DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
22 December 2024

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Diskusi Persatuan Pelajar Indonesia Kazakhstan Fadjroel: Kemerdekaan RI Dipelopori Mahasiswa Dalam Negeri Dan Luar Negeri –

5 min read

Menyambut HUT Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang ke-77 , Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Kazakhstan menggelar diskusi, Selasa (16/8) pukul 20.00 WIB. Diskusi dengan tema: “Peran Mahasiswa Indonesia di Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Depan” menghadirkan Dr. Mochamad Fadjroel Rachman, Duta Besar RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan/Pelindung PPI Kazakhstan sebagai pembicara.

Diskusi ini juga menghadirkan Faruq Ibnul Haqi, Koordinator PPI Dunia 2021/2022 dan Achyar Al Rasyid, Koordinator PPI DK Asia Oceania 2021/2022 sebagai pemapar materi. Diskusi ini dimoderatori oleh Muhammad Julfi Annur, Ketua PPI Kazakhstan.

Dalam sambutannya, Fadjroel mengaku iri dengan mahasiswa yang tergabung dalam PPI. Sebab aktivis mahasiswa tahun 90-an ini tidak pernah merasakan menjadi aktivis PPI.

“Saya belum pernah sekolah di luar negeri. Saya produk dalam negeri,” kata Fadjroel.
  
Dia mengaku, tidak bisa sekolah ke luar negeri lantaran selepas lulus kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) lantaran dicekal ke luar negeri oleh Pemerintah saat itu.

Meski begitu, Fadjroel tak menyesal. Menurut dia, mahasiswa, baik yang kuliah di dalam negeri maupun di luar negeri berperan besar dalam kemerdekaan Indonesia. Di mana mahasiswa dalam negeri dan luar negeri ini yang menjadi pelopor kemerdekaan Indonesia. 

“PPI menyumbangkan Bung Hatta, mahasiswa dalam negeri menyumbangkan Soekarno. Dan dari dwitunggal, kolaborasi antara mahasiswa di luar negeri dengan mahasiswa di dalam negeri menjadi kekuatan untuk Indonesia maju dan merdeka,” papar Fadjroel.

Kala itu, Bung Karno yang menjadi mahasiswa ITB 1921-1926 membentuk studi klub. Sementara Bung Hatta membentuk PPI di luar negeri pada 1922.

“Dua kekuatan besar ini bergerak dan berkolaborasi untuk kemerdekaan Indonesia,” ujarnya.

Menurut Fadjroel, kekuatan mahasiswa ada itu ada tiga. Yakni, intelektual, aksi/praksis, dan komunikasi publik. Pada masa Bung Karno dan Bung Hatta, Fadjroel menilai gerakan mahasiswa merupakan gerakan politik kekuasaan. Di mana setelah berhasil memperjuangkan tujuannya mereka masuk dan mengisi pemerintahan.

Sedangkan gerakan mahasiswa 90-an, yang terkulminasi pada 1998 adalah gerakan politik moral.

“98 hanya berhenti pada politik moral, setelah berhasil menumbangkan rezim Orde Baru, kami balik lagi ke kampus dan ini menjadi kekurangan kami. Sebab tidak terlibat dalam kekuasaan,” terangnya.

Dan generasi PPI saat ini, kata Fadjroel, dapat menyatukan gerakan politik moral dan politik kekuasaan.

“Buat saya ini suatu kemajuan yang luar biasa. PPI tidak ragu-ragu membantu dan mengimplementasikan diplomasi KBRI,” ucapnya. 

Fadjroel pun mengapresiasi dan mendorong PPI untuk terus berperan dalam mensukseskan program pemerintah. Seperti menjadi jembatan bagi pelaku UMKM memasarkan produknya ke luar negeri.  

Achyar Al Rasyid meminta pelajar di luar negeri dibekali untuk dapat membantu diplomasi KBRI. Achar bilang, mahasiswa di luar negeri tidak 24 jam belajar dan kuliah terus. Sehingga mereka bisa berperan untuk membantu mengimplementasikan program pemerintah, terutama KBRI, di tempat mereka menempuh pendidikan.

Mahasiswa ini, kata dia, memiliki modal menguasai bahasa dan jaringan di negara tersebut.

“Saya yakin betul pelajar Indonesia mampu dan mau,” katanya.

Dia menyebut, pelajar di luar negeri yang selama ini memiliki usaha kecil Jastip (jasa titip atau penitipan) dapat menjadi agen produk UMKM Indonesia.  

Faruq Ibnul Haqi mengatakan, di usianya yang menginjak 100 tahun, paran PPI sangat vital sejak pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan hingga masa reformasi ini.

“Saat ini, PPI juga menyuarakan perdamaian abadi, tak hanya untuk Indonesia tapi seluruh negara,” ujarnya. 

Dia bilang, PPI yang tersebar di 60 dan besok menjadi 62 negara, siap memberikan kontribusi nyata untuk Indonesia.

“Anggota PPI saat ini adalah generasi z atau milenial, 2045 mereka lah yang akan berperan membangun negeri,” tandasnya. ■
]]> , Menyambut HUT Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang ke-77 , Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Kazakhstan menggelar diskusi, Selasa (16/8) pukul 20.00 WIB. Diskusi dengan tema: “Peran Mahasiswa Indonesia di Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Depan” menghadirkan Dr. Mochamad Fadjroel Rachman, Duta Besar RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan/Pelindung PPI Kazakhstan sebagai pembicara.

Diskusi ini juga menghadirkan Faruq Ibnul Haqi, Koordinator PPI Dunia 2021/2022 dan Achyar Al Rasyid, Koordinator PPI DK Asia Oceania 2021/2022 sebagai pemapar materi. Diskusi ini dimoderatori oleh Muhammad Julfi Annur, Ketua PPI Kazakhstan.

Dalam sambutannya, Fadjroel mengaku iri dengan mahasiswa yang tergabung dalam PPI. Sebab aktivis mahasiswa tahun 90-an ini tidak pernah merasakan menjadi aktivis PPI.

“Saya belum pernah sekolah di luar negeri. Saya produk dalam negeri,” kata Fadjroel.
  
Dia mengaku, tidak bisa sekolah ke luar negeri lantaran selepas lulus kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) lantaran dicekal ke luar negeri oleh Pemerintah saat itu.

Meski begitu, Fadjroel tak menyesal. Menurut dia, mahasiswa, baik yang kuliah di dalam negeri maupun di luar negeri berperan besar dalam kemerdekaan Indonesia. Di mana mahasiswa dalam negeri dan luar negeri ini yang menjadi pelopor kemerdekaan Indonesia. 

“PPI menyumbangkan Bung Hatta, mahasiswa dalam negeri menyumbangkan Soekarno. Dan dari dwitunggal, kolaborasi antara mahasiswa di luar negeri dengan mahasiswa di dalam negeri menjadi kekuatan untuk Indonesia maju dan merdeka,” papar Fadjroel.

Kala itu, Bung Karno yang menjadi mahasiswa ITB 1921-1926 membentuk studi klub. Sementara Bung Hatta membentuk PPI di luar negeri pada 1922.

“Dua kekuatan besar ini bergerak dan berkolaborasi untuk kemerdekaan Indonesia,” ujarnya.

Menurut Fadjroel, kekuatan mahasiswa ada itu ada tiga. Yakni, intelektual, aksi/praksis, dan komunikasi publik. Pada masa Bung Karno dan Bung Hatta, Fadjroel menilai gerakan mahasiswa merupakan gerakan politik kekuasaan. Di mana setelah berhasil memperjuangkan tujuannya mereka masuk dan mengisi pemerintahan.

Sedangkan gerakan mahasiswa 90-an, yang terkulminasi pada 1998 adalah gerakan politik moral.

“98 hanya berhenti pada politik moral, setelah berhasil menumbangkan rezim Orde Baru, kami balik lagi ke kampus dan ini menjadi kekurangan kami. Sebab tidak terlibat dalam kekuasaan,” terangnya.

Dan generasi PPI saat ini, kata Fadjroel, dapat menyatukan gerakan politik moral dan politik kekuasaan.

“Buat saya ini suatu kemajuan yang luar biasa. PPI tidak ragu-ragu membantu dan mengimplementasikan diplomasi KBRI,” ucapnya. 

Fadjroel pun mengapresiasi dan mendorong PPI untuk terus berperan dalam mensukseskan program pemerintah. Seperti menjadi jembatan bagi pelaku UMKM memasarkan produknya ke luar negeri.  

Achyar Al Rasyid meminta pelajar di luar negeri dibekali untuk dapat membantu diplomasi KBRI. Achar bilang, mahasiswa di luar negeri tidak 24 jam belajar dan kuliah terus. Sehingga mereka bisa berperan untuk membantu mengimplementasikan program pemerintah, terutama KBRI, di tempat mereka menempuh pendidikan.

Mahasiswa ini, kata dia, memiliki modal menguasai bahasa dan jaringan di negara tersebut.

“Saya yakin betul pelajar Indonesia mampu dan mau,” katanya.

Dia menyebut, pelajar di luar negeri yang selama ini memiliki usaha kecil Jastip (jasa titip atau penitipan) dapat menjadi agen produk UMKM Indonesia.  

Faruq Ibnul Haqi mengatakan, di usianya yang menginjak 100 tahun, paran PPI sangat vital sejak pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan hingga masa reformasi ini.

“Saat ini, PPI juga menyuarakan perdamaian abadi, tak hanya untuk Indonesia tapi seluruh negara,” ujarnya. 

Dia bilang, PPI yang tersebar di 60 dan besok menjadi 62 negara, siap memberikan kontribusi nyata untuk Indonesia.

“Anggota PPI saat ini adalah generasi z atau milenial, 2045 mereka lah yang akan berperan membangun negeri,” tandasnya. ■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2024. PT Juan Global. All rights reserved. DigiBerita.com. |