DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
27 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Yuk Nikmati Piala Dunia, Tinggalkan Dulu Gaduh Politik Dan Prediksi Resesi –

4 min read

Selama satu bulan ke depan, mayoritas penduduk bumi akan menikmati serunya pertandingan sepak bola Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Qatar.

Di Indonesia tidak jauh berbeda. Sepak bola merupakan olahraga populer dan banyak penggemarnya. Boleh jadi, mo­mentum ini akan menjadikan ramalan resesi ekenomi dunia dan kehebohan capres-cawapres 2024 ditinggalkan.

Poliklitik mengunggah meme tiga orang sedang menonton TV yang menanyangkan FIFA World Cup Qatar 2022. Tiga orang tersebut memakai kaos bertuliskan Ganjar, Anies dan Prabowo.

Bagi masyarakat Indonesia yang gila bola, kata Poliklitik, Piala Dunia bisa menjadi “pelarian” dari penatnya keseharian dari hiruk pikuk politik, sosial dan ekonomi.

“Selamat menikmati Piala Dunia 2022. Mana tim jagoan kalian?” tan­ya Poliklitik dalam caption-nya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, seluruh masyarakat akan menikmati piala dunia sepak bola. Dia berharap, tidak terjadi tragedi apapun pada momen tersebut.

Untuk itu, Mahfud mengajak semua pihak mencairkan kekakuan dan ke­bekuan persaudaraan yang disebabkan oleh perbedaan politik.

“Mari belajar dari sportivitas sepak bola dunia dalam berpolitik dan berhu­kum demi keamanan,” ujar @mohmah­fudmd dalam akun Twitter-nya.

Akun @Eddysyarif juga mengajak masyarakat menciptakan Indonesia da­mai, adil, dengan kebhinnekaan Pancasila sebagai falsafah bangsa.

Akun @MuhammaKadam mengajak masyarakat menutup bab politik. “Untuk sementara waktu fokus menonton Piala Dunia,” ujarnya.

Akun @Back_Packer18 meminta selu­ruh masyarakat menghentikan perdebatan politik karena sekarang waktunya Piala Dunia. Dia berharap, Piala Dunia bisa mengakhiri semua perdebatan politik yang mulai menyedihkan.

 

“Tanpa disadari, sebenarnya Piala dunia menjadi kunci peredam suasana politik yang memanas di negeri ini. Juga obat kecewa dari semua perbedaan pili­han,” kata @Masan_Dan.

Menurut @aiditbani masyarakat dis­erabutkan dengan provokasi politik dan disatukan dengan piala dunia.

Kata @thriologi, pandangan politik, pada akhirnya, akan dipersatukan juga oleh Piala Dunia.

“Lets go,” imbuh @aiditbani.

Akun @Widodo641 mengusulkan agar diadakan liga sepak bola antarpartai agar para politikus mengerti sportivitas secara riil. Sebab, selama ini politikuslah yang paling buruk sportivitasnya.

“Perbedaan politik di elite politik bisa berimbas pada kerukunan umat dan juga kerukunan bertetangga,” kata @77Ab­dulmanan.

Sementara, @Alexand393 menyebut, yang menjadi terpecah bukan perbedaan politik, tapi soal beda posisi duduk saja. Dia bilang, yang membuat terpecah adalah ketidakadilan yang tidak berdiri tegak.

“Karena keambisian seseorang dalam berpolitik, sehingga melakukan dengan berbagai cara yang di larang agama demi mencapai puncak kejayaan,” ujar @Sari292.

Akun @adangsetiadana mengata­kan, penyebab perbedaan politik adalah ketika ada kelompok pendukung, salah satu kelompok yang terus menyinggung agama. Tapi, saat yang bersamaan mereka dilindungi kekuatan besar. “Nggak ada solusi, itu memang sengaja dipelihara rezim,” timpal @Anoon404. [TIF] ]]> , Selama satu bulan ke depan, mayoritas penduduk bumi akan menikmati serunya pertandingan sepak bola Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Qatar.

Di Indonesia tidak jauh berbeda. Sepak bola merupakan olahraga populer dan banyak penggemarnya. Boleh jadi, mo­mentum ini akan menjadikan ramalan resesi ekenomi dunia dan kehebohan capres-cawapres 2024 ditinggalkan.

Poliklitik mengunggah meme tiga orang sedang menonton TV yang menanyangkan FIFA World Cup Qatar 2022. Tiga orang tersebut memakai kaos bertuliskan Ganjar, Anies dan Prabowo.

Bagi masyarakat Indonesia yang gila bola, kata Poliklitik, Piala Dunia bisa menjadi “pelarian” dari penatnya keseharian dari hiruk pikuk politik, sosial dan ekonomi.

“Selamat menikmati Piala Dunia 2022. Mana tim jagoan kalian?” tan­ya Poliklitik dalam caption-nya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, seluruh masyarakat akan menikmati piala dunia sepak bola. Dia berharap, tidak terjadi tragedi apapun pada momen tersebut.

Untuk itu, Mahfud mengajak semua pihak mencairkan kekakuan dan ke­bekuan persaudaraan yang disebabkan oleh perbedaan politik.

“Mari belajar dari sportivitas sepak bola dunia dalam berpolitik dan berhu­kum demi keamanan,” ujar @mohmah­fudmd dalam akun Twitter-nya.

Akun @Eddysyarif juga mengajak masyarakat menciptakan Indonesia da­mai, adil, dengan kebhinnekaan Pancasila sebagai falsafah bangsa.

Akun @MuhammaKadam mengajak masyarakat menutup bab politik. “Untuk sementara waktu fokus menonton Piala Dunia,” ujarnya.

Akun @Back_Packer18 meminta selu­ruh masyarakat menghentikan perdebatan politik karena sekarang waktunya Piala Dunia. Dia berharap, Piala Dunia bisa mengakhiri semua perdebatan politik yang mulai menyedihkan.

 

“Tanpa disadari, sebenarnya Piala dunia menjadi kunci peredam suasana politik yang memanas di negeri ini. Juga obat kecewa dari semua perbedaan pili­han,” kata @Masan_Dan.

Menurut @aiditbani masyarakat dis­erabutkan dengan provokasi politik dan disatukan dengan piala dunia.

Kata @thriologi, pandangan politik, pada akhirnya, akan dipersatukan juga oleh Piala Dunia.

“Lets go,” imbuh @aiditbani.

Akun @Widodo641 mengusulkan agar diadakan liga sepak bola antarpartai agar para politikus mengerti sportivitas secara riil. Sebab, selama ini politikuslah yang paling buruk sportivitasnya.

“Perbedaan politik di elite politik bisa berimbas pada kerukunan umat dan juga kerukunan bertetangga,” kata @77Ab­dulmanan.

Sementara, @Alexand393 menyebut, yang menjadi terpecah bukan perbedaan politik, tapi soal beda posisi duduk saja. Dia bilang, yang membuat terpecah adalah ketidakadilan yang tidak berdiri tegak.

“Karena keambisian seseorang dalam berpolitik, sehingga melakukan dengan berbagai cara yang di larang agama demi mencapai puncak kejayaan,” ujar @Sari292.

Akun @adangsetiadana mengata­kan, penyebab perbedaan politik adalah ketika ada kelompok pendukung, salah satu kelompok yang terus menyinggung agama. Tapi, saat yang bersamaan mereka dilindungi kekuatan besar. “Nggak ada solusi, itu memang sengaja dipelihara rezim,” timpal @Anoon404. [TIF]

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2025. DigiBerita.com. All rights reserved |