3 Rekomendasi Task Force FoWE B20 Indonesia Pentingnya Transisi Pasar Kerja Yang Lebih Dinamis –
5 min readIndonesia memberikan rekomendasi kebijakan terkait tantangan terhadap tersedianya lapangan kerja yang berkelanjutan, pendidikan dan inklusivitas, di acara B20 Summit, Task Force FoWE (Future of Work and Education) B20.
Acara itu digelar sebagai rangkaian B20 Indonesia Summit 2022 atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) B20 Indonesia, di Bali, pada 13-14 November 2022.
Ketua Task Force FoWE Hamdhani Dzulkarnaen mengatakan, melalui B20 Summit, para pemimpin bisnis global diundang untuk mendiskusikan dan merumuskan rekomendasi kebijakan untuk KTT G20. Ini dilakukan dalam upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 dan tantangan bisnis global.
“Dari hasil pertemuan ini, ada tiga rekomendasi kebijakan yang akan kita sampaikan di KTT G20,” kata Hamdhani dalam keterangannya, kemarin.
Pertama, mendukung pemulihan pasca pandemi, dengan cara menyesuaikan pasar kerja dengan sektor masa depan menjadi lebih dinamis dan fleksibel.
Antara lain, mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), menyesuaikan regulasi kerja dengan kondisi pasca pandemi, memungkinkan transisi pekerja dan transisi bisnis ke dalam konteks ekonomi formal, dan memastikan tempat kerja yang people-centered.
Kedua, memperbaharui sistem pendidikan agar selaras dengan kebutuhan pasar kerja dan pekerjaan masa depan. Caranya, mendesain sistem pembelajaran yang memiliki lifelong outcome. Dan dapat mengantisipasi transisi ke dunia kerja dengan meminimalisir skill gap antara pelajar dan pekerja.
Ketiga, memastikan inklusivitas di tempat kerja, keterlibatan peran generasi muda, perempuan, dan kelompok rentan, dalam ekonomi global.
Tiga rekomendasi kebijakan Task Force FoWE ini selaras dengan prioritas B20-G20. Tentunya akan berkontribusi signifikan untuk proses pemulihan ekonomi dunia pasca pandemi.
“Penyesuaian pasar kerja, pembaharuan sistem pendidikan, dan inklusivitas peran ekonomi, akan menjadi kunci untuk membuka potensi ekonomi pulih dan bertumbuh lebih cepat,” ujar Hamdhani.
Selain Hamdhani, pembicara pada sesi ini juga diisi oleh Chief Executive Officer (CEO) Orestia Maria Fernanda Garza, Presiden World Employment Confederation Bettina Schaller, CEO Santa Pharmaceutical Erol Kiresepi serta Presiden IOE (International Organication of Employers) Michele Parmelee.
Sesi ini juga dihadiri tokoh-tokoh berpengaruh terkait bidang kesempatan kerja. Seperti Johnny C. Taylor Jr, President/CEO SHRM (The Society for Human Resource Management), dan Renate Hornung-Draus, Managing Director dari Confederation of German Employers’ Associations (BDA).
Dalam sesi tanya jawab, Erol Kiresepi merespons terkait bagaimana kewirausahaan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi? Dan bagaimana pekerja perempuan di sektor non-formal dapat terjun ke karier formal dengan infrastruktur dan kemampuan digital terbatas.
Menurut Erol Kiresepi, ada empat hal yang harus dilakukan. Pertama, memberikan insentif bagi pelaku wirausaha. Kedua, mengurangi kebijakan yang menjadi penghalang produktivitas dan pertumbuhan bisnis.
Ketiga, mewujudkan tempat kerja yang lebih fleksibel misalnya secara online atau hybrid. Keempat, mengimplementasikan kebijakan yang dapat mendukung produktivitas.
Soal kesetaraan kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja bagi kelompok rentan, Bettina Schaller mengatakan, pentingnya kolaborasi antarpemangku kepentingan.
“Misalnya, asosiasi bisnis dan akademia merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang dapat mendukung transisi ke sektor masa depan,” ujar Schaller.
Michele Parmelee juga mengatakan, untuk mencapai kesetaraan kesempatan kerja, penghalang bagi perekrutan bagi perempuan dan kelompok rentan lain di dunia kerja, mesti dihilangkan.
“Selain itu, fasilitas pelatihan dan insentif juga mesti disediakan. Kemitraan antara sektor privat dan publik juga diperkuat, agar dapat merangkul pemuda dan kelompok rentan lain,” ujar Parmelee.
Seperti diketahui, acara ini diadakan secara paralel dengan sesi dari WiBAC (Women in Business Action Council) B20 Indonesia. Tujuannya, untuk melengkapi pembahasan isu sektor pekerjaan masa depan dan pendidikan, yang lebih fokus pada pemberdayaan perempuan dalam dunia bisnis. [NOV] ]]> , Indonesia memberikan rekomendasi kebijakan terkait tantangan terhadap tersedianya lapangan kerja yang berkelanjutan, pendidikan dan inklusivitas, di acara B20 Summit, Task Force FoWE (Future of Work and Education) B20.
Acara itu digelar sebagai rangkaian B20 Indonesia Summit 2022 atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) B20 Indonesia, di Bali, pada 13-14 November 2022.
Ketua Task Force FoWE Hamdhani Dzulkarnaen mengatakan, melalui B20 Summit, para pemimpin bisnis global diundang untuk mendiskusikan dan merumuskan rekomendasi kebijakan untuk KTT G20. Ini dilakukan dalam upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 dan tantangan bisnis global.
“Dari hasil pertemuan ini, ada tiga rekomendasi kebijakan yang akan kita sampaikan di KTT G20,” kata Hamdhani dalam keterangannya, kemarin.
Pertama, mendukung pemulihan pasca pandemi, dengan cara menyesuaikan pasar kerja dengan sektor masa depan menjadi lebih dinamis dan fleksibel.
Antara lain, mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), menyesuaikan regulasi kerja dengan kondisi pasca pandemi, memungkinkan transisi pekerja dan transisi bisnis ke dalam konteks ekonomi formal, dan memastikan tempat kerja yang people-centered.
Kedua, memperbaharui sistem pendidikan agar selaras dengan kebutuhan pasar kerja dan pekerjaan masa depan. Caranya, mendesain sistem pembelajaran yang memiliki lifelong outcome. Dan dapat mengantisipasi transisi ke dunia kerja dengan meminimalisir skill gap antara pelajar dan pekerja.
Ketiga, memastikan inklusivitas di tempat kerja, keterlibatan peran generasi muda, perempuan, dan kelompok rentan, dalam ekonomi global.
Tiga rekomendasi kebijakan Task Force FoWE ini selaras dengan prioritas B20-G20. Tentunya akan berkontribusi signifikan untuk proses pemulihan ekonomi dunia pasca pandemi.
“Penyesuaian pasar kerja, pembaharuan sistem pendidikan, dan inklusivitas peran ekonomi, akan menjadi kunci untuk membuka potensi ekonomi pulih dan bertumbuh lebih cepat,” ujar Hamdhani.
Selain Hamdhani, pembicara pada sesi ini juga diisi oleh Chief Executive Officer (CEO) Orestia Maria Fernanda Garza, Presiden World Employment Confederation Bettina Schaller, CEO Santa Pharmaceutical Erol Kiresepi serta Presiden IOE (International Organication of Employers) Michele Parmelee.
Sesi ini juga dihadiri tokoh-tokoh berpengaruh terkait bidang kesempatan kerja. Seperti Johnny C. Taylor Jr, President/CEO SHRM (The Society for Human Resource Management), dan Renate Hornung-Draus, Managing Director dari Confederation of German Employers’ Associations (BDA).
Dalam sesi tanya jawab, Erol Kiresepi merespons terkait bagaimana kewirausahaan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi? Dan bagaimana pekerja perempuan di sektor non-formal dapat terjun ke karier formal dengan infrastruktur dan kemampuan digital terbatas.
Menurut Erol Kiresepi, ada empat hal yang harus dilakukan. Pertama, memberikan insentif bagi pelaku wirausaha. Kedua, mengurangi kebijakan yang menjadi penghalang produktivitas dan pertumbuhan bisnis.
Ketiga, mewujudkan tempat kerja yang lebih fleksibel misalnya secara online atau hybrid. Keempat, mengimplementasikan kebijakan yang dapat mendukung produktivitas.
Soal kesetaraan kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja bagi kelompok rentan, Bettina Schaller mengatakan, pentingnya kolaborasi antarpemangku kepentingan.
“Misalnya, asosiasi bisnis dan akademia merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang dapat mendukung transisi ke sektor masa depan,” ujar Schaller.
Michele Parmelee juga mengatakan, untuk mencapai kesetaraan kesempatan kerja, penghalang bagi perekrutan bagi perempuan dan kelompok rentan lain di dunia kerja, mesti dihilangkan.
“Selain itu, fasilitas pelatihan dan insentif juga mesti disediakan. Kemitraan antara sektor privat dan publik juga diperkuat, agar dapat merangkul pemuda dan kelompok rentan lain,” ujar Parmelee.
Seperti diketahui, acara ini diadakan secara paralel dengan sesi dari WiBAC (Women in Business Action Council) B20 Indonesia. Tujuannya, untuk melengkapi pembahasan isu sektor pekerjaan masa depan dan pendidikan, yang lebih fokus pada pemberdayaan perempuan dalam dunia bisnis. [NOV]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID