DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
21 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Mengenal Isme-isme Kontroversial (15) Agnostisisme –

4 min read

Kehidupan pragmatisme yang menggejala di masyarakat modern cenderung menjadi lahan subur berkembangnya paham Agnostisisme. Agnostisisme adalah suatu paham yang berpandangan bahwa ke­beradaan Tuhan tidak dapat diketahui dan tidak dapat dibuktikan.

Paham ini tidak mau tahu apakah Tuhan ada atau tidak ada. Mungkin saja ia mengakui adanya Tuhan, tetapi tidak mau ambil pusing, karena merasa dampak keberadaan Tuhan tidak mempunyai efek secara langsung pada dirinya. Ia seperti masa bodoh terhadap keberadaan Tuhan. Ada orang mengatakan, agnostisisme adalah bentuk lain dari ateisme, bedanya hanya agnostisisme secara intelektual lebih jujur dan lebih santun.

Kaum agnostisisme tidak percaya akan adanya Tuhan karena secara empiris tidak bisa dibuktikan keberadaan­nya. Sekiranya di kemudian hari ada bukti empiris yang membuktikan keberadaan Tuhan, maka kelompok ini bersedia mengubah pandangannya. Sementara kelompok ateisme sama sekali menolak kemungkinan akan adanya pembuktian empiris itu.

Jika ateisme menolak keberadaan Tuhan secara tegas, tetapi agnostisisme tidak serta merta menolak keberadaan Tuhan. Ateisme menolak keberadaan Tuhan dan dengan sendirinya tidak mengakui agama sebagai institusi yang fungsional bisa memberikan pengaruh langsung pada diri setiap orang.

Sedangkan agnostisisme boleh jadi mengakui agama dalam batas fenomena sosial, bukan sebuah keniscayaan. Ateisme dan agnostisisme sama-sama bersikap skeptis terhadap agama. Kaum ateis bahkan pernah mengatakan agama adalah candu bagi masyarakat. Mereka menuding agama sebagai faktor pemecah belah masyarakat. Agama mengajak orang mempercayai sesuatu yang tidak masuk akal dan sulit diprediksi.

Kaum ateis dan agnostis tidak percaya pandangan eskatologis yang beranggapan ada kehidupan sesudah kematian. Kematian adalah akhir perjalanan anak manusia sebagaimana halnya makhluk hidup lainnya.

 

Karena mereka tidak percaya adanya kehidupan sesudah mati maka pandangan hidup dan pandangan dunia mereka sangat pragmatis. Mereka mengukur kebahagiaan dan kesenangan itu dengan ukuran-ukuran lahiriah. Mereka tidak perlu dibebani dengan dosa atau kewajiban di luar jangkauan kehidupan ril manusia.

Mereka tidak mengakui adanya surga dan neraka seba­gai tempat pembalasan terhadap perbuatan yang pernah dilakukan manusia. Mereka juga tidak percaya tanda-tanda hari kiamat, apalagi konsep agama yang memperkenalkan peniupan sangkakala pertama yang akan mematikan dan sangkakala kedua akan menghidupkan semua makhluk hidup yang pernah mati dari zaman dahulu hingga akhir zaman.

Pandangan agnostisisme di masyarakat Indonesia mungkin belum banyak mendapatkan pengakuan formal, tetapi secara de facto banyak terjadi di masyarakat, apakah disadari atau tidak.

Namun perlu dicermati bahwa dalam era kemerdekaan berpikir dan bersikap yang dijamin di negeri ini memung­kinkan untuk tumbuh suburnya kelompok ateisme atau agnostisisme, terutama kalangan generasi muda yang berasal dari latar belakang keluarga yang longgar nilai-nilai keagamaannya. Jika kenyataan itu muncul maka yang terancam bukan hanya agama tetapi juga NKRI yang berdasarkan Pancasila. ■ 
]]> , Kehidupan pragmatisme yang menggejala di masyarakat modern cenderung menjadi lahan subur berkembangnya paham Agnostisisme. Agnostisisme adalah suatu paham yang berpandangan bahwa ke­beradaan Tuhan tidak dapat diketahui dan tidak dapat dibuktikan.

Paham ini tidak mau tahu apakah Tuhan ada atau tidak ada. Mungkin saja ia mengakui adanya Tuhan, tetapi tidak mau ambil pusing, karena merasa dampak keberadaan Tuhan tidak mempunyai efek secara langsung pada dirinya. Ia seperti masa bodoh terhadap keberadaan Tuhan. Ada orang mengatakan, agnostisisme adalah bentuk lain dari ateisme, bedanya hanya agnostisisme secara intelektual lebih jujur dan lebih santun.

Kaum agnostisisme tidak percaya akan adanya Tuhan karena secara empiris tidak bisa dibuktikan keberadaan­nya. Sekiranya di kemudian hari ada bukti empiris yang membuktikan keberadaan Tuhan, maka kelompok ini bersedia mengubah pandangannya. Sementara kelompok ateisme sama sekali menolak kemungkinan akan adanya pembuktian empiris itu.

Jika ateisme menolak keberadaan Tuhan secara tegas, tetapi agnostisisme tidak serta merta menolak keberadaan Tuhan. Ateisme menolak keberadaan Tuhan dan dengan sendirinya tidak mengakui agama sebagai institusi yang fungsional bisa memberikan pengaruh langsung pada diri setiap orang.

Sedangkan agnostisisme boleh jadi mengakui agama dalam batas fenomena sosial, bukan sebuah keniscayaan. Ateisme dan agnostisisme sama-sama bersikap skeptis terhadap agama. Kaum ateis bahkan pernah mengatakan agama adalah candu bagi masyarakat. Mereka menuding agama sebagai faktor pemecah belah masyarakat. Agama mengajak orang mempercayai sesuatu yang tidak masuk akal dan sulit diprediksi.

Kaum ateis dan agnostis tidak percaya pandangan eskatologis yang beranggapan ada kehidupan sesudah kematian. Kematian adalah akhir perjalanan anak manusia sebagaimana halnya makhluk hidup lainnya.

 

Karena mereka tidak percaya adanya kehidupan sesudah mati maka pandangan hidup dan pandangan dunia mereka sangat pragmatis. Mereka mengukur kebahagiaan dan kesenangan itu dengan ukuran-ukuran lahiriah. Mereka tidak perlu dibebani dengan dosa atau kewajiban di luar jangkauan kehidupan ril manusia.

Mereka tidak mengakui adanya surga dan neraka seba­gai tempat pembalasan terhadap perbuatan yang pernah dilakukan manusia. Mereka juga tidak percaya tanda-tanda hari kiamat, apalagi konsep agama yang memperkenalkan peniupan sangkakala pertama yang akan mematikan dan sangkakala kedua akan menghidupkan semua makhluk hidup yang pernah mati dari zaman dahulu hingga akhir zaman.

Pandangan agnostisisme di masyarakat Indonesia mungkin belum banyak mendapatkan pengakuan formal, tetapi secara de facto banyak terjadi di masyarakat, apakah disadari atau tidak.

Namun perlu dicermati bahwa dalam era kemerdekaan berpikir dan bersikap yang dijamin di negeri ini memung­kinkan untuk tumbuh suburnya kelompok ateisme atau agnostisisme, terutama kalangan generasi muda yang berasal dari latar belakang keluarga yang longgar nilai-nilai keagamaannya. Jika kenyataan itu muncul maka yang terancam bukan hanya agama tetapi juga NKRI yang berdasarkan Pancasila. ■ 

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2025. DigiBerita.com. All rights reserved |