DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
19 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Ini 6 Fakta Perkembangan Terbaru Iran, Pasca Kematian Mahsa Amini –

5 min read

Kematian seorang perempuan muda bernama Mahsa Amini, menyulut aksi demo besar-besaran di Iran dalam tiga tahun terakhir. 

Gelombang protes besar-besaran itu mengakibatkan tewasnya puluhan korban dan ditangkapnya ratusan orang.

Dalam konferensi pers secara daring, Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha mengimbau 397 WNI yang berada di Iran, untuk berhati-hati dan tidak ikut-ikutan kegiatan politik di sana.

“KBRI Teheran terus memantau dan menjalin komunikasi dengan seluruh WNI. Sampai saat ini, tidak ada informasi WNI yang menjadi korban, dari berbagai macam aksi demonstrasi tersebut,” ujar Judha, Jumat (7/10).

Sementara itu, Kedutaan Besar (Kedubes) Iran di Indonesia menyampaikan keterangan soal perkembangan Iran baru-baru ini.

Berikut enam fakta penting terkait hal tersebut, seperti disampaikan Kedubes Iran pada Jumat (7/10):

1. Pada pasal 27 konstitusi Republik Islam Iran disebutkan, “Aksi demonstrasi dan pawai tanpa membawa senjata diizinkan dengan syarat tidak melanggar prinsip hukum yang berlaku”.

Dengan demikian, selama ini banyak aksi demonstrasi dan penyampaian aspirasi digelar oleh berbagai golongan masyarakat, LSM dan serikat buruh.

Mereka secara tertib menyampaikan kritikan dan tuntutan. Aksi mereka tidak berujung pada kerusuhan.

2. Demonstrasi dua pekan terakhir di Iran, telah keluar dari koridor hukum dan menjadi aksi kerusuhan, yang menyebabkan masyarakat Iran sebagai korban utamanya.

Aksi kerusuhan ini terjadi, dengan alasan memprotes atas meninggalnya seorang gadis Iran (Mahsa Amini), membuat oknum bayaran dan teroris yang berafiliasi dengannya.

Mereka memanfaatkan kondisi saat ini, untuk mengobarkan friksi, disintegrasi dan menciptakan perpecahan di tengah masyarakat Iran.

Mereka berusaha membuat fitnah dan mengadu berbagai etnis dan lapisan masyarakat dengan pemerintah. Padahal, kasus kematian Mahsa Amini tengah dikaji oleh pihak yang berwenang. Hasilnya akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.

3. Kerusuhan dan aksi-aksi yang berujung pada gugurnya sejumlah aparat penegak hukum dan perusakan properti publik, atau slogan-slogan yang merusak struktur dan menghina kesucian Islam, yang terjadi selama beberapa hari terakhir, bukan dalam kodidor hukum. Ini tidak dapat disebut sebagai aksi protes.

Bahkan, negara-negara yang mengklaim kebebasan berpendapat dan demokrasi juga menindak aksi seperti ini.

Misalnya, pada 25 September 2022, ketika para perusuh di Inggris dan Prancis berencana menyerang tempat-tempat diplomatik Iran di London dan Paris, dengan alasan protes dan menentang pemerintah Republik Islam Iran.

Ketika itu, mereka mendapat perlawanan dari pasukan anti huru-hara. Sebagian dari mereka juga ditangkap.

 

4. Terkait hal ini, Presiden Iran, Yang Mulia Dr. Seyed Ebrahim Raisi menyebutkan, peristiwa kerusuhan yang terjadi mengharuskan adanya perbedaan yang jelas, antara protes dan kerusuhan.

Protes, kritik, dan ucapan yang menentang merupakan hal yang wajar dan harus didengar. Karena akan membantu pemerintah memperbaiki keadaan. Namun, tindak kerusuhan yang mengganggu keamanan negara, serta melanggar hak masyarakat, merupakan hal yang tidak dapat diterima dengan cara apa pun di mana pun di dunia.

5. Dalam beberapa hari terakhir ini, berbagai badan dan aparat keamanan Republik Islam Iran melakukan penangkapan terhadap berbagai oknum dan anggota kelompok teroris, yang menjadi dalang atas kerusuhan di Iran, dengan rincian sebagai berikut:

49 agen kelompok teroris MKO (Mojahedin-e-Khalq Organization) yang berbasis di Albania telah ditangkap di Iran.
77 anggota kelompok separatis Kurdistan, termasuk tentara bayaran rezim Zionis Israel yang dikenal sebagai KOMALAH, DEMOKRAT, PAK, PJAK, dan kelompok yang berafiliasi dengan mereka ditangkap. Mereka bersekongkol untuk menyerang rakyat provinsi Kurdistan.
5 anggota kelompok teroris takfiri (ISIS) yang membawa bahan peledak seberat 36 kg ditangkap. Mereka yang berusaha memanfaatkan momen kerusuhan untuk meledakkan bom di tengah, untuk menciptakan konflik.
3 pemimpin Organisasi spionase Baha’I yang memprovokasi masyarakat untuk melakukan vandalisme dan perusakan tempat-tempat umum telah diamankan.

6. Menteri Luar Negeri Iran Dr. Hossein Amir Abdollahian mengatakan, sesuai aturan hukum yang berlaku, pemerintah Iran serius menangani isu kematian Mahsa Amini.

Sistem peradilan Repubilk Islam Iran sedang menyelidiki masalah ini. Laporan ilmiah dan teknis dari sisi kedokteran forensik, akan segera diterbitkan. ■
]]> , Kematian seorang perempuan muda bernama Mahsa Amini, menyulut aksi demo besar-besaran di Iran dalam tiga tahun terakhir. 

Gelombang protes besar-besaran itu mengakibatkan tewasnya puluhan korban dan ditangkapnya ratusan orang.

Dalam konferensi pers secara daring, Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha mengimbau 397 WNI yang berada di Iran, untuk berhati-hati dan tidak ikut-ikutan kegiatan politik di sana.

“KBRI Teheran terus memantau dan menjalin komunikasi dengan seluruh WNI. Sampai saat ini, tidak ada informasi WNI yang menjadi korban, dari berbagai macam aksi demonstrasi tersebut,” ujar Judha, Jumat (7/10).

Sementara itu, Kedutaan Besar (Kedubes) Iran di Indonesia menyampaikan keterangan soal perkembangan Iran baru-baru ini.

Berikut enam fakta penting terkait hal tersebut, seperti disampaikan Kedubes Iran pada Jumat (7/10):

1. Pada pasal 27 konstitusi Republik Islam Iran disebutkan, “Aksi demonstrasi dan pawai tanpa membawa senjata diizinkan dengan syarat tidak melanggar prinsip hukum yang berlaku”.

Dengan demikian, selama ini banyak aksi demonstrasi dan penyampaian aspirasi digelar oleh berbagai golongan masyarakat, LSM dan serikat buruh.

Mereka secara tertib menyampaikan kritikan dan tuntutan. Aksi mereka tidak berujung pada kerusuhan.

2. Demonstrasi dua pekan terakhir di Iran, telah keluar dari koridor hukum dan menjadi aksi kerusuhan, yang menyebabkan masyarakat Iran sebagai korban utamanya.

Aksi kerusuhan ini terjadi, dengan alasan memprotes atas meninggalnya seorang gadis Iran (Mahsa Amini), membuat oknum bayaran dan teroris yang berafiliasi dengannya.

Mereka memanfaatkan kondisi saat ini, untuk mengobarkan friksi, disintegrasi dan menciptakan perpecahan di tengah masyarakat Iran.

Mereka berusaha membuat fitnah dan mengadu berbagai etnis dan lapisan masyarakat dengan pemerintah. Padahal, kasus kematian Mahsa Amini tengah dikaji oleh pihak yang berwenang. Hasilnya akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.

3. Kerusuhan dan aksi-aksi yang berujung pada gugurnya sejumlah aparat penegak hukum dan perusakan properti publik, atau slogan-slogan yang merusak struktur dan menghina kesucian Islam, yang terjadi selama beberapa hari terakhir, bukan dalam kodidor hukum. Ini tidak dapat disebut sebagai aksi protes.

Bahkan, negara-negara yang mengklaim kebebasan berpendapat dan demokrasi juga menindak aksi seperti ini.

Misalnya, pada 25 September 2022, ketika para perusuh di Inggris dan Prancis berencana menyerang tempat-tempat diplomatik Iran di London dan Paris, dengan alasan protes dan menentang pemerintah Republik Islam Iran.

Ketika itu, mereka mendapat perlawanan dari pasukan anti huru-hara. Sebagian dari mereka juga ditangkap.

 

4. Terkait hal ini, Presiden Iran, Yang Mulia Dr. Seyed Ebrahim Raisi menyebutkan, peristiwa kerusuhan yang terjadi mengharuskan adanya perbedaan yang jelas, antara protes dan kerusuhan.

Protes, kritik, dan ucapan yang menentang merupakan hal yang wajar dan harus didengar. Karena akan membantu pemerintah memperbaiki keadaan. Namun, tindak kerusuhan yang mengganggu keamanan negara, serta melanggar hak masyarakat, merupakan hal yang tidak dapat diterima dengan cara apa pun di mana pun di dunia.

5. Dalam beberapa hari terakhir ini, berbagai badan dan aparat keamanan Republik Islam Iran melakukan penangkapan terhadap berbagai oknum dan anggota kelompok teroris, yang menjadi dalang atas kerusuhan di Iran, dengan rincian sebagai berikut:

49 agen kelompok teroris MKO (Mojahedin-e-Khalq Organization) yang berbasis di Albania telah ditangkap di Iran.
77 anggota kelompok separatis Kurdistan, termasuk tentara bayaran rezim Zionis Israel yang dikenal sebagai KOMALAH, DEMOKRAT, PAK, PJAK, dan kelompok yang berafiliasi dengan mereka ditangkap. Mereka bersekongkol untuk menyerang rakyat provinsi Kurdistan.
5 anggota kelompok teroris takfiri (ISIS) yang membawa bahan peledak seberat 36 kg ditangkap. Mereka yang berusaha memanfaatkan momen kerusuhan untuk meledakkan bom di tengah, untuk menciptakan konflik.
3 pemimpin Organisasi spionase Baha’I yang memprovokasi masyarakat untuk melakukan vandalisme dan perusakan tempat-tempat umum telah diamankan.

6. Menteri Luar Negeri Iran Dr. Hossein Amir Abdollahian mengatakan, sesuai aturan hukum yang berlaku, pemerintah Iran serius menangani isu kematian Mahsa Amini.

Sistem peradilan Repubilk Islam Iran sedang menyelidiki masalah ini. Laporan ilmiah dan teknis dari sisi kedokteran forensik, akan segera diterbitkan. ■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2025. DigiBerita.com. All rights reserved |