Kepala BNPT Eksklusif Dengan Rakyat Merdeka 4 Vaksin Untuk Lawan Virus Radikalisme –
5 min readTidak hanya Corona, radikalisme juga butuh vaksin untuk mencegah penyebarannya. Untuk melawan radikalisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang biasa disebut BNPT sudah menyiapkan empat vaksin sekaligus.
Soal vaksin radikalisme ini diungkapkan Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar saat berkunjung ke dapur redaksi Rakyat Merdeka, kemarin. Boy tiba di Gedung Graha Pena, sekitar pukul 16.00 WIB.
Boy didampingi jajarannya. Seperti Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen Pol Ibnu Suhaendra; Direktur Kerja Sama Bilateral BNPT, Brigjen Pol Kris Erlangga; Direktur Penindakan BNPT, Brigjen Pol. Mochamad Rosidi, dan Kepala Bagian Hukum dan Humas BNPT, Kombes Pol. Astuti Idris.
Boy yang tampil dengan setelan kemeja putih lengan panjang dan celana bahan hitam itu langsung disambut Direktur Utama Rakyat Merdeka, Kiki Iswara dan jajaran. Pertemuan berlangsung cair.
Dalam pertemuan itu mantan Kapolda Banten ini membahas soal pentingnya media dalam memerangi terorisme. Apalagi saat ini, terorisme juga memanfaatkan media, khususnya media sosial untuk menyebarkan paham radikalismenya.
Usai Boy paparan, Direktur Rakyat Merdeka, Ratna Susilowati menanyakan, bagaimana cara BNPT mencegah virus radikalisme. “Anti virusnya apa yang disiapkan BNPT?
Boy mengatakan, ada empat vaksin yang disiapkan BNPT untuk melawan radikalisme. Keempat vaksin itu adalah konsensus kebangsaan, revitalisasi nilai-nilai Pancasila, moderasi beragama, dan penguatan budaya Nusantara.
Keempat vaksin ini dinilai ampuh untuk membasmi radikalisme. Referensinya bukan kaleng-kaleng. Ada hasil surveinya. Diteliti di laboratorium dan berdasarkan pengalaman di lapangan.
“Ini yang namanya herd immunity bangsa menghadapi virus radikalisme,” kata Boy.
Boy lalu menjelaskan, satu persatu anti virus tersebut. Soal konsensus kebangsaan, dia bilang, mencakup empat pilar. Yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Orang harus paham bangsa ini memiliki konstitusi UUD 1945. Orang harus paham kita punya semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Orang harus tahu bentuknya negara ini adalah ideologi Pancasila. Orang harus paham bentuk negara kita ini Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.
Menurut dia, empat pilar ini harus diasah sejak dini. Maksimal bagi seseorang yang baru lulus bangku perkuliahan. Mereka, kata dia, harus memahami dengan baik apa yang menjadi konsensus bangsa ini.
Lembaga pendidikan juga mempunyai peranan penting untuk menangkal radikalisme. Mereka bisa memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai bahaya radikalisme. “Terorisme itu ideologinya menjauhkan warga negara dari negaranya. Dia ingin memisahkan konsep negaranya,” sebut dia.
Beres memahami konsensus kebangsaan, kata Boy, masyarakat juga harus memahami revitalisasi nilai-nilai Pancasila. Hal ini menjadi penting karena mengandung narasi-narasi propaganda. Misalnya seseorang diberikan pilihan antara Pancasila atau kitab suci.
“Misalnya para radikalisme mempropaganda yang milih Pancasila masuk neraka, sebaliknya, milih kitab suci masuk surga,” terang Boy.
Anti virus selanjutnya adalah menumbuhkan keyakinan moderasi beragama. Selama ini kecenderungan dari kelompok terorisme itu memanfaatkan narasi agama. Padahal, tidak ada dalam ajaran agama manapun untuk memusuhi agama lain. Setiap agama malah mengajak umatnya saling menghormati dan mengasihi.
“Kalau moderasi dalam beragama bagus dan kuat, tidak akan terpengaruh oleh provokasi, yang berakibat konflik di antara umatnya,” pesannya.
Anti virus terakhir adalah penguatan budaya Nusantara. Menurut Boy, budaya Nusantara itu bagian dari kearifan lokal. Cikal bakal adanya NKRI berkat melestarikan dan menghormati budaya Nusantara.
“NKRI itu adalah budaya nusantara yang dikembangkan dari era kerajaan masa lalu. Toh, di setiap provinsi itu memiliki sisa-sisa budaya masa lalu, yang apabila kita lestarikan maka tidak ada itu paham radikalisme yang membuat bingung sendiri,” cetusnya.
Boy lalu mengisahkan, saat dirinya berkunjung ke NTB. Dia menyaksikan langsung penggunaan alat musik sasak sambil bernyanyi dengan bahasa sasak. Ternyata, isinya lagunya berisi tentang bertoleransi.
“Kalau nilai-nilai budaya telah mengakar di kalangan mereka, mereka pun senang mencintai nilai-nilai ideologi, rasanya sulit terprovokasi dengan paham-paham radikalisme,” tukas Boy.
Usai menjawab pertanyaan tersebut, Boy langsung melanjutkan acara dengan podcast bersama Direktur Utama Rakyat Merdeka, Kiki Iswara. Podcast tersebut akan tayang di YouTube Rakyat Merdeka TV. [UMM] ]]> , Tidak hanya Corona, radikalisme juga butuh vaksin untuk mencegah penyebarannya. Untuk melawan radikalisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang biasa disebut BNPT sudah menyiapkan empat vaksin sekaligus.
Soal vaksin radikalisme ini diungkapkan Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar saat berkunjung ke dapur redaksi Rakyat Merdeka, kemarin. Boy tiba di Gedung Graha Pena, sekitar pukul 16.00 WIB.
Boy didampingi jajarannya. Seperti Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen Pol Ibnu Suhaendra; Direktur Kerja Sama Bilateral BNPT, Brigjen Pol Kris Erlangga; Direktur Penindakan BNPT, Brigjen Pol. Mochamad Rosidi, dan Kepala Bagian Hukum dan Humas BNPT, Kombes Pol. Astuti Idris.
Boy yang tampil dengan setelan kemeja putih lengan panjang dan celana bahan hitam itu langsung disambut Direktur Utama Rakyat Merdeka, Kiki Iswara dan jajaran. Pertemuan berlangsung cair.
Dalam pertemuan itu mantan Kapolda Banten ini membahas soal pentingnya media dalam memerangi terorisme. Apalagi saat ini, terorisme juga memanfaatkan media, khususnya media sosial untuk menyebarkan paham radikalismenya.
Usai Boy paparan, Direktur Rakyat Merdeka, Ratna Susilowati menanyakan, bagaimana cara BNPT mencegah virus radikalisme. “Anti virusnya apa yang disiapkan BNPT?
Boy mengatakan, ada empat vaksin yang disiapkan BNPT untuk melawan radikalisme. Keempat vaksin itu adalah konsensus kebangsaan, revitalisasi nilai-nilai Pancasila, moderasi beragama, dan penguatan budaya Nusantara.
Keempat vaksin ini dinilai ampuh untuk membasmi radikalisme. Referensinya bukan kaleng-kaleng. Ada hasil surveinya. Diteliti di laboratorium dan berdasarkan pengalaman di lapangan.
“Ini yang namanya herd immunity bangsa menghadapi virus radikalisme,” kata Boy.
Boy lalu menjelaskan, satu persatu anti virus tersebut. Soal konsensus kebangsaan, dia bilang, mencakup empat pilar. Yaitu Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Orang harus paham bangsa ini memiliki konstitusi UUD 1945. Orang harus paham kita punya semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Orang harus tahu bentuknya negara ini adalah ideologi Pancasila. Orang harus paham bentuk negara kita ini Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.
Menurut dia, empat pilar ini harus diasah sejak dini. Maksimal bagi seseorang yang baru lulus bangku perkuliahan. Mereka, kata dia, harus memahami dengan baik apa yang menjadi konsensus bangsa ini.
Lembaga pendidikan juga mempunyai peranan penting untuk menangkal radikalisme. Mereka bisa memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai bahaya radikalisme. “Terorisme itu ideologinya menjauhkan warga negara dari negaranya. Dia ingin memisahkan konsep negaranya,” sebut dia.
Beres memahami konsensus kebangsaan, kata Boy, masyarakat juga harus memahami revitalisasi nilai-nilai Pancasila. Hal ini menjadi penting karena mengandung narasi-narasi propaganda. Misalnya seseorang diberikan pilihan antara Pancasila atau kitab suci.
“Misalnya para radikalisme mempropaganda yang milih Pancasila masuk neraka, sebaliknya, milih kitab suci masuk surga,” terang Boy.
Anti virus selanjutnya adalah menumbuhkan keyakinan moderasi beragama. Selama ini kecenderungan dari kelompok terorisme itu memanfaatkan narasi agama. Padahal, tidak ada dalam ajaran agama manapun untuk memusuhi agama lain. Setiap agama malah mengajak umatnya saling menghormati dan mengasihi.
“Kalau moderasi dalam beragama bagus dan kuat, tidak akan terpengaruh oleh provokasi, yang berakibat konflik di antara umatnya,” pesannya.
Anti virus terakhir adalah penguatan budaya Nusantara. Menurut Boy, budaya Nusantara itu bagian dari kearifan lokal. Cikal bakal adanya NKRI berkat melestarikan dan menghormati budaya Nusantara.
“NKRI itu adalah budaya nusantara yang dikembangkan dari era kerajaan masa lalu. Toh, di setiap provinsi itu memiliki sisa-sisa budaya masa lalu, yang apabila kita lestarikan maka tidak ada itu paham radikalisme yang membuat bingung sendiri,” cetusnya.
Boy lalu mengisahkan, saat dirinya berkunjung ke NTB. Dia menyaksikan langsung penggunaan alat musik sasak sambil bernyanyi dengan bahasa sasak. Ternyata, isinya lagunya berisi tentang bertoleransi.
“Kalau nilai-nilai budaya telah mengakar di kalangan mereka, mereka pun senang mencintai nilai-nilai ideologi, rasanya sulit terprovokasi dengan paham-paham radikalisme,” tukas Boy.
Usai menjawab pertanyaan tersebut, Boy langsung melanjutkan acara dengan podcast bersama Direktur Utama Rakyat Merdeka, Kiki Iswara. Podcast tersebut akan tayang di YouTube Rakyat Merdeka TV. [UMM]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID