Di Kampus MIT Amerika, Luhut Tegaskan, Indonesia Adalah Kekuatan Yang Harus Diperhitungkan –
3 min readMenko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tak pernah membayangkan sebelumnya, bisa mengunjungi Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat (AS), yang merupakan salah satu kampus terbaik di dunia.
Apalagi, bisa memenuhi undangan dari MIT Energy Initiative, lembaga penelitan ilmiah yang memiliki misi utama mengembangkan solusi rendah dan tanpa karbon demi memenuhi kebutuhan energi global secara efisien, terjangkau dan berkelanjutan.
“Dengan penuh rasa bangga, saya sampaikan kepada para tamu undangan yang hadir, bahwa Indonesia hari ini adalah sebuah kekuatan yang harus diperhitungkan. Bukan karena negara yang besar dalam jumlah populasinya, tetapi juga kekayaan sumber daya alam yang potensial untuk sumber energi baru dan terbarukan,” kata Luhut melalui laman Instagramnya, Kamis (15/9).
“Jadi, bukanlah angan-angan belaka, jika kami memiliki visi menjadi negara maju di tahun 2045 nanti,” imbuhnya.
Luhut sepenuhnya menyadari, menggapai cita-cita mulia itu bukanlah hal mudah. Perlu kerja keras.
Mulai dari pemulihan ekonomi pasca pandemi, transformasi ekonomi yang mulanya berbasis komoditas menjadi berbasis industri, peningkatan efisiensi melalui digitalisasi, peningkatan ketahanan ekonomi melalui pemberdayaan ribuan desa yang tersebar di seluruh pelosok negeri, hingga mengurangi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan juga transisi energi.
“Saya juga menunjukkan kepada mereka, bagaimana kami mensinergikan pemulihan ekonomi pasca pandemi, dengan tetap memegang komitmen untuk dekarbonisasi seperti negara G-20 lainnya,” tutur Luhut.
Terkait hal tersebut, pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya seperti mengurangi ketergantungan pada PLTU yang bahan bakar utamanya adalah batubara, pengembangan industri hijau baru seperti kendaraan listrik, baterai dan hidrogen, serta berinvestasi dalam teknologi dan proses efisiensi energi.
Seluruh pekerjaan itu, membutuhkan sumber daya dan dukungan yang besar dari komunitas internasional. Agar Indonesia dapat mengakses teknologi. Paling utama, bisa mengakses pendanaan, yang saat ini hanya dinikmati oleh negara maju. Supaya transisi energi yang berkeadilan, bisa diterapkan di seluruh negara.
“Jika upaya ini berhasil, saya rasa Indonesia bisa menjadi role model bagi negara berkembang lainnya, untuk mewujudkan hal baik ini bersama-sama,” pungkas Luhut. ■
]]> , Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tak pernah membayangkan sebelumnya, bisa mengunjungi Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat (AS), yang merupakan salah satu kampus terbaik di dunia.
Apalagi, bisa memenuhi undangan dari MIT Energy Initiative, lembaga penelitan ilmiah yang memiliki misi utama mengembangkan solusi rendah dan tanpa karbon demi memenuhi kebutuhan energi global secara efisien, terjangkau dan berkelanjutan.
“Dengan penuh rasa bangga, saya sampaikan kepada para tamu undangan yang hadir, bahwa Indonesia hari ini adalah sebuah kekuatan yang harus diperhitungkan. Bukan karena negara yang besar dalam jumlah populasinya, tetapi juga kekayaan sumber daya alam yang potensial untuk sumber energi baru dan terbarukan,” kata Luhut melalui laman Instagramnya, Kamis (15/9).
“Jadi, bukanlah angan-angan belaka, jika kami memiliki visi menjadi negara maju di tahun 2045 nanti,” imbuhnya.
Luhut sepenuhnya menyadari, menggapai cita-cita mulia itu bukanlah hal mudah. Perlu kerja keras.
Mulai dari pemulihan ekonomi pasca pandemi, transformasi ekonomi yang mulanya berbasis komoditas menjadi berbasis industri, peningkatan efisiensi melalui digitalisasi, peningkatan ketahanan ekonomi melalui pemberdayaan ribuan desa yang tersebar di seluruh pelosok negeri, hingga mengurangi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan juga transisi energi.
“Saya juga menunjukkan kepada mereka, bagaimana kami mensinergikan pemulihan ekonomi pasca pandemi, dengan tetap memegang komitmen untuk dekarbonisasi seperti negara G-20 lainnya,” tutur Luhut.
Terkait hal tersebut, pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya seperti mengurangi ketergantungan pada PLTU yang bahan bakar utamanya adalah batubara, pengembangan industri hijau baru seperti kendaraan listrik, baterai dan hidrogen, serta berinvestasi dalam teknologi dan proses efisiensi energi.
Seluruh pekerjaan itu, membutuhkan sumber daya dan dukungan yang besar dari komunitas internasional. Agar Indonesia dapat mengakses teknologi. Paling utama, bisa mengakses pendanaan, yang saat ini hanya dinikmati oleh negara maju. Supaya transisi energi yang berkeadilan, bisa diterapkan di seluruh negara.
“Jika upaya ini berhasil, saya rasa Indonesia bisa menjadi role model bagi negara berkembang lainnya, untuk mewujudkan hal baik ini bersama-sama,” pungkas Luhut. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID