Dari Perang Ukraina Hingga KTT G20 Guru Besar UI Puji Peran Jokowi Di Panggung Dunia –
5 min readBaru-baru ini Presiden Joko Widodo alias Jokowi mendapatkan penghargaan Global Citizen Award dari lembaga think-tank Atlantic Council, yang berbasis di Amerika Serikat dalam rangkaian Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB), beberapa waktu lalu.
Penghargaan tersebut diberikan setiap tahunnya bagi para pemimpin negara maupun figur-figur individual yang dianggap telah memberikan kontribusi besar bagi kemanusiaan, dan Presiden Jokowi dinilai memiliki peran besar dalam menjembatani dialog untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Menanggapi hal ini, Pakar Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) Prof Evi Fitriani mengapresiasi peran Presiden Jokowi di panggung dunia.
Salah satunya, mengunjungi Ukraina dan Rusia dengan misi perdamaian. Langkah Presiden ini diakui sebagai satu langkah yang berani, karena kondisi Ukraina masih dalam perang dan sangat berbahaya bagi keselamatan.
“Terus terang waktu beliau (Jokowi) pergi ke Ukraina, saya termasuk yang surprise juga bahwa Presiden berani melakukan itu pergi ke zona perang, itu kan negara sedang berperang, bawa istrinya pula berarti ini kan memang bisa menempuh bahaya, itu kan bisa kena peluru nyasar dan sebagainya,” ujar Prof Evi saat dihubungi, Sabtu (24/9).
Guru Besar Hubungan Internasional perempuan pertama di Indonesia itu memuji keberanian Jokowi dan membuat dirinya takjub dengan keputusan tersebut.
Padahal, ada negara-negara Eropa yang dekat dengan Rusia dan Ukraina yang bisa datang berdialog untuk mengakhiri peperangan. Tetapi, itu tidak terjadi dan Presiden Jokowi yang melakukan hal tersebut.
“Saya termasuk yang apresiasi dengan langkah tersebut, bahwa Presiden bisa sampai ke situ dan saya pikir banyak yang surprise juga dari seluruh dunia. Pemimpin Eropa bisa lakukan itu karena wilayah dekat situ, sementara ini kan jauh jauh dari Indonesia,” ucapnya.
Dijelaskan Prof Evi, langkah Presiden Jokowi ini tak lepas dari kepentingan Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang sedang berlangsung di Indonesia, di mana Jokowi berkepentingan agar acara ini berhasil tanpa ada kendala akibat perang di Ukraina.
“Jauh-jauh dari Indonesia, dari Asia sampai ke sana untuk ngurusin perang walaupun memang interest beliau kita paham, bahwa beliau ingin menyelamatkan G20 dan sebagainya. Kita paham interest itu, tapi kan kenyataan kalau seorang presiden Indonesia bisa sampai ke sana menembus wilayah perang, suatu yang memang layak menurut saya, suatu yang dihargai,” jelasnya.
Dari kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia itu berhasil membuat Rusia dan negara-negara tetangga membuka jalur ekspor-impor bahan pangan dan lainnya ke negara lain.
Sayangnya, kata Prof Evi, nama Indonesia tidak disebutkan dalam keberhasilan itu dan malah negara Eropa lain yang disebut.
“Kunjungan presiden itu kurang memberikan dampak terhadap Rusia, buktinya sampai hari ini serangan Rusia tidak berhenti walaupun tempo hari memang ada pintu koridor ekspor-impor bahan pangan dibuka sama Rusia,” bebernya.
“Rusia sudah membuka boikot lautnya sehingga kapal dari Ukraina yang mau menjual biji-bijian gandum keluar negeri sudah bisa berjalan, tapi kan kita belum tahu dari berita yang saya baca itu karena lobi negara lain kalau nggak salah siapa ya Turki atau apa ya. Kok Indonesia nggak disebut sama sekali di berita itu,” tambah Evi.
Meski nama Indonesia tidak disebut dalam keberhasilan Rusia maupun negara lain membuka jalur ekspor-impor bahan pangan dari Ukraina maupun Rusia, Prof Evi tetap memberikan apresiasi atas langkah Presiden Jokowi dalam misi perdamaian itu.
“Ketika ada perbaikan tadi blokade laut Rusia dibuka untuk keluarnya jalur ekspornya Ukraina, tapi nama Indonesia juga nggak disebut-sebut sama sekali, seakan-akan itu bukan karena Indonesia. Tapi kunjungan itu secara simbolik penting dan membuat apresiasilah dari kita semua, baik orang Indonesia maupun atau dari orang negara-negara lain,” ungkapnya.
Prof Evi pun mengakui peran Indonesia dalam menyukseskan KTT G20 sejauh ini, dimana kepentingan Indonesia dan kepentingan semua negara terakomodir dengan baik acara tersebut.
“Nah Indonesia berhasil mendorong atau kita menjaga proses G20 pada treknya, menyelesaikan isu-isu yang memang dianggap strategis, lalu mengejar kesepakatan-kesepakatan yang fundamental di bidang maupun jalur surfa track atau finance track kita, kan dua-duanya aktif dan dua-duanya itu berjalan sesuai dengan jalur,” tandasnya. ■
]]> , Baru-baru ini Presiden Joko Widodo alias Jokowi mendapatkan penghargaan Global Citizen Award dari lembaga think-tank Atlantic Council, yang berbasis di Amerika Serikat dalam rangkaian Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB), beberapa waktu lalu.
Penghargaan tersebut diberikan setiap tahunnya bagi para pemimpin negara maupun figur-figur individual yang dianggap telah memberikan kontribusi besar bagi kemanusiaan, dan Presiden Jokowi dinilai memiliki peran besar dalam menjembatani dialog untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Menanggapi hal ini, Pakar Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) Prof Evi Fitriani mengapresiasi peran Presiden Jokowi di panggung dunia.
Salah satunya, mengunjungi Ukraina dan Rusia dengan misi perdamaian. Langkah Presiden ini diakui sebagai satu langkah yang berani, karena kondisi Ukraina masih dalam perang dan sangat berbahaya bagi keselamatan.
“Terus terang waktu beliau (Jokowi) pergi ke Ukraina, saya termasuk yang surprise juga bahwa Presiden berani melakukan itu pergi ke zona perang, itu kan negara sedang berperang, bawa istrinya pula berarti ini kan memang bisa menempuh bahaya, itu kan bisa kena peluru nyasar dan sebagainya,” ujar Prof Evi saat dihubungi, Sabtu (24/9).
Guru Besar Hubungan Internasional perempuan pertama di Indonesia itu memuji keberanian Jokowi dan membuat dirinya takjub dengan keputusan tersebut.
Padahal, ada negara-negara Eropa yang dekat dengan Rusia dan Ukraina yang bisa datang berdialog untuk mengakhiri peperangan. Tetapi, itu tidak terjadi dan Presiden Jokowi yang melakukan hal tersebut.
“Saya termasuk yang apresiasi dengan langkah tersebut, bahwa Presiden bisa sampai ke situ dan saya pikir banyak yang surprise juga dari seluruh dunia. Pemimpin Eropa bisa lakukan itu karena wilayah dekat situ, sementara ini kan jauh jauh dari Indonesia,” ucapnya.
Dijelaskan Prof Evi, langkah Presiden Jokowi ini tak lepas dari kepentingan Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang sedang berlangsung di Indonesia, di mana Jokowi berkepentingan agar acara ini berhasil tanpa ada kendala akibat perang di Ukraina.
“Jauh-jauh dari Indonesia, dari Asia sampai ke sana untuk ngurusin perang walaupun memang interest beliau kita paham, bahwa beliau ingin menyelamatkan G20 dan sebagainya. Kita paham interest itu, tapi kan kenyataan kalau seorang presiden Indonesia bisa sampai ke sana menembus wilayah perang, suatu yang memang layak menurut saya, suatu yang dihargai,” jelasnya.
Dari kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia itu berhasil membuat Rusia dan negara-negara tetangga membuka jalur ekspor-impor bahan pangan dan lainnya ke negara lain.
Sayangnya, kata Prof Evi, nama Indonesia tidak disebutkan dalam keberhasilan itu dan malah negara Eropa lain yang disebut.
“Kunjungan presiden itu kurang memberikan dampak terhadap Rusia, buktinya sampai hari ini serangan Rusia tidak berhenti walaupun tempo hari memang ada pintu koridor ekspor-impor bahan pangan dibuka sama Rusia,” bebernya.
“Rusia sudah membuka boikot lautnya sehingga kapal dari Ukraina yang mau menjual biji-bijian gandum keluar negeri sudah bisa berjalan, tapi kan kita belum tahu dari berita yang saya baca itu karena lobi negara lain kalau nggak salah siapa ya Turki atau apa ya. Kok Indonesia nggak disebut sama sekali di berita itu,” tambah Evi.
Meski nama Indonesia tidak disebut dalam keberhasilan Rusia maupun negara lain membuka jalur ekspor-impor bahan pangan dari Ukraina maupun Rusia, Prof Evi tetap memberikan apresiasi atas langkah Presiden Jokowi dalam misi perdamaian itu.
“Ketika ada perbaikan tadi blokade laut Rusia dibuka untuk keluarnya jalur ekspornya Ukraina, tapi nama Indonesia juga nggak disebut-sebut sama sekali, seakan-akan itu bukan karena Indonesia. Tapi kunjungan itu secara simbolik penting dan membuat apresiasilah dari kita semua, baik orang Indonesia maupun atau dari orang negara-negara lain,” ungkapnya.
Prof Evi pun mengakui peran Indonesia dalam menyukseskan KTT G20 sejauh ini, dimana kepentingan Indonesia dan kepentingan semua negara terakomodir dengan baik acara tersebut.
“Nah Indonesia berhasil mendorong atau kita menjaga proses G20 pada treknya, menyelesaikan isu-isu yang memang dianggap strategis, lalu mengejar kesepakatan-kesepakatan yang fundamental di bidang maupun jalur surfa track atau finance track kita, kan dua-duanya aktif dan dua-duanya itu berjalan sesuai dengan jalur,” tandasnya. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID