Pembiayaan BSI Capai Rp 199,82 Triliun Perbankan Syariah Jadi Ceruk Pasar Yang Legit –
6 min readPT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) kembali mencatatkan kinerja positif hingga kuartal III-2022. Namun, masih ada sejumlah Pekerjaan Rumah (PR) yang harus diselesaikan agar BSI menjadi ujung tombak keberhasilan perbankan syariah di Tanah Air.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah berpendapat, saat ini BSI masih menjadi pemain terbesar perbankan syariah di Tanah Air.
Namun, dia menilai, masih perlu ikhtiar lebih besar lagi untuk bisa mendongkrak pangsa pasar perbankan syariah, yang masih di bawah 10 persen.
Menurutnya, kehadiran BSI dengan capaian kinerja yang luar biasa, bisa menjadi pendorong lebih besar lagi bagi pangsa pasar perbankan syariah Indonesia.
“Harapannya, dalam beberapa tahun ke depan aset dan dana simpanan masyarakat di syariah akan terus besar,” harap Piter kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Lebih lanjut Piter menga[1]takan, tantangan ke depan bagi perbankan syariah termasuk BSI, bagaimana menggali aneka sumber dana yang lebih murah.
“Jangan lupa bahwa perbankan syariah merupakan ceruk pasar (market niche) yang legit. Bagai lahan mutiara yang belum digarap. Terutama Indonesia, dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar menadi pasar yang sangat luas,” ujarnya.
Selain itu pasar KPR (Kredit Pemilikan Rakyat) Syariah juga menjadi sektor yang diprediksi terus tumbuh dan menarik pasar ke depan. Meski ekonomi ditimpa resesi global.
Sektor ini diyakininya masih tahan banting terhadap ancaman global. Untuk itu, perbankan syariah dituntut menunjukkan keunggulan produk KPR Syariah.
Sehingga sudah seharusnya bank-bank syariah mampu memacu pertumbuhan KPR syariah lebih tinggi. Mereka harus bisa menunjukkan kelebihan KPR syariah dibandingkan dengan KPR konvensional.
“BSI sangat diharapkan menjadi ujung tombak bagi kemajuan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia,” harapnya.
Dalam laporan kinerjanya, pembiayaan BSI tumbuh 22,35 persen atau sebesar Rp 199,82 triliun.
Kontribusi pembiayaan terbesar berasal dari bisnis mikro yang tumbuh 37,32 persen. Disusul pembiayaan kartu yang meningkat 35,81 persen dan pembiayaan gadai naik 30,15 persen.
Tak hanya itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 245,18 triliun. Atau tumbuh 11,86 persen pada periode yang sama. Kinerja positif ini didukung oleh kepercayaan masyarakat melalui penempatan DPK.
Bahkan, tabungan wadiah tumbuh melesat dan menjadi salah satu produk yang paling diminati masyarakat.
“Kinerja positif terus berlanjut pada kuartal III-2022. Berkat capaian tersebut, laba bersih BSI meningkat 42 persen secara year on year (yoy) mencapai Rp 3,21 triliun,” ucap Direktur Utama BSI Hery Gunardi dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal III-2022 secara virtual, Kamis (27/10).
Hery mengatakan, capaian tersebut juga didukung oleh kualitas pembiayaan yang sangat sehat. Hal itu tercermin dari NPF (Non Performing Financing) Nett yang sangat terjaga yaitu hanya sebesar 0,59 persen.
Kinerja perseroan hingga September 2022 berada pada jalur tepat dan menuju pertumbuhan yang semakin solid.
Pihaknya akan terus melakukan transformasi dan efisiensi di internal serta mencermati perkembangan ekonomi di dalam negeri dan global.
“Agar kami dapat melakukan antisipasi dan terus mendorong pertumbuhan kinerja BSI yang sehat dan berkelanjutan,” tutur Hery.
Selain itu, kata Hery, kinerja perseroan yang konsisten tumbuh sehat terdorong oleh sinergi dan konsistensi membangun Islamic Ecosystem.
Sinergi itu menjadi salah satu katalis utama bagi BSI untuk membukukan pertumbuhan yang berkelanjutan, dan semakin cemerlang sepanjang tahun ini.
“Kami optimis Islamic Ecosystem menjadi bentuk kesinambungan yang saling menguatkan dan mendukung. Ini memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan bisnis perseroan,” jelasnya.
Dia pun berharap, untuk terus mengembangkan ekosistem tersebut, BSI memerlukan dukungan dari seluruh pihak yang terkait. Sehingga literasi keuangan syariah dapat terus ditingkatkan secara masif. Dan bank syariah mampu menjadi leading sector yang diiringi pertumbuhan market share di masa datang.
Hery menambahkan, pencapaian kinerja yang solid ini juga didukung oleh pertumbuhan positif di seluruh komponen rasio keuangan.
Sehingga berdampak pada kualitas aset yang tumbuh sebesar 11,53 persen secara yoy menjadi Rp 280 triliun, Return of Equity (ROE) tumbuh sebe[1]sar 17,44 persen. Serta efisiensi biaya Cost of Fund (COF) turun menjadi 1,56 persen.
Tak hanya itu, adanya akselerasi digital, turut mendorong kinerja perseroan. Hal ini terlihat dari lonjakan jumlah pengguna BSI Mobile mencapai 4,44 juta pengguna atau naik sebesar 43 persen secara yoy.
Jumlah pengguna yang semakin meningkat ini dipengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat, yang semakin banyak beralih ke e-channel BSI Mobile, ATM maupun Internet Banking.
Alhasil, profil nasabah BSI sebanyak 97 persen telah beralih menggunakan e-channel untuk beraktivitas perbankan. ■
]]> , PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) kembali mencatatkan kinerja positif hingga kuartal III-2022. Namun, masih ada sejumlah Pekerjaan Rumah (PR) yang harus diselesaikan agar BSI menjadi ujung tombak keberhasilan perbankan syariah di Tanah Air.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah berpendapat, saat ini BSI masih menjadi pemain terbesar perbankan syariah di Tanah Air.
Namun, dia menilai, masih perlu ikhtiar lebih besar lagi untuk bisa mendongkrak pangsa pasar perbankan syariah, yang masih di bawah 10 persen.
Menurutnya, kehadiran BSI dengan capaian kinerja yang luar biasa, bisa menjadi pendorong lebih besar lagi bagi pangsa pasar perbankan syariah Indonesia.
“Harapannya, dalam beberapa tahun ke depan aset dan dana simpanan masyarakat di syariah akan terus besar,” harap Piter kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Lebih lanjut Piter menga[1]takan, tantangan ke depan bagi perbankan syariah termasuk BSI, bagaimana menggali aneka sumber dana yang lebih murah.
“Jangan lupa bahwa perbankan syariah merupakan ceruk pasar (market niche) yang legit. Bagai lahan mutiara yang belum digarap. Terutama Indonesia, dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar menadi pasar yang sangat luas,” ujarnya.
Selain itu pasar KPR (Kredit Pemilikan Rakyat) Syariah juga menjadi sektor yang diprediksi terus tumbuh dan menarik pasar ke depan. Meski ekonomi ditimpa resesi global.
Sektor ini diyakininya masih tahan banting terhadap ancaman global. Untuk itu, perbankan syariah dituntut menunjukkan keunggulan produk KPR Syariah.
Sehingga sudah seharusnya bank-bank syariah mampu memacu pertumbuhan KPR syariah lebih tinggi. Mereka harus bisa menunjukkan kelebihan KPR syariah dibandingkan dengan KPR konvensional.
“BSI sangat diharapkan menjadi ujung tombak bagi kemajuan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia,” harapnya.
Dalam laporan kinerjanya, pembiayaan BSI tumbuh 22,35 persen atau sebesar Rp 199,82 triliun.
Kontribusi pembiayaan terbesar berasal dari bisnis mikro yang tumbuh 37,32 persen. Disusul pembiayaan kartu yang meningkat 35,81 persen dan pembiayaan gadai naik 30,15 persen.
Tak hanya itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 245,18 triliun. Atau tumbuh 11,86 persen pada periode yang sama. Kinerja positif ini didukung oleh kepercayaan masyarakat melalui penempatan DPK.
Bahkan, tabungan wadiah tumbuh melesat dan menjadi salah satu produk yang paling diminati masyarakat.
“Kinerja positif terus berlanjut pada kuartal III-2022. Berkat capaian tersebut, laba bersih BSI meningkat 42 persen secara year on year (yoy) mencapai Rp 3,21 triliun,” ucap Direktur Utama BSI Hery Gunardi dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal III-2022 secara virtual, Kamis (27/10).
Hery mengatakan, capaian tersebut juga didukung oleh kualitas pembiayaan yang sangat sehat. Hal itu tercermin dari NPF (Non Performing Financing) Nett yang sangat terjaga yaitu hanya sebesar 0,59 persen.
Kinerja perseroan hingga September 2022 berada pada jalur tepat dan menuju pertumbuhan yang semakin solid.
Pihaknya akan terus melakukan transformasi dan efisiensi di internal serta mencermati perkembangan ekonomi di dalam negeri dan global.
“Agar kami dapat melakukan antisipasi dan terus mendorong pertumbuhan kinerja BSI yang sehat dan berkelanjutan,” tutur Hery.
Selain itu, kata Hery, kinerja perseroan yang konsisten tumbuh sehat terdorong oleh sinergi dan konsistensi membangun Islamic Ecosystem.
Sinergi itu menjadi salah satu katalis utama bagi BSI untuk membukukan pertumbuhan yang berkelanjutan, dan semakin cemerlang sepanjang tahun ini.
“Kami optimis Islamic Ecosystem menjadi bentuk kesinambungan yang saling menguatkan dan mendukung. Ini memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan bisnis perseroan,” jelasnya.
Dia pun berharap, untuk terus mengembangkan ekosistem tersebut, BSI memerlukan dukungan dari seluruh pihak yang terkait. Sehingga literasi keuangan syariah dapat terus ditingkatkan secara masif. Dan bank syariah mampu menjadi leading sector yang diiringi pertumbuhan market share di masa datang.
Hery menambahkan, pencapaian kinerja yang solid ini juga didukung oleh pertumbuhan positif di seluruh komponen rasio keuangan.
Sehingga berdampak pada kualitas aset yang tumbuh sebesar 11,53 persen secara yoy menjadi Rp 280 triliun, Return of Equity (ROE) tumbuh sebe[1]sar 17,44 persen. Serta efisiensi biaya Cost of Fund (COF) turun menjadi 1,56 persen.
Tak hanya itu, adanya akselerasi digital, turut mendorong kinerja perseroan. Hal ini terlihat dari lonjakan jumlah pengguna BSI Mobile mencapai 4,44 juta pengguna atau naik sebesar 43 persen secara yoy.
Jumlah pengguna yang semakin meningkat ini dipengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat, yang semakin banyak beralih ke e-channel BSI Mobile, ATM maupun Internet Banking.
Alhasil, profil nasabah BSI sebanyak 97 persen telah beralih menggunakan e-channel untuk beraktivitas perbankan. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID