3 Orang Wafat Saat Antre BLT Risma Kena Senggol –
5 min readBantuan Langsung Tunai (BLT) BBM bagi orang miskin memang patut diapresiasi karena program ini telah memperkuat daya tahan ekonomi orang miskin di tengah naiknya harga BBM subsidi. Namun, dalam proses penyalurannya di lapangan, penyerahan BLT ini, layak dievaluasi. Karena, akibat antre lama, ada warga yang sampai meninggal dunia. Akibat tragedi ini, Menteri Sosial, Tri Rismaharini pun kena senggol warganet. Mereka minta politisi PDIP itu, memperbaiki sistem penyaluran bansos.
Pemerintah menyalurkan BLT untuk menjaga daya beli masyarakat pasca harga BBM dinaikkan. Pemerintah menyiapkan Rp 12,4 triliun dalam bentuk BLT Rp 600 ribu kepada 20,65 juta keluarga penerima manfaat. Kemudian Rp 9,6 triliun dalam bentuk subsidi upah untuk 16 juta pekerja yang gajinya Rp 3,5 juta dengan masing-masing mendapat Rp 600 ribu.
Penyaluran BLT sudah dimulai sejak awal tahun. Namun, dalam pelaksanaannya, menimbulkan antrean. Akibatnya, antrean yang panjang menimbulkan korban jiwa. Sampai kemarin, ada 3 korban meninggal yang diduga karena kelelahan saat mengantre menerima BLT.
Pertama, Arniati (45), warga Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Ibu rumah tangga ini meregang nyawa saat mengambil BLT subsidi BBM di Kantor Desa Mellangkena Padang, Kecamatan Sesenapadang.
Kapolsek Mamasa, Ajun Komisaris Dedy Yulianto mengatakan, Arniati meninggal karena kelelahan berjalan kaki menuju kantor desa yang berjarak kurang lebih 1 kilometer. “Ibu ini berangkat beriringan dengan warga lain. Jalan menuju lokasi kantor desa ini memang cukup curam. Sebelum tiba di tempat ini, ia pingsan di depan rumah warga,” ungkap Dedy, Jumat (16/9).
Warga lain yang melihat Arniati langsung membawa korban ke dalam rumah salah satu penduduk yang lokasinya tak jauh dari kantor desa. Petugas kemudian memanggil dokter dari Puskesmas setempat, memberikan pertolongan medis kepada wanita paruh baya itu.
Namun, usai diperiksa, dokter memberitahu ibu itu telah meninggal dunia. Dari hasil pemeriksaan, diduga Arniati meninggal akibat serangan jantung. Korban ditandu warga menuju rumah duka untuk disemayamkan.
Kedua, Cecep Supriadi (49 tahun), warga Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Ia kejang-kejang saat mengantre BLT di Kantor Desa Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Korban diduga kelelahan karena lama mengantre di kantor desa hingga meninggal dunia.
Kaur Kesra Desa Parung Panjang, Sandi mengatakan, korban diduga terlalu lama menunggu karena pembagian BLT BBM mencapai 2 ribu keluarga penerima manfaat.
Kapolsek Parung Panjang, Kompol Suminto memastikan, pihaknya telah mendatangi dan meminta keterangan sejumlah saksi dan keluarga korban. “Korban sempat dilarikan ke Puskesmas Parung Panjang. Namun, nyawa korban tidak tertolong. Kemudian korban dibawa ke rumah duka di Perumnas Dua Parung Panjang untuk kemudian dimakamkan di lokasi pemakaman yang tidak jauh dari rumah duka,” tandasnya.
Ketiga, Nurhayati (76 tahun), warga Desa Mattampae, Kecamatan Ponre, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, jatuh tiba-tiba dan tak sadarkan diri saat mengantre pembagian BLT di kantor kecamatan. “Saat terima BLT di kantor Camat dia jatuh pingsan dan meninggal. Kejadiannya kemarin Jumat,” kata Kepala Desa Mattampae Samsul Bahri, kemarin.
Nurhayati tercatat sebagai warga Dusun Mario, Desa Mattampae, Kecamatan Ponre. Lansia itu datang ke lokasi pembagian BLT pada siang hari. Ia sempat duduk sebentar, lalu tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Kata Samsul, Nurhayati tidak memiliki riwayat penyakit. Sehari sebelumnya, dia masih sempat bicara dengan Nurhayati. Rencananya, dia akan mengunjungi cucunya setelah menerima bantuan itu. “Jenazahnya sudah dibawa rumah duka dan langsung dimakamkan sore harinya,” tuturnya, menyedihkan.
Mendengar kabar ini, netizen cuma bisa mengelus dada. Mereka berharap, Pemerintah, khususnya Risma bisa mengevaluasi pemberian ini. “Gegara BLT ga seberapa ngerenggut nyawa orang. Coba ini liat bapak/ibu pejabat. Rakyatmu sampai begini. Ya Allah, khusnul khatimah ibu,” ucap @nindinurlia.
“Innalillahi wainnailahi rajiun. Negara melindungi warga negaranya fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara. Bukan disuruh antre BLT,” sesal @Ngalalakon.
“Ya Allah,” sahut @sary_idris. “Miris,” timpal @musafir_papa. “Semoga khusnul khotimah Ibu Nurhayati demi keluarga,” cuit @ImroniMochamad. “Dipermudah lagi ya pengambilannya,” pinta @Yudi_ummatu. [MEN] ]]> , Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM bagi orang miskin memang patut diapresiasi karena program ini telah memperkuat daya tahan ekonomi orang miskin di tengah naiknya harga BBM subsidi. Namun, dalam proses penyalurannya di lapangan, penyerahan BLT ini, layak dievaluasi. Karena, akibat antre lama, ada warga yang sampai meninggal dunia. Akibat tragedi ini, Menteri Sosial, Tri Rismaharini pun kena senggol warganet. Mereka minta politisi PDIP itu, memperbaiki sistem penyaluran bansos.
Pemerintah menyalurkan BLT untuk menjaga daya beli masyarakat pasca harga BBM dinaikkan. Pemerintah menyiapkan Rp 12,4 triliun dalam bentuk BLT Rp 600 ribu kepada 20,65 juta keluarga penerima manfaat. Kemudian Rp 9,6 triliun dalam bentuk subsidi upah untuk 16 juta pekerja yang gajinya Rp 3,5 juta dengan masing-masing mendapat Rp 600 ribu.
Penyaluran BLT sudah dimulai sejak awal tahun. Namun, dalam pelaksanaannya, menimbulkan antrean. Akibatnya, antrean yang panjang menimbulkan korban jiwa. Sampai kemarin, ada 3 korban meninggal yang diduga karena kelelahan saat mengantre menerima BLT.
Pertama, Arniati (45), warga Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Ibu rumah tangga ini meregang nyawa saat mengambil BLT subsidi BBM di Kantor Desa Mellangkena Padang, Kecamatan Sesenapadang.
Kapolsek Mamasa, Ajun Komisaris Dedy Yulianto mengatakan, Arniati meninggal karena kelelahan berjalan kaki menuju kantor desa yang berjarak kurang lebih 1 kilometer. “Ibu ini berangkat beriringan dengan warga lain. Jalan menuju lokasi kantor desa ini memang cukup curam. Sebelum tiba di tempat ini, ia pingsan di depan rumah warga,” ungkap Dedy, Jumat (16/9).
Warga lain yang melihat Arniati langsung membawa korban ke dalam rumah salah satu penduduk yang lokasinya tak jauh dari kantor desa. Petugas kemudian memanggil dokter dari Puskesmas setempat, memberikan pertolongan medis kepada wanita paruh baya itu.
Namun, usai diperiksa, dokter memberitahu ibu itu telah meninggal dunia. Dari hasil pemeriksaan, diduga Arniati meninggal akibat serangan jantung. Korban ditandu warga menuju rumah duka untuk disemayamkan.
Kedua, Cecep Supriadi (49 tahun), warga Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Ia kejang-kejang saat mengantre BLT di Kantor Desa Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Korban diduga kelelahan karena lama mengantre di kantor desa hingga meninggal dunia.
Kaur Kesra Desa Parung Panjang, Sandi mengatakan, korban diduga terlalu lama menunggu karena pembagian BLT BBM mencapai 2 ribu keluarga penerima manfaat.
Kapolsek Parung Panjang, Kompol Suminto memastikan, pihaknya telah mendatangi dan meminta keterangan sejumlah saksi dan keluarga korban. “Korban sempat dilarikan ke Puskesmas Parung Panjang. Namun, nyawa korban tidak tertolong. Kemudian korban dibawa ke rumah duka di Perumnas Dua Parung Panjang untuk kemudian dimakamkan di lokasi pemakaman yang tidak jauh dari rumah duka,” tandasnya.
Ketiga, Nurhayati (76 tahun), warga Desa Mattampae, Kecamatan Ponre, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, jatuh tiba-tiba dan tak sadarkan diri saat mengantre pembagian BLT di kantor kecamatan. “Saat terima BLT di kantor Camat dia jatuh pingsan dan meninggal. Kejadiannya kemarin Jumat,” kata Kepala Desa Mattampae Samsul Bahri, kemarin.
Nurhayati tercatat sebagai warga Dusun Mario, Desa Mattampae, Kecamatan Ponre. Lansia itu datang ke lokasi pembagian BLT pada siang hari. Ia sempat duduk sebentar, lalu tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Kata Samsul, Nurhayati tidak memiliki riwayat penyakit. Sehari sebelumnya, dia masih sempat bicara dengan Nurhayati. Rencananya, dia akan mengunjungi cucunya setelah menerima bantuan itu. “Jenazahnya sudah dibawa rumah duka dan langsung dimakamkan sore harinya,” tuturnya, menyedihkan.
Mendengar kabar ini, netizen cuma bisa mengelus dada. Mereka berharap, Pemerintah, khususnya Risma bisa mengevaluasi pemberian ini. “Gegara BLT ga seberapa ngerenggut nyawa orang. Coba ini liat bapak/ibu pejabat. Rakyatmu sampai begini. Ya Allah, khusnul khatimah ibu,” ucap @nindinurlia.
“Innalillahi wainnailahi rajiun. Negara melindungi warga negaranya fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara. Bukan disuruh antre BLT,” sesal @Ngalalakon.
“Ya Allah,” sahut @sary_idris. “Miris,” timpal @musafir_papa. “Semoga khusnul khotimah Ibu Nurhayati demi keluarga,” cuit @ImroniMochamad. “Dipermudah lagi ya pengambilannya,” pinta @Yudi_ummatu. [MEN]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID