Wakil Rakyat Jakarta Senang PAM Jaya Berhasil Sulap Air Payau Jadi Siap Minum –
4 min readPerusahaan Daerah Air Minum DKI Jakarta (PAM Jaya) berhasil membuat terobosan, mengubah air payau menjadi air siap minum dengan menerapkan teknologi Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO). Hal ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air bersih di Ibu Kota.
Air payau merupakan campuran air laut dengan air tawar yang bertemu di sejumlah sungai. Dan, rembesan air laut di permukaan bawah daratan.
Ketua Panitia Khusus (Pansus) Pengelolaan Air Minum DPRD DKI Jakarta Pandapotan Sinaga mengungkapkan, saat ini baru ada satu lokasi pengolahan air baku yang menerapkan sistem Instalasi Pengelolaan Air (IPA) dengan teknologi BWRO. Yakni, IPA Mookervart, Daan Mogot, Jakarta Barat.
“Saya lagi dorong Direktur Utama PAM Jaya membangun tempat seperti ini di lokasi lain agar makin banyak rakyat Jakarta bisa mengakses layanan air minum,” kata dia saat meninjau IPA Mookervart, Selasa (13/9).
Untuk diketahui, IPA Mookervart dibangun sejak 2019 dan mulai beroperasi pada 22 Maret 2021. IPA Mookervart memiliki dua sumber air baku, yakni Kali Mookervart dan Waduk Daan Mogot.
Pandapotan berharap, usai kerja sama dengan dua mitranya, yakni PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) dan PT Aetra Air Jakarta berakhir 2023, PAM Jaya bisa menerapkan sistem IPA BWRO di lima wilayah kota dan satu kabupaten di Jakarta, pada Februari tahun depan.
“Ternyata PAM sudah bisa membuat air yang bisa langsung diminum. Saya sudah mencoba minum air itu, rasanya lebih enak dari air biasa,” ungkapnya.
Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin mengungkapkan, sistem BWRO merupakan hasil inovasi tim PAM Jaya. Dia mengklaim, BWRO merupakan teknologi terbaik di Indonesia, saat ini.
Terobosan ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan air minum warga yang tinggal di wilayah sulit air bersih.
“Kami menargetkan pada tahun 2030, seluruh wilayah Jakarta sudah menerapkan sistem dengan teknologi terbarukan ini,” ungkapnya.
Layani Rusun Daan Mogot
Perwakilan IPA Mookervart PAM Jaya, Rijal Azis menuturkan, IPA Mookervart saat ini memiliki kapasitas 7 liter per detik. Semula IPA ini dibangun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bagi penghuni Rusun Daan Mogot. Karena, kawasan rusun itu sebelumnya belum terdapat jaringan air perpipaan.
Untuk mengembangkan IPA di lokasi ini tidak mudah. Sebab, air baku hanya berasal dari Kali Mookervart yang sudah seperti air limbah, kotor dan berwarna hitam. Untuk mengelola air itu, lanjutnya, PAM Jaya memutuskan menggunakan teknologi pengolahan air baku menjadi air minum. Yakni, memakai teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dan BWRO.
Teknologi MBBR menggunakan media PVA gel sebagai tempat tinggal tambahan atau sebagai media untuk perkembangbiakan bakteri pengurai. PVA gel berupa butiran-butiran yang sangat kecil dan mempunyai porositas yang besar. Lalu, ultrafiltrasi yang dapat menghasilkan air dengan kemurnian sangat tinggi.
Sedangkan BWRO merupakan teknologi pemurnian air yang menggunakan membran semipermeabel untuk menghilangkan ion, molekul, dan partikel yang lebih besar dari air minum. Teknologi BWRO inilah yang menjadikan pengolahan air baku dari sungai Mookervart menjadi air minum.
“Teknologi MBBR ditujukan untuk penyaringan limbah dalam pengolahan air tahap pertama. Kemudian air yang telah disaring masuk ke area penjernihan, lalu ultrafiltrasi, dan terakhir diolah perangkat dengan teknologi BWRO menjadi air layak minum,” pungkasnya. ■
]]> , Perusahaan Daerah Air Minum DKI Jakarta (PAM Jaya) berhasil membuat terobosan, mengubah air payau menjadi air siap minum dengan menerapkan teknologi Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO). Hal ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air bersih di Ibu Kota.
Air payau merupakan campuran air laut dengan air tawar yang bertemu di sejumlah sungai. Dan, rembesan air laut di permukaan bawah daratan.
Ketua Panitia Khusus (Pansus) Pengelolaan Air Minum DPRD DKI Jakarta Pandapotan Sinaga mengungkapkan, saat ini baru ada satu lokasi pengolahan air baku yang menerapkan sistem Instalasi Pengelolaan Air (IPA) dengan teknologi BWRO. Yakni, IPA Mookervart, Daan Mogot, Jakarta Barat.
“Saya lagi dorong Direktur Utama PAM Jaya membangun tempat seperti ini di lokasi lain agar makin banyak rakyat Jakarta bisa mengakses layanan air minum,” kata dia saat meninjau IPA Mookervart, Selasa (13/9).
Untuk diketahui, IPA Mookervart dibangun sejak 2019 dan mulai beroperasi pada 22 Maret 2021. IPA Mookervart memiliki dua sumber air baku, yakni Kali Mookervart dan Waduk Daan Mogot.
Pandapotan berharap, usai kerja sama dengan dua mitranya, yakni PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) dan PT Aetra Air Jakarta berakhir 2023, PAM Jaya bisa menerapkan sistem IPA BWRO di lima wilayah kota dan satu kabupaten di Jakarta, pada Februari tahun depan.
“Ternyata PAM sudah bisa membuat air yang bisa langsung diminum. Saya sudah mencoba minum air itu, rasanya lebih enak dari air biasa,” ungkapnya.
Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin mengungkapkan, sistem BWRO merupakan hasil inovasi tim PAM Jaya. Dia mengklaim, BWRO merupakan teknologi terbaik di Indonesia, saat ini.
Terobosan ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan air minum warga yang tinggal di wilayah sulit air bersih.
“Kami menargetkan pada tahun 2030, seluruh wilayah Jakarta sudah menerapkan sistem dengan teknologi terbarukan ini,” ungkapnya.
Layani Rusun Daan Mogot
Perwakilan IPA Mookervart PAM Jaya, Rijal Azis menuturkan, IPA Mookervart saat ini memiliki kapasitas 7 liter per detik. Semula IPA ini dibangun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bagi penghuni Rusun Daan Mogot. Karena, kawasan rusun itu sebelumnya belum terdapat jaringan air perpipaan.
Untuk mengembangkan IPA di lokasi ini tidak mudah. Sebab, air baku hanya berasal dari Kali Mookervart yang sudah seperti air limbah, kotor dan berwarna hitam. Untuk mengelola air itu, lanjutnya, PAM Jaya memutuskan menggunakan teknologi pengolahan air baku menjadi air minum. Yakni, memakai teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dan BWRO.
Teknologi MBBR menggunakan media PVA gel sebagai tempat tinggal tambahan atau sebagai media untuk perkembangbiakan bakteri pengurai. PVA gel berupa butiran-butiran yang sangat kecil dan mempunyai porositas yang besar. Lalu, ultrafiltrasi yang dapat menghasilkan air dengan kemurnian sangat tinggi.
Sedangkan BWRO merupakan teknologi pemurnian air yang menggunakan membran semipermeabel untuk menghilangkan ion, molekul, dan partikel yang lebih besar dari air minum. Teknologi BWRO inilah yang menjadikan pengolahan air baku dari sungai Mookervart menjadi air minum.
“Teknologi MBBR ditujukan untuk penyaringan limbah dalam pengolahan air tahap pertama. Kemudian air yang telah disaring masuk ke area penjernihan, lalu ultrafiltrasi, dan terakhir diolah perangkat dengan teknologi BWRO menjadi air layak minum,” pungkasnya. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID