Gairahkan Masyarakat Gunakan Layanan Perbankan Bos BCA Perluas Jangkauan Kredit –
5 min readPT Bank Central Asia (BCA) Tbk tidak rela pertumbuhan kinerjanya terhambat oleh pandemi Covid-19. Selain memperluas jangkauan pembiayaan, BCA juga memperkuat sistem layanan digital payment.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pihaknya ingin menggairahkan kembali aktivitas masyarakat menggunakan layanan perbankan pasca-terdampak pandemi.
“Kami terus mengedukasi nasabah untuk melakukan digital payment. Karena kami coba mentransformasi (layanan bank) ke online, digitalisasi yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” ujar Jahja saat menerima Tim Rakyat Merdeka di kantornya, Senin, 22 Agustus lalu.
Dengan begitu, sebagai lembaga perbankan, pihaknya bisa meneruskan dana yang ada untuk dimanfaatkan lebih optimal oleh masyarakat.
Jahja mengibaratkan, sistem pembayaran perbankan seperti darah dalam tubuh. Bila aliran darah terganggu, maka tubuh ikut mengalami gangguan.
“Jadi, payment system harus dibuat lancar. Kita punya tiga data center untuk menjaga ketersediaan informasi atau penggunaan digital,” katanya.
Akibat pandemi pun, dia menyadari, pihaknya tak bisa hanya mengandalkan satu jenis kredit saja, seperti modal kerja, yang selama ini menjadi salah satu andalan emiten berkode saham BBCA ini.
Lalu, Pemerintah juga tengah gencar mendorong para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) untuk Go Digital.
Jahja pun melihat, mengembangkan sektor UMKM akan menjadi kesempatan bagi BCA kembali bangkit dari pandemi yang telah berlangsung sejak akhir 2019.
“Kami lihat, kesempatan ada di UMKM. Sambutan nasabah luar biasa, pengusaha senang diberikan plafon (fasilitas kredit),” tuturnya.
Dia menjelaskan, konsep pembiayaan yang diberikan kepada UMKM, bukan sekadar memberikan pinjaman. Tapi juga ikut mendampingi agar usaha yang dijalankan berjalan baik. Termasuk, meningkatkan kualitas produk UMKM hingga membuka akses ke pasar global.
Bahkan, pihaknya juga bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk memberikan dukungan pembiayaan bagi UMKM yang mengekspor produknya ke luar negeri.
“Ini masih proses, semoga September sudah ada datanya. Tapi tahun lalu sudah kami lakukan, dan dapat beberapa off taker di luar negeri,” akunya.
Dengan terus mengembangkan konsep pembiayaan yang ada, Jahja optimistis, kinerja perusahaan bisa terus bangkit dan berkelanjutan.
Apalagi saat ini mobilitas masyarakat kembali normal. Dari sisi regulator pun, kata dia, seperti Bank Indonesia (BI), terus menjaga likuiditas, dan foreign exchange juga masih terjamin.
Saat ini segmentasi pembiayaan BCA tak hanya fokus pada sektor korporasi, konsumen, KPR (Kredit Pemilikan Rumah), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan UMKM.
Pihaknya juga akan terus memacu kinerjanya di berbagai sektor lain. Seperti perkebunan, pertanian hingga sektor Energi Baru Terbarukan (EBT).
Pria kelahiran 14 September 1955 ini mencontohkan, pembiayaan sektor EBT mencakup proyek pembangkit listrik tenaga surya, air, minihidro, biogas dan biomassa.
Sebagai gambaran, proyek-proyek EBT tersebut tersebar pada 13 wilayah di Indonesia, dengan total kapasitas listrik yang dihasilkan hampir mencapai 200 MW (Mega Watt). Ada beberapa generator project yang tengah dibiayai BCA.
“Ke depan, kami juga harus ikut mengurangi karbon, ikut melakukan penghijauan. Dengan (memberikan pembiayaan) proyek-proyek seperti ini, kami harapkan bisa mendukung program energi hijau (green energy),” ucapnya.
Bahkan, pihaknya juga tengah mempelajari penyaluran kredit ke sektor pertanian. Mengingat sektor ini memiliki risiko gagal panen yang diakibatkan faktor cuaca.
Sementara di sektor perkebunan, pihaknya sudah mulai mengucurkan pembiayaan karena menjadi salah satu soko guru dari kredit BCA.
“Kredit pertanian kami masih kurang. Di situ ada cukup banyak subsidi, terutama pupuk. Belum lagi faktor cuaca yang bisa membuat gagal panen. Jadi kami sedang mempelajari itu secara matang,” bebernya.
Untuk diketahui, secara keseluruhan, total kredit BCA naik 13,8 persen year on year (yoy) menjadi Rp 675,4 triliun per semester I-2022.
Sehubungan dengan penyaluran kredit untuk sektor-sektor berkelanjutan (sustainable), portofolio BCA tumbuh sebesar 21,8 persen yoy menjadi Rp 169,5 triliun per Juni 2022.
Dia memastikan, semua transformasi yang dijalankannya diimbangi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni dan disesuaikan dengan jaman yang kini serba digital.
“Kami siapkan SDM yang multitasking dan siap bekerja. Tidak hanya di BCA, juga di industri keuangan lain,” pungkas Jahja. ■
]]> , PT Bank Central Asia (BCA) Tbk tidak rela pertumbuhan kinerjanya terhambat oleh pandemi Covid-19. Selain memperluas jangkauan pembiayaan, BCA juga memperkuat sistem layanan digital payment.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pihaknya ingin menggairahkan kembali aktivitas masyarakat menggunakan layanan perbankan pasca-terdampak pandemi.
“Kami terus mengedukasi nasabah untuk melakukan digital payment. Karena kami coba mentransformasi (layanan bank) ke online, digitalisasi yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” ujar Jahja saat menerima Tim Rakyat Merdeka di kantornya, Senin, 22 Agustus lalu.
Dengan begitu, sebagai lembaga perbankan, pihaknya bisa meneruskan dana yang ada untuk dimanfaatkan lebih optimal oleh masyarakat.
Jahja mengibaratkan, sistem pembayaran perbankan seperti darah dalam tubuh. Bila aliran darah terganggu, maka tubuh ikut mengalami gangguan.
“Jadi, payment system harus dibuat lancar. Kita punya tiga data center untuk menjaga ketersediaan informasi atau penggunaan digital,” katanya.
Akibat pandemi pun, dia menyadari, pihaknya tak bisa hanya mengandalkan satu jenis kredit saja, seperti modal kerja, yang selama ini menjadi salah satu andalan emiten berkode saham BBCA ini.
Lalu, Pemerintah juga tengah gencar mendorong para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) untuk Go Digital.
Jahja pun melihat, mengembangkan sektor UMKM akan menjadi kesempatan bagi BCA kembali bangkit dari pandemi yang telah berlangsung sejak akhir 2019.
“Kami lihat, kesempatan ada di UMKM. Sambutan nasabah luar biasa, pengusaha senang diberikan plafon (fasilitas kredit),” tuturnya.
Dia menjelaskan, konsep pembiayaan yang diberikan kepada UMKM, bukan sekadar memberikan pinjaman. Tapi juga ikut mendampingi agar usaha yang dijalankan berjalan baik. Termasuk, meningkatkan kualitas produk UMKM hingga membuka akses ke pasar global.
Bahkan, pihaknya juga bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk memberikan dukungan pembiayaan bagi UMKM yang mengekspor produknya ke luar negeri.
“Ini masih proses, semoga September sudah ada datanya. Tapi tahun lalu sudah kami lakukan, dan dapat beberapa off taker di luar negeri,” akunya.
Dengan terus mengembangkan konsep pembiayaan yang ada, Jahja optimistis, kinerja perusahaan bisa terus bangkit dan berkelanjutan.
Apalagi saat ini mobilitas masyarakat kembali normal. Dari sisi regulator pun, kata dia, seperti Bank Indonesia (BI), terus menjaga likuiditas, dan foreign exchange juga masih terjamin.
Saat ini segmentasi pembiayaan BCA tak hanya fokus pada sektor korporasi, konsumen, KPR (Kredit Pemilikan Rumah), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan UMKM.
Pihaknya juga akan terus memacu kinerjanya di berbagai sektor lain. Seperti perkebunan, pertanian hingga sektor Energi Baru Terbarukan (EBT).
Pria kelahiran 14 September 1955 ini mencontohkan, pembiayaan sektor EBT mencakup proyek pembangkit listrik tenaga surya, air, minihidro, biogas dan biomassa.
Sebagai gambaran, proyek-proyek EBT tersebut tersebar pada 13 wilayah di Indonesia, dengan total kapasitas listrik yang dihasilkan hampir mencapai 200 MW (Mega Watt). Ada beberapa generator project yang tengah dibiayai BCA.
“Ke depan, kami juga harus ikut mengurangi karbon, ikut melakukan penghijauan. Dengan (memberikan pembiayaan) proyek-proyek seperti ini, kami harapkan bisa mendukung program energi hijau (green energy),” ucapnya.
Bahkan, pihaknya juga tengah mempelajari penyaluran kredit ke sektor pertanian. Mengingat sektor ini memiliki risiko gagal panen yang diakibatkan faktor cuaca.
Sementara di sektor perkebunan, pihaknya sudah mulai mengucurkan pembiayaan karena menjadi salah satu soko guru dari kredit BCA.
“Kredit pertanian kami masih kurang. Di situ ada cukup banyak subsidi, terutama pupuk. Belum lagi faktor cuaca yang bisa membuat gagal panen. Jadi kami sedang mempelajari itu secara matang,” bebernya.
Untuk diketahui, secara keseluruhan, total kredit BCA naik 13,8 persen year on year (yoy) menjadi Rp 675,4 triliun per semester I-2022.
Sehubungan dengan penyaluran kredit untuk sektor-sektor berkelanjutan (sustainable), portofolio BCA tumbuh sebesar 21,8 persen yoy menjadi Rp 169,5 triliun per Juni 2022.
Dia memastikan, semua transformasi yang dijalankannya diimbangi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni dan disesuaikan dengan jaman yang kini serba digital.
“Kami siapkan SDM yang multitasking dan siap bekerja. Tidak hanya di BCA, juga di industri keuangan lain,” pungkas Jahja. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID