DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
21 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Harga Beras Melejit Pak Zul, Gimana Ini… –

5 min read

Harga beras yang mulai naik sejak Agustus lalu belum menunjukkan akan melandai. Emak-emak mulai waswas. Khawatir harga beras makin melejit tak terkendali. Warganet pun bertanya ke Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, bagaimana ini pak?

Harga beras mulai mengalami kenaikan sejak Agustus lalu. Kenaikannya memang tipis. Hanya di kisaran Rp 200 per kilogram. Namun, jika kenaikan terus terjadi, lama kelamaan mulai terasa berat juga.

Merujuk Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kemendag, harga beras jenis premium rata-rata per Agustus masih di kisaran Rp 10.400 per kilogram. Kemudian tiap bulan naik hampir Rp 200 per kilogram. Per hari kemarin, harga beras rata-rata sudah di kisaran Rp 11 ribu per kilogram. Sedangkan beras premium naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 12.900 ribu per kilogram.

Sementara mengutip hargapangan.id, saat ini harga beras kualitas super I senilai Rp 13.500-Rp 13.900 per kilogram. Kemudian, beras kualitas super II Rp 13.150 per kg. Beras kualitas medium I Rp 12.200 per kg, dan beras kualitas medium II Rp 12 ribu per kilogram.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut, harga beras di tingkat pedagang saat ini sudah jauh dari Harga Pokok Penjualan (HPP) ditetapkan Bapanas yakni Rp 8.800 per kilogram. Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas, Rachmi Widiriani mengatakan, kenaikan harga beras dipicu karena produksi gabah yang turun dan harganya yang naik.

Rachmi mengakui di musim gadu seperti saat ini, Bulog mengalami kesulitan penyerapan beras. Sebab, Bulog juga harus menyalurkan cadangannya agar harga beras tidak terus melonjak. Di saat yang sama, Bulog juga kalah bersaing dengan swasta dalam menyerap gabah.

Rachmi pun memperkirakan target stok beras sebesar 1,2 juta ton pada Desember 2022 pun tak bisa tercapai. Bahkan, ia memprediksi stok beras di Bulog pada akhir tahun di bawah 500 ribu ton.

Dalam kondisi ini, Rachmi mengatakan perlu dilakukan perbaikan tata kelola cadangan pangan nasional. “Belajar dari kasus kenaikan harga minyak goreng yang harganya dilepas ke pasar, pemerintah tidak punya kekuatan secara cepat dari jumlah maupun waktu untuk mengendalikan situasi yang menyebabkan kejadian misalnya harga naik,” kata Rachmi, dalam webinar bertajuk Harga Beras Naik, Apa Solusinya, kemarin.

 

Senada disampaikan Asisten Deputi Pangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Muhammad Saifulloh. Menurut dia, kenaikan harga beras dipicu lantaran cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di Bulog makin menipis. Di bulan Oktober ini, CBP tinggal 673.613 ton seperti pada Oktober ini. Saifulloh berharap Bulog segera turun ke lapangan untuk menyerap gabah petani, dan tidak hanya mengandalkan mitra.

Sementara itu, Kementerian Pertanian menyebut kenaikan harga gabah di tingkat petani merupakan imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), benih, dan juga pupuk. Koordinator Evaluasi dan Layanan Rekomendasi, Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Batara Siagian mengatakan, berdasarkan pantauannya, kenaikan harga beras tidak terlalu signifikan dan tergantung daerah. Menurut dia, saat ini yang justru mengalami kenaikan masif adalah harga gabah di tingkat petani. “Kenaikan harga gabah ini membuat Bulog kesulitan menyerap gabah milik petani,” ujarnya.

Warganet rupanya ikut menyoroti kenaikan harga beras ini. Pemilik akun @heruprabowo62 berharap Menteri Perdagangan yang ditugaskan Presiden Jokowi menstabilkan harga pangan terutama beras segera bertindak. “Pak Zul bagaimana ini. Segera cek data beras di Bulog, biar tahu ketahanan pangan kita,” ujarnya.

Akun @kacangijo bilang, kini tak cuma harga beras yang baik. “Sekarang mulai naik mie instan dan gula pasir. Sebelumnya beras, gula pasir,” keluhnya. Pemilik akun @therra mengaku kini sudah tak kaget mendengar harga pangan naik. “Sekarang kaget kalau ada harga pangan turun,” ujarnya. [BCG] ]]> , Harga beras yang mulai naik sejak Agustus lalu belum menunjukkan akan melandai. Emak-emak mulai waswas. Khawatir harga beras makin melejit tak terkendali. Warganet pun bertanya ke Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, bagaimana ini pak?

Harga beras mulai mengalami kenaikan sejak Agustus lalu. Kenaikannya memang tipis. Hanya di kisaran Rp 200 per kilogram. Namun, jika kenaikan terus terjadi, lama kelamaan mulai terasa berat juga.

Merujuk Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kemendag, harga beras jenis premium rata-rata per Agustus masih di kisaran Rp 10.400 per kilogram. Kemudian tiap bulan naik hampir Rp 200 per kilogram. Per hari kemarin, harga beras rata-rata sudah di kisaran Rp 11 ribu per kilogram. Sedangkan beras premium naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 12.900 ribu per kilogram.

Sementara mengutip hargapangan.id, saat ini harga beras kualitas super I senilai Rp 13.500-Rp 13.900 per kilogram. Kemudian, beras kualitas super II Rp 13.150 per kg. Beras kualitas medium I Rp 12.200 per kg, dan beras kualitas medium II Rp 12 ribu per kilogram.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut, harga beras di tingkat pedagang saat ini sudah jauh dari Harga Pokok Penjualan (HPP) ditetapkan Bapanas yakni Rp 8.800 per kilogram. Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas, Rachmi Widiriani mengatakan, kenaikan harga beras dipicu karena produksi gabah yang turun dan harganya yang naik.

Rachmi mengakui di musim gadu seperti saat ini, Bulog mengalami kesulitan penyerapan beras. Sebab, Bulog juga harus menyalurkan cadangannya agar harga beras tidak terus melonjak. Di saat yang sama, Bulog juga kalah bersaing dengan swasta dalam menyerap gabah.

Rachmi pun memperkirakan target stok beras sebesar 1,2 juta ton pada Desember 2022 pun tak bisa tercapai. Bahkan, ia memprediksi stok beras di Bulog pada akhir tahun di bawah 500 ribu ton.

Dalam kondisi ini, Rachmi mengatakan perlu dilakukan perbaikan tata kelola cadangan pangan nasional. “Belajar dari kasus kenaikan harga minyak goreng yang harganya dilepas ke pasar, pemerintah tidak punya kekuatan secara cepat dari jumlah maupun waktu untuk mengendalikan situasi yang menyebabkan kejadian misalnya harga naik,” kata Rachmi, dalam webinar bertajuk Harga Beras Naik, Apa Solusinya, kemarin.

 

Senada disampaikan Asisten Deputi Pangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Muhammad Saifulloh. Menurut dia, kenaikan harga beras dipicu lantaran cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di Bulog makin menipis. Di bulan Oktober ini, CBP tinggal 673.613 ton seperti pada Oktober ini. Saifulloh berharap Bulog segera turun ke lapangan untuk menyerap gabah petani, dan tidak hanya mengandalkan mitra.

Sementara itu, Kementerian Pertanian menyebut kenaikan harga gabah di tingkat petani merupakan imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), benih, dan juga pupuk. Koordinator Evaluasi dan Layanan Rekomendasi, Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Batara Siagian mengatakan, berdasarkan pantauannya, kenaikan harga beras tidak terlalu signifikan dan tergantung daerah. Menurut dia, saat ini yang justru mengalami kenaikan masif adalah harga gabah di tingkat petani. “Kenaikan harga gabah ini membuat Bulog kesulitan menyerap gabah milik petani,” ujarnya.

Warganet rupanya ikut menyoroti kenaikan harga beras ini. Pemilik akun @heruprabowo62 berharap Menteri Perdagangan yang ditugaskan Presiden Jokowi menstabilkan harga pangan terutama beras segera bertindak. “Pak Zul bagaimana ini. Segera cek data beras di Bulog, biar tahu ketahanan pangan kita,” ujarnya.

Akun @kacangijo bilang, kini tak cuma harga beras yang baik. “Sekarang mulai naik mie instan dan gula pasir. Sebelumnya beras, gula pasir,” keluhnya. Pemilik akun @therra mengaku kini sudah tak kaget mendengar harga pangan naik. “Sekarang kaget kalau ada harga pangan turun,” ujarnya. [BCG]

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2025. DigiBerita.com. All rights reserved |