Dibayangi Krisis Global Sri Mulyani Optimis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Membaik –
6 min readDunia sedang dihantui krisis global. Banyak negara ketar-ketir menghadapi ini. Indonesia juga. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani tetap optimis, ekonomi Indonesia akan membaik. Dia pun memperlihatkan angka-angka indikator membaiknya ekonomi kita.
Melalui akun Instragramnya, @smindrawati, Sri Mul mengungkapkan optimisme itu. “Di tengah kondisi ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global, kinerja ekonomi domestik masih cukup solid,” tulis mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, sambil mengunggah lima slide data-data pencapaian APBN 2022, kemarin.
Dalam data-data itu terlihat, konsumsi maupun produksi masih menunjukkan tren penguatan. Indeks mobilitas penduduk juga terus meningkat, diikuti peningkatan indeks penjualan ritel.
Dari sisi produksi, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur dalam tren menguat selama empat bulan terakhir. “Terkonfirmasi dari tingginya konsumsi listrik sektor komersial dan industri,” terang Sri Mul.
Di sektor eksternal, ekonomi Indonesia juga cukup kuat. Terbukti dari surplus neraca perdagangan selama 29 bulan berturut-turut. Bahkan, kinerja ekspor dan nilai perdagangan terus mencatatkan rekor tertinggi.
Sri Mul juga memastikan, Indonesia masih tahan terhadap ketidakpastian global. Kinerja APBN sampai dengan September 2022 masih cukup baik. Realisasi pendapatan negara tembus Rp 1.974,7 triliun atau 87,1 persen dari pagu revisi APBN atau tumbuh 45,7 persen secara tahunan (yoy) dari tahun 2021 yang hanya 16,8 persen yoy.
Sementara, realisasi belanja negara mencapai Rp 1.913,9 triliun, atau 61,6 persen dari pagu APBN. Angka ini juga tumbuh 5,9 persen yoy dari tahun sebelumnya yang saat itu minus 1,9 persen.
Begitu juga dengan transfer daerah, tumbuh positif. Hanya saja, Sri Mul meminta realisasi belanja daerah perlu dioptimalkan. Di sisi lain, pajak daerah tumbuh tinggi. Hal ini menunjukkan aktivitas ekonomi masyarakat di daerah semakin membaik.
APBN juga terus menjalankan perannya sebagai peredam tekanan global. Perlindungan sosial yang melindungi masyarakat dari guncangan telah terealisasi Rp 307,1 triliun, belum termasuk tambahannya dalam bentuk BLT BBM, subsidi upah, dan dukungan APBD yang telah terealisasi Rp 11,9 triliun hingga 30 September 2022.
“Secara keseluruhan, APBNKita sampai akhir kuartal III-2022 masih mengalami surplus hingga Rp 60,9 triliun,” ungkap sosok yang beberapa kali menjadi Menteri Keuangan terbaik dunia tersebut.
Bayang-bayang krisis global sudah sangat nyata. Laporan terbaru IMF, prospek ekonomi global semakin melemah, imbas eskalasi konflik geopolitik yang telah menyebabkan tekanan inflasi yang berkepanjangan dan semakin ketatnya likuiditas global. Konsekuensinya, risiko krisis energi dan krisis pangan meningkat.
Untungnya, kondisi itu belum menyenggol perekonomian Indonesia. “Kondisi ekonomi makro domestik serta kinerja APBN yang kuat, jadi bekal yang cukup solid untuk menghadapi tahun 2023 yang penuh tekanan,” yakin Sri Mul.
Anggota Komisi XI DPR Hendrawan Supratikno mengamini pemaparan Sri Mul. Diakuinya, stabilitas ekonomi makro Indonesia cukup bagus dibanding negara lain, termasuk beberapa negara maju. “Sampai dipuji-puji IMF segala,” katanya, saat dihubungi, tadi malam.
Meski kondisinya baik, dia berpesan, Pemerintah tidak boleh terlena, bahkan “mabok” pujian. Mengingat, PR-nya sangat banyak. Seperti peningkatan prioritas dan kualitas belanja, disiplin fiskal, dan pengurangan agresif tingkat kebocoran.
“Anggaran negara yang selalu defisit, kurs rupiah yang terus melemah, yang sudah berlangsung sejak Indonesia merdeka, adalah sinyal bahwa produktivitas dan daya saing ekonomi kita kalah dibanding rival dalam panggung kontestasi global,” ungkap politisi senior PDIP ini.
Karenanya, kader banteng ini memberi resep agar Indonesia bisa mengungguli para rival. Yakni, memperbaiki tata kelola dan kualitas birokrasi, etos kerja masyarakat, hilirisasi dan efisiensi industri, serta stabilitas politik yang kuat.
Peneliti Indef Sugiyono Madelan mengatakan, kondisi makro ekonomi berdasarkan laporan BPS dan Pemerintah memang menunjukkan hal positif. Sendi-sendi perekonomian berjalan sesuai yang diharapkan. Seperti banyaknya penumpang pesawat, mobilitas kendaraan, dan tempat wisata yang ramai pengunjung. Pabrik berproduksi, sekalipun ada pengurangan karyawan.
Namun, di sisi lain, mobil pembeli BBM di SPBU tidak sebanyak dahulu, sebelum harga BBM tinggi. Juga adanya keluhan sulitnya omzet usaha.
“Rupanya rezeki tidak merata. Ini soal kesenjangan ekonomi. Cukup banyak keluhan ongkos belanja naik, yang kurang tertutupi oleh kenaikan gaji. Memang ada keluhan sulitnya lapangan pekerjaan yang cocok, misalnya untuk lulusan SMK,” ulas Sugiyono.
Nyatanya, setiap hari pasti ada pegawai yang terkena PHK. Namun, banyak usaha baru tumbuh dan berkembang. Suka tidak suka, kondisi ini secara agregat ekonomi makro, memang sesuai yang dilaporkan Pemerintah. [MEN] ]]> , Dunia sedang dihantui krisis global. Banyak negara ketar-ketir menghadapi ini. Indonesia juga. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani tetap optimis, ekonomi Indonesia akan membaik. Dia pun memperlihatkan angka-angka indikator membaiknya ekonomi kita.
Melalui akun Instragramnya, @smindrawati, Sri Mul mengungkapkan optimisme itu. “Di tengah kondisi ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global, kinerja ekonomi domestik masih cukup solid,” tulis mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, sambil mengunggah lima slide data-data pencapaian APBN 2022, kemarin.
Dalam data-data itu terlihat, konsumsi maupun produksi masih menunjukkan tren penguatan. Indeks mobilitas penduduk juga terus meningkat, diikuti peningkatan indeks penjualan ritel.
Dari sisi produksi, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur dalam tren menguat selama empat bulan terakhir. “Terkonfirmasi dari tingginya konsumsi listrik sektor komersial dan industri,” terang Sri Mul.
Di sektor eksternal, ekonomi Indonesia juga cukup kuat. Terbukti dari surplus neraca perdagangan selama 29 bulan berturut-turut. Bahkan, kinerja ekspor dan nilai perdagangan terus mencatatkan rekor tertinggi.
Sri Mul juga memastikan, Indonesia masih tahan terhadap ketidakpastian global. Kinerja APBN sampai dengan September 2022 masih cukup baik. Realisasi pendapatan negara tembus Rp 1.974,7 triliun atau 87,1 persen dari pagu revisi APBN atau tumbuh 45,7 persen secara tahunan (yoy) dari tahun 2021 yang hanya 16,8 persen yoy.
Sementara, realisasi belanja negara mencapai Rp 1.913,9 triliun, atau 61,6 persen dari pagu APBN. Angka ini juga tumbuh 5,9 persen yoy dari tahun sebelumnya yang saat itu minus 1,9 persen.
Begitu juga dengan transfer daerah, tumbuh positif. Hanya saja, Sri Mul meminta realisasi belanja daerah perlu dioptimalkan. Di sisi lain, pajak daerah tumbuh tinggi. Hal ini menunjukkan aktivitas ekonomi masyarakat di daerah semakin membaik.
APBN juga terus menjalankan perannya sebagai peredam tekanan global. Perlindungan sosial yang melindungi masyarakat dari guncangan telah terealisasi Rp 307,1 triliun, belum termasuk tambahannya dalam bentuk BLT BBM, subsidi upah, dan dukungan APBD yang telah terealisasi Rp 11,9 triliun hingga 30 September 2022.
“Secara keseluruhan, APBNKita sampai akhir kuartal III-2022 masih mengalami surplus hingga Rp 60,9 triliun,” ungkap sosok yang beberapa kali menjadi Menteri Keuangan terbaik dunia tersebut.
Bayang-bayang krisis global sudah sangat nyata. Laporan terbaru IMF, prospek ekonomi global semakin melemah, imbas eskalasi konflik geopolitik yang telah menyebabkan tekanan inflasi yang berkepanjangan dan semakin ketatnya likuiditas global. Konsekuensinya, risiko krisis energi dan krisis pangan meningkat.
Untungnya, kondisi itu belum menyenggol perekonomian Indonesia. “Kondisi ekonomi makro domestik serta kinerja APBN yang kuat, jadi bekal yang cukup solid untuk menghadapi tahun 2023 yang penuh tekanan,” yakin Sri Mul.
Anggota Komisi XI DPR Hendrawan Supratikno mengamini pemaparan Sri Mul. Diakuinya, stabilitas ekonomi makro Indonesia cukup bagus dibanding negara lain, termasuk beberapa negara maju. “Sampai dipuji-puji IMF segala,” katanya, saat dihubungi, tadi malam.
Meski kondisinya baik, dia berpesan, Pemerintah tidak boleh terlena, bahkan “mabok” pujian. Mengingat, PR-nya sangat banyak. Seperti peningkatan prioritas dan kualitas belanja, disiplin fiskal, dan pengurangan agresif tingkat kebocoran.
“Anggaran negara yang selalu defisit, kurs rupiah yang terus melemah, yang sudah berlangsung sejak Indonesia merdeka, adalah sinyal bahwa produktivitas dan daya saing ekonomi kita kalah dibanding rival dalam panggung kontestasi global,” ungkap politisi senior PDIP ini.
Karenanya, kader banteng ini memberi resep agar Indonesia bisa mengungguli para rival. Yakni, memperbaiki tata kelola dan kualitas birokrasi, etos kerja masyarakat, hilirisasi dan efisiensi industri, serta stabilitas politik yang kuat.
Peneliti Indef Sugiyono Madelan mengatakan, kondisi makro ekonomi berdasarkan laporan BPS dan Pemerintah memang menunjukkan hal positif. Sendi-sendi perekonomian berjalan sesuai yang diharapkan. Seperti banyaknya penumpang pesawat, mobilitas kendaraan, dan tempat wisata yang ramai pengunjung. Pabrik berproduksi, sekalipun ada pengurangan karyawan.
Namun, di sisi lain, mobil pembeli BBM di SPBU tidak sebanyak dahulu, sebelum harga BBM tinggi. Juga adanya keluhan sulitnya omzet usaha.
“Rupanya rezeki tidak merata. Ini soal kesenjangan ekonomi. Cukup banyak keluhan ongkos belanja naik, yang kurang tertutupi oleh kenaikan gaji. Memang ada keluhan sulitnya lapangan pekerjaan yang cocok, misalnya untuk lulusan SMK,” ulas Sugiyono.
Nyatanya, setiap hari pasti ada pegawai yang terkena PHK. Namun, banyak usaha baru tumbuh dan berkembang. Suka tidak suka, kondisi ini secara agregat ekonomi makro, memang sesuai yang dilaporkan Pemerintah. [MEN]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID