Kredit Ke UMKM Terus Menanjak BRI Raup Laba Rp 39,31 T –
7 min readPT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kembali mencatat kinerja positif pada kuartal III-2022. Bank pelat merah itu berhasil meraup laba bersih sebesar Rp 39,31 triliun, atau naik hingga 106,14 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Dengan capain itu, total aset BRI kini naik 4 persen year on year (yoy) menjadi Rp 1.684,60 triliun hingga kuartal III-2022.
Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso mengatakan, di tengah kondisi perekonomian dunia yang penuh tantangan, perseroan mampu menjaga fundamental kinerja keuangan dengan tetap fokus pada core business di segmen UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).
“Pencapaian tersebut tak lepas dari strategic response BRI yang tepat. Fungsi intermediary penyaluran kredit maupun penghimpunan dana masyarakat oleh BRI mampu tumbuh positif,” ucap Sunarso dalam paparan kinerja keuangan BRI akhir kuartal III-2022 secara virtual, kemarin.
Sunarso juga bersyukur, pihaknya dapat menjaga sustainability pertumbuhan dengan fokus pada aspek likuiditas. Terutama pertumbuhan dana murah.
Di samping itu, BRI mampu mencatat pertumbuhan Fee Based Income (FBI) yang semakin baik, dengan ditopang meningkatnya transaksi digital banking BRI.
Dari sisi penyaluran kredit, hingga akhir September 2022, total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat sebesar Rp 1.111,48 triliun, atau tumbuh 7,92 persen yoy.
Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI tercatat meningkat sebesar 9,83 persen yoy dari Rp 852,12 triliun di akhir September 2021 menjadi Rp 935,86 triliun di akhir September 2022.
“Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20 persen,” sebut mantan bos Pegadaian ini.
Jika dirinci lebih detail, portofolio kredit segmen mikro BRI tercatat tumbuh 14,12 persen yoy, segmen konsumer tumbuh 7,55 persen yoy, segmen kecil & menengah tumbuh 2,89 persen yoy, dan segmen korporasi terkontraksi 1,24 persen yoy. Hal tersebut selaras dengan upaya BRI untuk terus meningkatkan porsi kredit UMKM hingga mencapai 85 persen.
Menurut Sunarso, komitmen BRI untuk terus memperbesar porsi pembiayaan kepada segmen UMKM merupakan bukti nyata BRI, untuk terus mendorong pemulihan dan pertumbuhan perekonomian Indonesia.
“Peran aktif BRI dengan memberdayakan dan mendorong UMKM untuk terus tumbuh, akan membuka dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Mengingat 97 persen lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari segmen UMKM,” katanya.
Dia menegaskan, dengan tantangan yang tidak mudah tahun depan, pihaknya tetap optimistis mampu melakukan ekspansi kredit secara berkelanjutan. BRI menargetkan kredit tahun depan tumbuh di kisaran 9 persen-11 persen.
“Perlu diakui, target ini sangat besar buat BRI. Ini dikarenakan outstanding kredit BRI secara grup sudah mencapai Rp 1.111,4 triliun. Maka untuk mencapai 10 persen saja, BRI harus menumbuhkan kredit Rp 111 triliun,” jelasnya.
Ia membeberkan, untuk bisa tumbuh secara berkelanjutan, perbankan membutuhkan empat syarat dan semua telah dipenuhi BRI.
Pertama, BRI telah menyiapkan sumber pertumbuhan baru. BRI sudah memiliki holding ultra mikro sebagai sumber pertumbuhan baru.
Kedua, bank harus memiliki modal yang cukup. BRI secara grup tercatat saat ini memiliki Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26 persen dan secara bank only 24 persen.
“Level CAR kami menunjukkan bahwa BRI punya modal yang berlebih untuk mencapai target pertumbuhan kredit,” yakin Sunarso.
Selanjutnya syarat ketiga, bank harus punya likuiditas yang cukup. Saat ini, likuiditas BRI sangat memadai yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konsolidasi, yang mencapai 88,51 persen per September 2022. “Sedangkan LDR yang optimal ada di level 92 persen. Sangat cukup untuk memacu pertumbuhan,” katanya.
Keempat, bank harus tumbuh secara sustain dengan menjaga pertumbuhan tersebut secara berkualitas.
BRI telah memenuhi itu dengan mengelola pencadangan yang sangat besar guna mengantisipasi pemburukan kredit.
Sunarso mengungkapkan bahwa pihaknya melepas akhir tahun 2022 serta menyambut tahun 2023 dengan optimistis.
“BRI akan terus melakukan transformasi yang berkelanjutan untuk mempertahankan kinerja yang prominen, dan dapat terus tumbuh sehat dan semakin tangguh,” yakin Sunarso.
Di kesempatan yang sama, Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto menambahkan, pencadangan terhadap kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) coverage BRI tercatat sebesar 278,79 persen per September 2022.
Angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL coverage di akhir kuartal III tahun lalu yang sebesar 252,86 persen.
Keberhasilan BRI dalam menjalankan fungsi intermediasi mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik.
“Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable di level 3,09 persen,” ujarnya.
Selanjutnya dari kemampuan BRI dalam menjaga kualitas aset juga tercermin dari terus menurunnya tren Loan at Risk (LAR). Tercatat LAR BRI sebesar 19,28 persen, turun dibandingkan dengan LAR pada kuartal III-2021 sebesar 25,62 persen yoy.
Dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI berhasil mencatatkan kinerja positif. DPK BRI tercatat tumbuh positif menjadi Rp 1.139,77 triliun.
Dana murah (Current Account Saving Account/CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, secara yoy meningkat sebesar 10,22 persen.
Jika dirinci, giro tercatat tumbuh 18,99 persen dan tabungan tumbuh 6,37 persen.
Secara umum saat ini proporsi CASA BRI konsolidasian tercatat 65,43 persen, meningkat signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 59,60 persen yoy.
“Hal tersebut memberikan dampak positif diantaranya dari beban bunga yang tercatat menurun sebesar 9,12 persen yoy, dan biaya dana (Cost of Fund) BRI secara konsolidasian juga terus turun menjadi sebesar 1,94 persen,” tutur Agus.
Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno menambahkan, dalam menghadapi ancaman ekonomi ke depan, BRI berencana melakukan aksi korporasi. Namun, ia mengaku rencana tersebut belum bisa disampaikan saat ini.
“Laporan keuangan kuartal III memang ada limited review. Ini bagian dari aksi korporasi yang akan dilakukan BRI, tetapi ini masih dalam proses internal sehingga belum bisa disampaikan,” jelas Viviana. ■
]]> , PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kembali mencatat kinerja positif pada kuartal III-2022. Bank pelat merah itu berhasil meraup laba bersih sebesar Rp 39,31 triliun, atau naik hingga 106,14 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Dengan capain itu, total aset BRI kini naik 4 persen year on year (yoy) menjadi Rp 1.684,60 triliun hingga kuartal III-2022.
Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso mengatakan, di tengah kondisi perekonomian dunia yang penuh tantangan, perseroan mampu menjaga fundamental kinerja keuangan dengan tetap fokus pada core business di segmen UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).
“Pencapaian tersebut tak lepas dari strategic response BRI yang tepat. Fungsi intermediary penyaluran kredit maupun penghimpunan dana masyarakat oleh BRI mampu tumbuh positif,” ucap Sunarso dalam paparan kinerja keuangan BRI akhir kuartal III-2022 secara virtual, kemarin.
Sunarso juga bersyukur, pihaknya dapat menjaga sustainability pertumbuhan dengan fokus pada aspek likuiditas. Terutama pertumbuhan dana murah.
Di samping itu, BRI mampu mencatat pertumbuhan Fee Based Income (FBI) yang semakin baik, dengan ditopang meningkatnya transaksi digital banking BRI.
Dari sisi penyaluran kredit, hingga akhir September 2022, total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat sebesar Rp 1.111,48 triliun, atau tumbuh 7,92 persen yoy.
Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI tercatat meningkat sebesar 9,83 persen yoy dari Rp 852,12 triliun di akhir September 2021 menjadi Rp 935,86 triliun di akhir September 2022.
“Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20 persen,” sebut mantan bos Pegadaian ini.
Jika dirinci lebih detail, portofolio kredit segmen mikro BRI tercatat tumbuh 14,12 persen yoy, segmen konsumer tumbuh 7,55 persen yoy, segmen kecil & menengah tumbuh 2,89 persen yoy, dan segmen korporasi terkontraksi 1,24 persen yoy. Hal tersebut selaras dengan upaya BRI untuk terus meningkatkan porsi kredit UMKM hingga mencapai 85 persen.
Menurut Sunarso, komitmen BRI untuk terus memperbesar porsi pembiayaan kepada segmen UMKM merupakan bukti nyata BRI, untuk terus mendorong pemulihan dan pertumbuhan perekonomian Indonesia.
“Peran aktif BRI dengan memberdayakan dan mendorong UMKM untuk terus tumbuh, akan membuka dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Mengingat 97 persen lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari segmen UMKM,” katanya.
Dia menegaskan, dengan tantangan yang tidak mudah tahun depan, pihaknya tetap optimistis mampu melakukan ekspansi kredit secara berkelanjutan. BRI menargetkan kredit tahun depan tumbuh di kisaran 9 persen-11 persen.
“Perlu diakui, target ini sangat besar buat BRI. Ini dikarenakan outstanding kredit BRI secara grup sudah mencapai Rp 1.111,4 triliun. Maka untuk mencapai 10 persen saja, BRI harus menumbuhkan kredit Rp 111 triliun,” jelasnya.
Ia membeberkan, untuk bisa tumbuh secara berkelanjutan, perbankan membutuhkan empat syarat dan semua telah dipenuhi BRI.
Pertama, BRI telah menyiapkan sumber pertumbuhan baru. BRI sudah memiliki holding ultra mikro sebagai sumber pertumbuhan baru.
Kedua, bank harus memiliki modal yang cukup. BRI secara grup tercatat saat ini memiliki Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26 persen dan secara bank only 24 persen.
“Level CAR kami menunjukkan bahwa BRI punya modal yang berlebih untuk mencapai target pertumbuhan kredit,” yakin Sunarso.
Selanjutnya syarat ketiga, bank harus punya likuiditas yang cukup. Saat ini, likuiditas BRI sangat memadai yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konsolidasi, yang mencapai 88,51 persen per September 2022. “Sedangkan LDR yang optimal ada di level 92 persen. Sangat cukup untuk memacu pertumbuhan,” katanya.
Keempat, bank harus tumbuh secara sustain dengan menjaga pertumbuhan tersebut secara berkualitas.
BRI telah memenuhi itu dengan mengelola pencadangan yang sangat besar guna mengantisipasi pemburukan kredit.
Sunarso mengungkapkan bahwa pihaknya melepas akhir tahun 2022 serta menyambut tahun 2023 dengan optimistis.
“BRI akan terus melakukan transformasi yang berkelanjutan untuk mempertahankan kinerja yang prominen, dan dapat terus tumbuh sehat dan semakin tangguh,” yakin Sunarso.
Di kesempatan yang sama, Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto menambahkan, pencadangan terhadap kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) coverage BRI tercatat sebesar 278,79 persen per September 2022.
Angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL coverage di akhir kuartal III tahun lalu yang sebesar 252,86 persen.
Keberhasilan BRI dalam menjalankan fungsi intermediasi mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik.
“Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable di level 3,09 persen,” ujarnya.
Selanjutnya dari kemampuan BRI dalam menjaga kualitas aset juga tercermin dari terus menurunnya tren Loan at Risk (LAR). Tercatat LAR BRI sebesar 19,28 persen, turun dibandingkan dengan LAR pada kuartal III-2021 sebesar 25,62 persen yoy.
Dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI berhasil mencatatkan kinerja positif. DPK BRI tercatat tumbuh positif menjadi Rp 1.139,77 triliun.
Dana murah (Current Account Saving Account/CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, secara yoy meningkat sebesar 10,22 persen.
Jika dirinci, giro tercatat tumbuh 18,99 persen dan tabungan tumbuh 6,37 persen.
Secara umum saat ini proporsi CASA BRI konsolidasian tercatat 65,43 persen, meningkat signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 59,60 persen yoy.
“Hal tersebut memberikan dampak positif diantaranya dari beban bunga yang tercatat menurun sebesar 9,12 persen yoy, dan biaya dana (Cost of Fund) BRI secara konsolidasian juga terus turun menjadi sebesar 1,94 persen,” tutur Agus.
Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno menambahkan, dalam menghadapi ancaman ekonomi ke depan, BRI berencana melakukan aksi korporasi. Namun, ia mengaku rencana tersebut belum bisa disampaikan saat ini.
“Laporan keuangan kuartal III memang ada limited review. Ini bagian dari aksi korporasi yang akan dilakukan BRI, tetapi ini masih dalam proses internal sehingga belum bisa disampaikan,” jelas Viviana. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID