Tokoh Adat Sentani: Jika Ada Korban, Enembe Bisa Kena Denda Adat –
3 min readSituasi di Kota dan Kabupaten Jayapura setelah Gubernur Papua Lukas Enembe mangkir dari panggilan kedua KPK pada Senin (26/9) sudah mulai landai. Aktivitas masyarakat tampak normal, dan kegiatan perekonomian serta aktivitas di kantor-kantor pemerintah dan swasta juga berlangsung seperti biasa.
Kendati demikian, di balik situasi yang tampak tenang ini, masih menyisakan kekhawatiran pada sebagian kalangan. Salah satunya Yanto Eluay, tokoh adat dari Sentani, Jayapura.
“Kami juga mengkhawatirkan, jangan sampai terjadi benturan pada saat Pak Lukas Enembe dijemput paksa (KPK), dan yang menjadi korban adalah masyarakat adat,” kata Yanto Eluay, seperti keterangan yang diterima redaksi, Kamis (29/9).
Jika hal itu terjadi, lanjut Yanto, selain akan merugikan masyarakat adat, juga akan memberatkan Enembe melaksanakan kewajiban adat. “Jika terjadi korban, Pak Lukas Enembe sendiri yang akan jadi susah. Karena kewajiban adat, dia juga akan bayar ganti rugi atas korban-korban itu. Sudah sakit, sudah dalam status tersangka, jangan sampai terbebani tuntutan dari masyarakat yang menjadi korban pada saat itu,” kata putra kandung Theys Eluay yang juga adalah Pembina Presidium Pemuda Adat Tabi.
Karena itu, Yanto mengimbau kepada semua pihak untuk menjaga suasana damai di wilayah adat Tabi yang meliputi Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Sarmi, dan kabupaten Keerom. “Tokoh-tokoh agama, hamba-hamba Tuhan, tokoh adat, tokoh masyarakat agar tidak menjadi tameng supaya Pak Lukas Enembe tidak tersentuh hukum, tetapi memberikan pemahaman kepada masyarakat.untuk bersama-sama menjaga kedamaian dan suasana kondusif,” ajak Ondofolo Besar Sentani ini.
Kepada kuasa hukum Enembe, Yanto juga meminta untuk tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang dapat memperkeruh situasi. “Agar jangan memberikan pernyataan-pernyataan seakan-akan Pak Lukas ini dizolimi atau dikriminalisasi,” tutup Yanto.■
]]> , Situasi di Kota dan Kabupaten Jayapura setelah Gubernur Papua Lukas Enembe mangkir dari panggilan kedua KPK pada Senin (26/9) sudah mulai landai. Aktivitas masyarakat tampak normal, dan kegiatan perekonomian serta aktivitas di kantor-kantor pemerintah dan swasta juga berlangsung seperti biasa.
Kendati demikian, di balik situasi yang tampak tenang ini, masih menyisakan kekhawatiran pada sebagian kalangan. Salah satunya Yanto Eluay, tokoh adat dari Sentani, Jayapura.
“Kami juga mengkhawatirkan, jangan sampai terjadi benturan pada saat Pak Lukas Enembe dijemput paksa (KPK), dan yang menjadi korban adalah masyarakat adat,” kata Yanto Eluay, seperti keterangan yang diterima redaksi, Kamis (29/9).
Jika hal itu terjadi, lanjut Yanto, selain akan merugikan masyarakat adat, juga akan memberatkan Enembe melaksanakan kewajiban adat. “Jika terjadi korban, Pak Lukas Enembe sendiri yang akan jadi susah. Karena kewajiban adat, dia juga akan bayar ganti rugi atas korban-korban itu. Sudah sakit, sudah dalam status tersangka, jangan sampai terbebani tuntutan dari masyarakat yang menjadi korban pada saat itu,” kata putra kandung Theys Eluay yang juga adalah Pembina Presidium Pemuda Adat Tabi.
Karena itu, Yanto mengimbau kepada semua pihak untuk menjaga suasana damai di wilayah adat Tabi yang meliputi Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Sarmi, dan kabupaten Keerom. “Tokoh-tokoh agama, hamba-hamba Tuhan, tokoh adat, tokoh masyarakat agar tidak menjadi tameng supaya Pak Lukas Enembe tidak tersentuh hukum, tetapi memberikan pemahaman kepada masyarakat.untuk bersama-sama menjaga kedamaian dan suasana kondusif,” ajak Ondofolo Besar Sentani ini.
Kepada kuasa hukum Enembe, Yanto juga meminta untuk tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang dapat memperkeruh situasi. “Agar jangan memberikan pernyataan-pernyataan seakan-akan Pak Lukas ini dizolimi atau dikriminalisasi,” tutup Yanto.■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID