DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
15 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Rapimnas Partai Demokrat AHY Minta Kader Tulus, Jangan Pura-pura Nangis Demi Rakyat –

4 min read

Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyerukan kepada seluruh kader untuk menggemakan semangat perubahan dan perbaikan untuk bangsa.

Pesannya, kader Demokrat tidak boleh menangis apalagi pura-pura menangis dalam memperjuangkan rakyat.

“Demokrat tidak boleh menangis, pura-pura menangis, kita harus kuat. Yang menangis rakyat. Masyarakat membutuhkan bantuan dari kita semua, rakyat ingin perubahan dan perbaikan,” ujar AHY saat membuka acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis (15/9).

AHY mengatakan, pesan semangat perubahan dan perbaikan itu jangan ragu digemakan kepada masyarakat di seluruh Indonesia. Para kader, diminta meminta doa restu dari rakyat agar memberikan dukungan bagi Partai Demokrat.

“Kita ingin berjuang baik-baik, terus gelorakan ini sampai Pemilu 2024. Bersama-sama kita bisa,” tegas AHY yang disambut riuh tepuk tangan ribuan hadirin.

Putra sulung SBY ini mengamini, rakyat merindukan kepemimpinan Ayahnya kala memimpin dua periode sebelum era Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Keinginan itu bukan tanpa sabab. Menurutnya, banyak keberhasilan dan keamanan yang membuat Demokrat dan SBY dirindukan rakyat. Misalnya, di era kepemimpinan SBY, bangsa ini mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata 6-7 persen.

Dia berkelakar, ada asumsi bahwa tidak ada pembangunan infrastruktur di masa kepemimpinan SBY. Padahal, banyak pembangunan yang sedikit lagi selesai.

“Tinggal gunting pita, itu kalim sesuatu yang… Kenapa sih tidak mengucapkan terima kasih sudah dibangun 70 persen, atau tinggal 10 persen kemudian gunting pita. Kenapa tidak mengucapkan terima kasih SBY,” kelakarnya.

AHY menganalogikan saat ini bangsa Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Banyak indikatornya, mulai dari bangkit dari Covid-19, perang Ukraina-Rusia yang menggangu stabilitas energi dan pangan. Hingga tantangan abad ke-21 berupa ancaman pemanasan global.

“Kemiskinan menghatui dunia, ketimpangan, dan polarisasi,” sebutnya.

Ketum Partai Demokrat ini menyarikan ada tiga masalah utama bangsa Indonesia. Yaitu, ekonomi, demokrasi, keadilan dan penegakan hukum. Tiga masalah ini, disarikan dari seluruh kader partai yang terjun langsung di masyarakat.

“Kita menyimpulkan, Indonesia sedang tidak baik-baik saja,” sebutnya.

Di sektor ekonomi dan kesejahteraan rakyat, menurutnya terjadi pelambatan fiskal, tingginya utang dan salah prioritas dalam pembangunan. Asumsinya, urgensi rakyat saat ini adalah kebutuhan akan pangan dan tingginya harga-harga kebutuhan pokok.

Secara umum, pembangunan infrastruktur yang digaungkan Pemerintah saat ini bukan salah kebijakan. Namun, waktunya saja yang tidak tepat. Apalagi, utang Pemerintah yang mencapai Rp 7.100 Triliun yang di luar kapasitas kemampuan negara bisa menjadi bom waktu.

Selanjutnya adalah kemunduran demokrasi. Saat ini, katanya, politik uang semakin mengkhawatirkan, tingginya politik identitas hingga polarisasi. Pesannya, Partai Demokrat jangan sampai terjebak dengan isu ini dan memegang teguh semangat Nasionalis Religius.

Pun, keadilan di Indonesia saat ini juga mengkhawatirkan. Hukum dianggap tajam ke bawah, tumpul ke atas. Situasi penegakan hukum saat ini tebang pilih. Baginya, ketidakadilan adalah sumber permasalahan bangsa. ■
]]> , Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyerukan kepada seluruh kader untuk menggemakan semangat perubahan dan perbaikan untuk bangsa.

Pesannya, kader Demokrat tidak boleh menangis apalagi pura-pura menangis dalam memperjuangkan rakyat.

“Demokrat tidak boleh menangis, pura-pura menangis, kita harus kuat. Yang menangis rakyat. Masyarakat membutuhkan bantuan dari kita semua, rakyat ingin perubahan dan perbaikan,” ujar AHY saat membuka acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis (15/9).

AHY mengatakan, pesan semangat perubahan dan perbaikan itu jangan ragu digemakan kepada masyarakat di seluruh Indonesia. Para kader, diminta meminta doa restu dari rakyat agar memberikan dukungan bagi Partai Demokrat.

“Kita ingin berjuang baik-baik, terus gelorakan ini sampai Pemilu 2024. Bersama-sama kita bisa,” tegas AHY yang disambut riuh tepuk tangan ribuan hadirin.

Putra sulung SBY ini mengamini, rakyat merindukan kepemimpinan Ayahnya kala memimpin dua periode sebelum era Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Keinginan itu bukan tanpa sabab. Menurutnya, banyak keberhasilan dan keamanan yang membuat Demokrat dan SBY dirindukan rakyat. Misalnya, di era kepemimpinan SBY, bangsa ini mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata 6-7 persen.

Dia berkelakar, ada asumsi bahwa tidak ada pembangunan infrastruktur di masa kepemimpinan SBY. Padahal, banyak pembangunan yang sedikit lagi selesai.

“Tinggal gunting pita, itu kalim sesuatu yang… Kenapa sih tidak mengucapkan terima kasih sudah dibangun 70 persen, atau tinggal 10 persen kemudian gunting pita. Kenapa tidak mengucapkan terima kasih SBY,” kelakarnya.

AHY menganalogikan saat ini bangsa Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Banyak indikatornya, mulai dari bangkit dari Covid-19, perang Ukraina-Rusia yang menggangu stabilitas energi dan pangan. Hingga tantangan abad ke-21 berupa ancaman pemanasan global.

“Kemiskinan menghatui dunia, ketimpangan, dan polarisasi,” sebutnya.

Ketum Partai Demokrat ini menyarikan ada tiga masalah utama bangsa Indonesia. Yaitu, ekonomi, demokrasi, keadilan dan penegakan hukum. Tiga masalah ini, disarikan dari seluruh kader partai yang terjun langsung di masyarakat.

“Kita menyimpulkan, Indonesia sedang tidak baik-baik saja,” sebutnya.

Di sektor ekonomi dan kesejahteraan rakyat, menurutnya terjadi pelambatan fiskal, tingginya utang dan salah prioritas dalam pembangunan. Asumsinya, urgensi rakyat saat ini adalah kebutuhan akan pangan dan tingginya harga-harga kebutuhan pokok.

Secara umum, pembangunan infrastruktur yang digaungkan Pemerintah saat ini bukan salah kebijakan. Namun, waktunya saja yang tidak tepat. Apalagi, utang Pemerintah yang mencapai Rp 7.100 Triliun yang di luar kapasitas kemampuan negara bisa menjadi bom waktu.

Selanjutnya adalah kemunduran demokrasi. Saat ini, katanya, politik uang semakin mengkhawatirkan, tingginya politik identitas hingga polarisasi. Pesannya, Partai Demokrat jangan sampai terjebak dengan isu ini dan memegang teguh semangat Nasionalis Religius.

Pun, keadilan di Indonesia saat ini juga mengkhawatirkan. Hukum dianggap tajam ke bawah, tumpul ke atas. Situasi penegakan hukum saat ini tebang pilih. Baginya, ketidakadilan adalah sumber permasalahan bangsa. ■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2024. PT Juan Global. All rights reserved. DigiBerita.com. |