Hingga September, Kemenkeu Catat APBN Surplus 0,33 Persen –
2 min readKementerian Keuangan (Kemenkeu) terus berupaya menjaga tren defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) agar terus melandai. Hal itu dibuktikan dari realisasi APBN hingga September 2022 mencatatkan surplus 0,33 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Nathan Kacaribu memperkirakan, defisit APBN pada tahun ini akan lebih rendah dari outlook Pemerintah dikisaran 3,92 persen. “Trennya akan lebih rendah dari outlook tersebut,” kata Febrio di Hotel Swiss-Belinn, Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/11).
Febrio mengatakan, realisasi APBN tersebut menjadi kabar baik karena dapat menjaga stabilitas makroekonomi dalam negeri. Menurut Febrio, Rendahnya defisit mengindikasi tingkat pembiayaan yang rendah pula.
Di tengah kondisi perekonomian global yang penuh risiko, banyak negara telah menaikkan tingkat suku bunga dengan cukup cepat. Di Amerika Serikat (AS), suku bunga acuan sudah naik 375 bps dan diperkirakan masih akan naik sekitar 50 bps lagi. Situasi tersebut menyebabkan suku bunga di pasar global meningkat.
Bersamaan dengan itu, mata uang AS menguat signifikan sehingga mata uang emerging market mengalami depresiasi, termasuk Indonesia. Namun, Febrio melihat risiko itu bisa dikurangi dampaknya bagi Indonesia secara langsung jika defisit berhasil dikurangi.
“Pembiayaan rendah ini akan mengurangi eksposure risiko di pasar global. Dengan arah demikian kita akan punya tambahan kekuatan untuk menghadapi 2023,” sebut dia.
]]> , Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus berupaya menjaga tren defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) agar terus melandai. Hal itu dibuktikan dari realisasi APBN hingga September 2022 mencatatkan surplus 0,33 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Nathan Kacaribu memperkirakan, defisit APBN pada tahun ini akan lebih rendah dari outlook Pemerintah dikisaran 3,92 persen. “Trennya akan lebih rendah dari outlook tersebut,” kata Febrio di Hotel Swiss-Belinn, Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/11).
Febrio mengatakan, realisasi APBN tersebut menjadi kabar baik karena dapat menjaga stabilitas makroekonomi dalam negeri. Menurut Febrio, Rendahnya defisit mengindikasi tingkat pembiayaan yang rendah pula.
Di tengah kondisi perekonomian global yang penuh risiko, banyak negara telah menaikkan tingkat suku bunga dengan cukup cepat. Di Amerika Serikat (AS), suku bunga acuan sudah naik 375 bps dan diperkirakan masih akan naik sekitar 50 bps lagi. Situasi tersebut menyebabkan suku bunga di pasar global meningkat.
Bersamaan dengan itu, mata uang AS menguat signifikan sehingga mata uang emerging market mengalami depresiasi, termasuk Indonesia. Namun, Febrio melihat risiko itu bisa dikurangi dampaknya bagi Indonesia secara langsung jika defisit berhasil dikurangi.
“Pembiayaan rendah ini akan mengurangi eksposure risiko di pasar global. Dengan arah demikian kita akan punya tambahan kekuatan untuk menghadapi 2023,” sebut dia.
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID