menjadi kuncinya,” jelasnya.
Oleh karenanya, percepatan penyebaran narasi kebangsaan pada ruang digital dan ruang publik menjadi kunci guna menciptakan atmosfir bagi tercipatanya kesejahteraan bangsa yang juga dipercaya mampu memperkecil ruang gerak paham tertentu. “Kita berharap momentum G20 ini membangun konsolodasi demokrasi dan memperkuat narasi kebangsaan itu,” pungkas Romo Benny.■
]]> , Pelaksanaan Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang juga bertepatan dengan Hari Toleransi Sedunia, berlangsung aman dan damai. Hal itu tak lepas dari semangat harmonisasi kehidupan dalam pelaksanaan KTT tersebut.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menilai, G20 terlaksana dengan baik dan kondusif secara tidak langsung membuktikan bahwa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara maju lainnya. Khususnya dalam hal keseriusan dan komitmen seluruh lapisan guna menciptakan situasi yang aman dan nyaman bagi para pemimpin dunia.
“Sebenarnya, substansi dari KTT G20 itu membuktikan bahwa bangsa Indonesia ini mampu sejajar dengan negara maju lainnya. Rasa aman, tidak ada gangguan, politiknya stabil, itu yang membuat internasional menghargai dan percaya dengan kapabilitas Indonesia,” ujar pria yang akrab disapa Romo Benny ini, di Jakarta, Sabtu (19/11).
Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari dukungan dan kesadaran masyarakat yang semakin hari kini sudah mengalami peningkatan dari segi kualitas literasi digital. Benny menyebut, masyarakat kini sudah memahami bahwa konflik dan SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) tidak hanya merugikan bagi kepentingan nasional, tapi juga internasional.
“Masyarakat kita itu sebenarnya memiliki kesadaran bahwa stabilitas politik itu sangat penting. Sehingga sekarang, masyarakat semakin cerdas, tidak mudah terprovokasi, bisa memilah-milah, dan cenderung lebih tidak cuek dan tidak mudah terbawa arus. Masyarakat kita mulai pintar,” ucap Romo Benny.
Ia menambahkan, gelaran G20 yang juga bertepatan dengan Hari Toleransi Dunia, dimaknai sebagai momen untuk saling menghargai dan menghormati sebagaimana nilai persaudaraan sejati telah tertanam menjadi kultur bangsa Indonesia.
“Hari Toleransi yang bertepatan dengan G20 itu sebenarnya mau mengatakan bahwa, toleransi itu sudah punya akar sejarah di Indonesia, dan di bangsa ini. Toleransi bukan hanya bermakna menghargai, namun sudah sampai pada persaudaraan sejati,” tuturnya.
Ia meyakini, Hari Toleransi justru menjadi titik balik guna meneguhkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini juga yang semakin menekankan bahwa tanah lahir masyarakat Indonesia ini sejak awal memang berbeda-beda.
“Bangsa kita mampu hidup bersama dengan rukun ditengah perbedaan. Karena Tanah Air kita ini sejak awal ya plural, majemuk, tidak sekuler,” ujarnya.
Tidak hanya saat G20, Romo Benny berharap kondisi masyarakat yang kompak dalam menciptakan rasa aman dan nyaman ini, bisa dipertahankan dan dipelihara. Menurutnya, guna terus mewujudkan hal tersebut, sangat mutlak membutuhkan dan melibatkan seluruh pihak.
“Harus terus dirawat, dengan cara membuat narasi kebangsaan itu terus menerus, seperti kemarin G20 itu kan melibatkan semua pihak, bahwa pentingnya menjaga ketertiban, kedamaian. Di sinilah penguatan narasi kebangsaan menjadi kuncinya,” jelasnya.
Oleh karenanya, percepatan penyebaran narasi kebangsaan pada ruang digital dan ruang publik menjadi kunci guna menciptakan atmosfir bagi tercipatanya kesejahteraan bangsa yang juga dipercaya mampu memperkecil ruang gerak paham tertentu. “Kita berharap momentum G20 ini membangun konsolodasi demokrasi dan memperkuat narasi kebangsaan itu,” pungkas Romo Benny.■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID