DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
24 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Perajin Kipas Binaan BNI, Raih Berkah Di KTT G20 –

5 min read

Agenda internasional Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, nyatanya memberi angin segar bagi banyak para pelaku UMKM, termasuk Nyoman Benes (38), pemilik Kipas Srikandi asal Bali.

Bagaimana tidak, akibat pandemi Covid-19, tahun 2022 menjadi titik balik baginya, untuk perlahan mulai menata lagi bisnis kipas yang telah digelutinya sejak 2000.

Ia adalah generasi kedua bisnis keluarga pembuat Kipas Srikandi. Awalnya, usaha ini dikelola ayahnya sejak tahun 1978. Bisnis yang sudah ada sejak 44 tahun silam tersebut, sempat mengalami guncangan akibat pandemi yang berlangsung hingga lebih dari dua tahun.

“KTT G20 setidaknya menjadi harapan baru, permintaan kipas milik kami mulai berdatangan dalam jumlah yang tidak sedikit,” ucapnya dalam keterangan resmi, Selasa (15/11).

Kipas Srikandi memang terbilang unik karena menciptakan produk kipas tangan hasil desainnya sendiri dan menyediakan jasa pesanan.

Kipas-kipas buatannya menawarkan model dan bahan yang beragam, bisa berupa brokat, lukis, lukis keemasan, kipas bunga, modifikasi kain endek dan brokat, atau polos.

Semua kipas menggunakan bahan dasar stik kayu eboni. Namun, bisa dibuat menggunakan kayu cendana jika konsumen menginginkan. Itulah sebabnya, Kipas Srikandi kini makin banyak diburu.

“Syukur di Bali ada kegiatan G20, jadi banyak permintaan. Tapi tidak hanya di Bali, kemarin juga kan sempat ada di Labuan Bajo, Jakarta. Kita ikuti perkembangan zaman, jadi bisa menyesuaikan permintaan, kayak motif logo G20 misalnya atau logo BNI custom, jadi setiap ada event kita bisa menawarkan sesuatu yang mempunyai nilai tambah,” ungkap Benes.

 

Meski sempat terseok-seok, Benes mengaku tidak sampai hati merumahkan para karyawannya yang kini berjumlah 25 orang. Benes merasa memiliki tanggung jawab moral untuk tetap mempekerjakan mereka.

Meskipun permintaan sempat merosot, namun pihaknya tetap melakukan produksi meskipun dengan skala kecil. Ada pelanggan setia yang memang masih membutuhkan produknya.

“Kita sekarang masih dalam tahap pemulihan. Kebetulan saya selama pandemi tidak stop produksi, tidak merumahkan karyawan, saya pikir cuma beberapa bulan ternyata dua tahun lebih, saya punya tanggung jawab moral kepada karyawan, kalau stop produksi kasihan mereka karena menggantungkan hidupnya di sini,” curhatnya.

Namun kini, lanjut Benes, sisa limit keuangan sudah mulai menipis. Beruntungnya, kata dia, orderan mulai berdatangan sejak dirinya bergabung dengan komunitas UMKM BNI yang berfokus pada pemasaran produk-produk UMKM dengan mengusung tema Futures SMEs Village.

BNI terus berkomitmen mendorong pelaku UMKM binaan termasuk Kipas Srikandi asal Bali untuk dapat mengoptimalkan momentum positif G20 ini.

Melalui side event G20 yakni Future SMEs Village, BNI melalui program BNI Xpora membawa sejumlah pelaku UMKM di bidang kerajinan tangan, kosmetik, hingga fesyen.

Adapun Future SMEs Village dibuka secara resmi oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki di Nusa Dua, Bali, Jumat (11/11).

“Dulu pas di zaman bapak saya, lama pakai BNI. Sekarang saya baru diajak gabung BNI, ikut pembinaan UMKM. Semoga setelah ini BNI enggak hanya membina dalam hal promosi tapi juga pendanaan, mungkin kreditnya bisa di BNI,” harapnya.

Benes mengaku, produk-produknya sempat menyasar hingga menembus pasar dunia seperti Australia, Amerika Serikat (AS) hingga Spanyol, namun angka ekspornya masih rendah di kisaran 5-10 persen. Ke depan kata dia, tak menutup kemungkinan sejarah tersebut akan terulang dengan porsi ekspor lebih tinggi dari sebelumnya. Namun saat ini, fokus utamanya adalah bagaimana mencari pasar untuk menjual produk-produknya.

“Kalau ada pendanaan dari BNI mungkin bisa meningkatkan ekspor. Dana dalam arti untuk ekspansi, memperluas area gudang, menambah mesin. Tapi sekarang yang lebih kita pentingkan support promosi yang lebih luas,” katanya. ■
]]> , Agenda internasional Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, nyatanya memberi angin segar bagi banyak para pelaku UMKM, termasuk Nyoman Benes (38), pemilik Kipas Srikandi asal Bali.

Bagaimana tidak, akibat pandemi Covid-19, tahun 2022 menjadi titik balik baginya, untuk perlahan mulai menata lagi bisnis kipas yang telah digelutinya sejak 2000.

Ia adalah generasi kedua bisnis keluarga pembuat Kipas Srikandi. Awalnya, usaha ini dikelola ayahnya sejak tahun 1978. Bisnis yang sudah ada sejak 44 tahun silam tersebut, sempat mengalami guncangan akibat pandemi yang berlangsung hingga lebih dari dua tahun.

“KTT G20 setidaknya menjadi harapan baru, permintaan kipas milik kami mulai berdatangan dalam jumlah yang tidak sedikit,” ucapnya dalam keterangan resmi, Selasa (15/11).

Kipas Srikandi memang terbilang unik karena menciptakan produk kipas tangan hasil desainnya sendiri dan menyediakan jasa pesanan.

Kipas-kipas buatannya menawarkan model dan bahan yang beragam, bisa berupa brokat, lukis, lukis keemasan, kipas bunga, modifikasi kain endek dan brokat, atau polos.

Semua kipas menggunakan bahan dasar stik kayu eboni. Namun, bisa dibuat menggunakan kayu cendana jika konsumen menginginkan. Itulah sebabnya, Kipas Srikandi kini makin banyak diburu.

“Syukur di Bali ada kegiatan G20, jadi banyak permintaan. Tapi tidak hanya di Bali, kemarin juga kan sempat ada di Labuan Bajo, Jakarta. Kita ikuti perkembangan zaman, jadi bisa menyesuaikan permintaan, kayak motif logo G20 misalnya atau logo BNI custom, jadi setiap ada event kita bisa menawarkan sesuatu yang mempunyai nilai tambah,” ungkap Benes.

 

Meski sempat terseok-seok, Benes mengaku tidak sampai hati merumahkan para karyawannya yang kini berjumlah 25 orang. Benes merasa memiliki tanggung jawab moral untuk tetap mempekerjakan mereka.

Meskipun permintaan sempat merosot, namun pihaknya tetap melakukan produksi meskipun dengan skala kecil. Ada pelanggan setia yang memang masih membutuhkan produknya.

“Kita sekarang masih dalam tahap pemulihan. Kebetulan saya selama pandemi tidak stop produksi, tidak merumahkan karyawan, saya pikir cuma beberapa bulan ternyata dua tahun lebih, saya punya tanggung jawab moral kepada karyawan, kalau stop produksi kasihan mereka karena menggantungkan hidupnya di sini,” curhatnya.

Namun kini, lanjut Benes, sisa limit keuangan sudah mulai menipis. Beruntungnya, kata dia, orderan mulai berdatangan sejak dirinya bergabung dengan komunitas UMKM BNI yang berfokus pada pemasaran produk-produk UMKM dengan mengusung tema Futures SMEs Village.

BNI terus berkomitmen mendorong pelaku UMKM binaan termasuk Kipas Srikandi asal Bali untuk dapat mengoptimalkan momentum positif G20 ini.

Melalui side event G20 yakni Future SMEs Village, BNI melalui program BNI Xpora membawa sejumlah pelaku UMKM di bidang kerajinan tangan, kosmetik, hingga fesyen.

Adapun Future SMEs Village dibuka secara resmi oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki di Nusa Dua, Bali, Jumat (11/11).

“Dulu pas di zaman bapak saya, lama pakai BNI. Sekarang saya baru diajak gabung BNI, ikut pembinaan UMKM. Semoga setelah ini BNI enggak hanya membina dalam hal promosi tapi juga pendanaan, mungkin kreditnya bisa di BNI,” harapnya.

Benes mengaku, produk-produknya sempat menyasar hingga menembus pasar dunia seperti Australia, Amerika Serikat (AS) hingga Spanyol, namun angka ekspornya masih rendah di kisaran 5-10 persen. Ke depan kata dia, tak menutup kemungkinan sejarah tersebut akan terulang dengan porsi ekspor lebih tinggi dari sebelumnya. Namun saat ini, fokus utamanya adalah bagaimana mencari pasar untuk menjual produk-produknya.

“Kalau ada pendanaan dari BNI mungkin bisa meningkatkan ekspor. Dana dalam arti untuk ekspansi, memperluas area gudang, menambah mesin. Tapi sekarang yang lebih kita pentingkan support promosi yang lebih luas,” katanya. ■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2025. DigiBerita.com. All rights reserved |