Kemenkominfo Gelar Workshop Literasi Digital Bagi 300 Warga Kabupaten Ende Dan Nagekeo –
4 min readKementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi gelar “Workshop Literasi Digital” di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo.
Kegiatan di Ende dilaksanakan pada hari Rabu, 28 September 2022, di Universitas Flores, Ende, NTT. Sementara kegiatan di Nagekeo dilaksanakan pada hari Kamis, 29 September 2022, di Pondok SVD, Nagekeo, NTT.
Workshop ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai Literasi Digital kepada lebih dari 300 orang peserta perwakilan masyarakat dan komunitas di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.
Tema workshop di Kabupaten Ende adalah “Pemahaman Pemakaian Sosial Media dalam Melakukan Filter Terhadap Berita Hoax”, dengan narasumber P.D. Indriastuty seorang Key Opinion Leader (KOL) Ende, Ferdinandus Lidang Witi sebagai tokoh pendidikan Ende, dan Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital dari ICT Watch.
Kepala Dinas (Kadis) Kominfo Kabupaten Ende, Supriyanto saat membuka acara menyatakan bahwa semakin maraknya kejahatan siber dan hoax adalah akibat masyarakat hanya mengetahui cara menggunakan Internet tanpa memahami etika penggunaannya.
“Pemerintah harus berkolaborasi dengan masyarakat dan stakeholder lainnya agar nilai-nilai kebenaran dan etika dapat dijalankan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya dalam menggunakan teknologi digital,” kata Supriyanto, seperti keterangan yang diterima RM.id, Jumat (14/10).
Selanjutnya, Indriastuty atau yang akrab disapa Tuteh dalam paparannya menyampaikan bahwa kebiasaan ingin dianggap paling pertama tahu tentang sesuatu merupakan racun di dalam masyarakat.
Hal ini membuat masyarakat cenderung tidak melakukan verifikasi terhadap suatu informasi agar cepat menyebarkan informasi itu. Tuteh kemudian memaparkan enam cara untuk menangkal hoax di masyarakat.
Yakni, waspadai judul berita yang provokatif, cermati situs berita yang dibaca, dan cek keaslian foto/video yang tersebar. Kemudian, saring sebelum sharing, ikuti situs anti hoax (https://turnbackhoax.id/ atau https://aduankonten.kominfo.go.id ) dan jangan berhenti menyebarkan informasi mengenai cara menangkal hoax.
Senada dengan Tuteh, Ferdinandus Lidang mengingatkan peserta untuk selalu menjaga keamanan akun media sosial saat beraktivitas secara digital.
“Hati-hati mengklik tautan di media sosial, karena dapat mengakibatkan akun kita diakses dan kita dapat menjadi korban hoax,” tuturnya.
Sesi terakhir diisi oleh Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital. Pria yang akrab disapa Ibe ini mengungkapkan fakta bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang masih belum siap dalam menghadapi era digital, terutama dalam hal etika.
“Sebanyak 210 juta orang Indonesia telah terkoneksi dengan internet dan sepertiga dari hidup orang Indonesia ada di dunia digital. Tapi, ternyata masyarakat Indonesia masih menempati peringkat terbawah, sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara,” tuturnya.
Sementara itu, Workshop yang diadakan di Nagekeo dibuka oleh Kadis Kominfo Nagekeo, Andreas Ndona Corsini. Dalam sambutannya ia menuturkan bahwa masih banyak masyarakat yang menggunakan media sosial tanpa berpikir bagaimana menjaga sikapnya.
“Mereka (pengguna media sosial) mengatakan bahwa mereka punya hak dalam mengekspresikan diri. Saya bilang, anda tidak tinggal di pulau terpencil, tetapi berhubungan dengan banyak orang, oleh karena itu perlu menggunakan etika dalam bermedia sosial,” tandasnya. ■
]]> , Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi gelar “Workshop Literasi Digital” di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo.
Kegiatan di Ende dilaksanakan pada hari Rabu, 28 September 2022, di Universitas Flores, Ende, NTT. Sementara kegiatan di Nagekeo dilaksanakan pada hari Kamis, 29 September 2022, di Pondok SVD, Nagekeo, NTT.
Workshop ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai Literasi Digital kepada lebih dari 300 orang peserta perwakilan masyarakat dan komunitas di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.
Tema workshop di Kabupaten Ende adalah “Pemahaman Pemakaian Sosial Media dalam Melakukan Filter Terhadap Berita Hoax”, dengan narasumber P.D. Indriastuty seorang Key Opinion Leader (KOL) Ende, Ferdinandus Lidang Witi sebagai tokoh pendidikan Ende, dan Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital dari ICT Watch.
Kepala Dinas (Kadis) Kominfo Kabupaten Ende, Supriyanto saat membuka acara menyatakan bahwa semakin maraknya kejahatan siber dan hoax adalah akibat masyarakat hanya mengetahui cara menggunakan Internet tanpa memahami etika penggunaannya.
“Pemerintah harus berkolaborasi dengan masyarakat dan stakeholder lainnya agar nilai-nilai kebenaran dan etika dapat dijalankan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya dalam menggunakan teknologi digital,” kata Supriyanto, seperti keterangan yang diterima RM.id, Jumat (14/10).
Selanjutnya, Indriastuty atau yang akrab disapa Tuteh dalam paparannya menyampaikan bahwa kebiasaan ingin dianggap paling pertama tahu tentang sesuatu merupakan racun di dalam masyarakat.
Hal ini membuat masyarakat cenderung tidak melakukan verifikasi terhadap suatu informasi agar cepat menyebarkan informasi itu. Tuteh kemudian memaparkan enam cara untuk menangkal hoax di masyarakat.
Yakni, waspadai judul berita yang provokatif, cermati situs berita yang dibaca, dan cek keaslian foto/video yang tersebar. Kemudian, saring sebelum sharing, ikuti situs anti hoax (https://turnbackhoax.id/ atau https://aduankonten.kominfo.go.id ) dan jangan berhenti menyebarkan informasi mengenai cara menangkal hoax.
Senada dengan Tuteh, Ferdinandus Lidang mengingatkan peserta untuk selalu menjaga keamanan akun media sosial saat beraktivitas secara digital.
“Hati-hati mengklik tautan di media sosial, karena dapat mengakibatkan akun kita diakses dan kita dapat menjadi korban hoax,” tuturnya.
Sesi terakhir diisi oleh Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital. Pria yang akrab disapa Ibe ini mengungkapkan fakta bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang masih belum siap dalam menghadapi era digital, terutama dalam hal etika.
“Sebanyak 210 juta orang Indonesia telah terkoneksi dengan internet dan sepertiga dari hidup orang Indonesia ada di dunia digital. Tapi, ternyata masyarakat Indonesia masih menempati peringkat terbawah, sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara,” tuturnya.
Sementara itu, Workshop yang diadakan di Nagekeo dibuka oleh Kadis Kominfo Nagekeo, Andreas Ndona Corsini. Dalam sambutannya ia menuturkan bahwa masih banyak masyarakat yang menggunakan media sosial tanpa berpikir bagaimana menjaga sikapnya.
“Mereka (pengguna media sosial) mengatakan bahwa mereka punya hak dalam mengekspresikan diri. Saya bilang, anda tidak tinggal di pulau terpencil, tetapi berhubungan dengan banyak orang, oleh karena itu perlu menggunakan etika dalam bermedia sosial,” tandasnya. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID