DKI Gelar Imunisasi PCV Di 5.100 Titik Duh, Tiap 3 Jam Balita Wafat Kena Pneumonia –
6 min readDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta kembali menggelar program imunisasi untuk memperkuat pencegahan penyakit rentan terhadap bayi. Kali ini, imunisasi Pneumococcus Conjugated Vaccine (PCV).
Program Imunisasi PCV itu inisiasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kick off pemberian imunisasi PCV di Ibu Kota dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat dan Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (12/9).
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia. Pemerintah berkomitmen untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita serta pencegahan stunting yang disebabkan oleh pneumonia melalui Program Imunisasi Nasional.
Introduksi imunisasi PCV di Indonesia diawali dengan pelaksanaan Program Demonstrasi Imunisasi PCV pada tahun 2017- 2019 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bangka Belitung. Hasil program demonstrasi menunjukkan bahwa imunisasi PCV dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Kepala Dinkes DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, Pemprov DKI menjaga cakupan imunisasi rutin tetap tinggi dan merata. Selain imunisasi rutin, pihaknya melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Hingga 11 September 2022, realisasi imunisasi campak rubella sudah mencapai 97,05 persen.
“Dalam rangka mewujudkan ‘Imunisasi Lengkap, Jakarta Sehat’, target pemberian vaksinasi PCV gratis ini untuk bayi yang sudah genap berusia 2 bulan dan lahir pada tanggal 13 Juni 2022 atau lebih muda,” kata Widyastuti dalam keterangannya, Senin (12/9).
Diungkap Widyastuti, tahun 2022 ini estimasi sasaran introduksi imunisasi PCV di DKI sebesar 56.417 bayi. Pada pelaksanaan kick off sekitar pukul 12.00 WIB, sebanyak 302 balita di Jakarta, sudah diimunisasi PCV gratis.
Pelaksanaan imunisasi ini, terang dia, dapat dilakukan di Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit swasta, klinik, praktik mandiri dokter, praktik mandiri bidan, dan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memberikan layanan imunisasi.
“DKI Jakarta telah menyiapkan 5.100 lokasi imunisasi PCV dengan target penyuntikan 700 bayi per hari,” ujarnya.
Widyastuti mengajak para orangtua untuk memanfaatkan layanan imunisasi ini agar anak-anak terlindungi dari Kejadian Luar Biasa (KLB) ataupun wabah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Seperti halnya polio, campak, difteri dan pneumonia yang penularannya sangat cepat.
Widyastuti menjelaskan, imunisasi ini bukan vaksin baru, namun program layanan gratis baru yang diberikan saat ini. Dibeberkannya, jika masyarakat melakukan vaksin PCV secara mandiri, setidaknya perlu merogoh biaya sekitar Rp 900.000.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, angka kematian bayi akibat pneumonia sangat tinggi. Sekitar 14,5 persen kematian bayi dan 5 persen dari kematian balita di Indonesia disebabkan infeksi pneumonia. Itu artinya, diperkirakan setiap jam 2-3 bayi meninggal karena pneumonia.
“Imunisasi PCV ini terbukti bisa menurunkan secara drastis dan memberikan proteksi terhadap pneumonia,” ujar Budi dalam Pencanangan Nasional Imunisasi PCV, Senin (12/9).
Budi bilang, selain bisa menurunkan kematian bayi dan balita, vaksin PCV penting untuk menurunkan tingkat stunting.
“Kita mendapatkan tiga hal sekaligus yakni menurunkan angka kematian bayi, menurunkan angka kematian balita, dan menurunkan angka stunting. Itu adalah target RPJMN (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional),” jelasnya.
Menkes mengatakan, pandemi Covid 19 sudah mulai terkendali sehingga Pemerintah bisa kembali berkonsentrasi memastikan agar anak-anak terlindungi dari segala macam jenis penyakit.
Akibat pandemi Covid-19, ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi yang belum mendapatkan imunisasi dasar selama periode 2019-2021. Kemenkes mencatat, cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi turun drastis.
Pada 2020, target imunisasi sebanyak 92 persen, sedangkan cakupan yang dicapai hanya 84 persen. Tahun 2021, imunisasi anak ditargetkan 93 persen, namun cakupan yang dicapai cuma 84 persen.
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Mei Neni Sitaresmi menyatakan, imunisasi sangat penting guna menjaga kesehatan dan mencegah stunting. Menurutnya, kasus kematian pada bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit radang paru-paru, diare, infeksi otak, dan campak. Penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dengan imunisasi.
Mei menjelaskan, penyakit radang paru-paru bisa dicegah dengan vaksin Pentabio, MR, dan PCV. Sementara diare dicegah dengan vaksin rotavirus. Penyakit infeksi otak bisa dicegah menggunakan vaksin HIB (Pentabio), PCV, MR, dan JE. Sedangkan pencegahan penyakit campak bisa melalui vaksin MR.
Dokter Spesialis Anak ini menegaskan, imunisasi merupakan cara yang efektif untuk menjaga kesehatan serta mencegah penyakit pada bayi dan balita.
“Dari 1 juta anak dari 62 negara ternyata anak yang mendapat imunisasi lengkap mempunyai risiko meninggal sekitar 0,73. Jadi risiko meninggalnya lebih kecil dibanding mereka yang tidak divaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, imunisasi juga dapat mencegah stunting atau kekerdilan pada bayi dan balita. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 286.500 anak usia 12-59 bulan di wilayah pedesaan di Indonesia, prevalensi stunting pada anak yang tidak diimunisasi dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang diimunisasi lengkap.
Karena itu, Mei menganjurkan agar anak-anak bisa memperoleh imunisasi lengkap. Dia meminta masyarakat untuk tidak khawatir karena vaksin yang dibuat telah melalui serangkaian uji preklinis, uji klinis, dan post marketing untuk menjamin manfaat dan keamanan vaksin. ■ DRS
]]> , Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta kembali menggelar program imunisasi untuk memperkuat pencegahan penyakit rentan terhadap bayi. Kali ini, imunisasi Pneumococcus Conjugated Vaccine (PCV).
Program Imunisasi PCV itu inisiasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kick off pemberian imunisasi PCV di Ibu Kota dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat dan Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (12/9).
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia. Pemerintah berkomitmen untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita serta pencegahan stunting yang disebabkan oleh pneumonia melalui Program Imunisasi Nasional.
Introduksi imunisasi PCV di Indonesia diawali dengan pelaksanaan Program Demonstrasi Imunisasi PCV pada tahun 2017- 2019 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bangka Belitung. Hasil program demonstrasi menunjukkan bahwa imunisasi PCV dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Kepala Dinkes DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, Pemprov DKI menjaga cakupan imunisasi rutin tetap tinggi dan merata. Selain imunisasi rutin, pihaknya melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Hingga 11 September 2022, realisasi imunisasi campak rubella sudah mencapai 97,05 persen.
“Dalam rangka mewujudkan ‘Imunisasi Lengkap, Jakarta Sehat’, target pemberian vaksinasi PCV gratis ini untuk bayi yang sudah genap berusia 2 bulan dan lahir pada tanggal 13 Juni 2022 atau lebih muda,” kata Widyastuti dalam keterangannya, Senin (12/9).
Diungkap Widyastuti, tahun 2022 ini estimasi sasaran introduksi imunisasi PCV di DKI sebesar 56.417 bayi. Pada pelaksanaan kick off sekitar pukul 12.00 WIB, sebanyak 302 balita di Jakarta, sudah diimunisasi PCV gratis.
Pelaksanaan imunisasi ini, terang dia, dapat dilakukan di Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit swasta, klinik, praktik mandiri dokter, praktik mandiri bidan, dan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memberikan layanan imunisasi.
“DKI Jakarta telah menyiapkan 5.100 lokasi imunisasi PCV dengan target penyuntikan 700 bayi per hari,” ujarnya.
Widyastuti mengajak para orangtua untuk memanfaatkan layanan imunisasi ini agar anak-anak terlindungi dari Kejadian Luar Biasa (KLB) ataupun wabah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Seperti halnya polio, campak, difteri dan pneumonia yang penularannya sangat cepat.
Widyastuti menjelaskan, imunisasi ini bukan vaksin baru, namun program layanan gratis baru yang diberikan saat ini. Dibeberkannya, jika masyarakat melakukan vaksin PCV secara mandiri, setidaknya perlu merogoh biaya sekitar Rp 900.000.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, angka kematian bayi akibat pneumonia sangat tinggi. Sekitar 14,5 persen kematian bayi dan 5 persen dari kematian balita di Indonesia disebabkan infeksi pneumonia. Itu artinya, diperkirakan setiap jam 2-3 bayi meninggal karena pneumonia.
“Imunisasi PCV ini terbukti bisa menurunkan secara drastis dan memberikan proteksi terhadap pneumonia,” ujar Budi dalam Pencanangan Nasional Imunisasi PCV, Senin (12/9).
Budi bilang, selain bisa menurunkan kematian bayi dan balita, vaksin PCV penting untuk menurunkan tingkat stunting.
“Kita mendapatkan tiga hal sekaligus yakni menurunkan angka kematian bayi, menurunkan angka kematian balita, dan menurunkan angka stunting. Itu adalah target RPJMN (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional),” jelasnya.
Menkes mengatakan, pandemi Covid 19 sudah mulai terkendali sehingga Pemerintah bisa kembali berkonsentrasi memastikan agar anak-anak terlindungi dari segala macam jenis penyakit.
Akibat pandemi Covid-19, ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi yang belum mendapatkan imunisasi dasar selama periode 2019-2021. Kemenkes mencatat, cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi turun drastis.
Pada 2020, target imunisasi sebanyak 92 persen, sedangkan cakupan yang dicapai hanya 84 persen. Tahun 2021, imunisasi anak ditargetkan 93 persen, namun cakupan yang dicapai cuma 84 persen.
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Mei Neni Sitaresmi menyatakan, imunisasi sangat penting guna menjaga kesehatan dan mencegah stunting. Menurutnya, kasus kematian pada bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit radang paru-paru, diare, infeksi otak, dan campak. Penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dengan imunisasi.
Mei menjelaskan, penyakit radang paru-paru bisa dicegah dengan vaksin Pentabio, MR, dan PCV. Sementara diare dicegah dengan vaksin rotavirus. Penyakit infeksi otak bisa dicegah menggunakan vaksin HIB (Pentabio), PCV, MR, dan JE. Sedangkan pencegahan penyakit campak bisa melalui vaksin MR.
Dokter Spesialis Anak ini menegaskan, imunisasi merupakan cara yang efektif untuk menjaga kesehatan serta mencegah penyakit pada bayi dan balita.
“Dari 1 juta anak dari 62 negara ternyata anak yang mendapat imunisasi lengkap mempunyai risiko meninggal sekitar 0,73. Jadi risiko meninggalnya lebih kecil dibanding mereka yang tidak divaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, imunisasi juga dapat mencegah stunting atau kekerdilan pada bayi dan balita. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 286.500 anak usia 12-59 bulan di wilayah pedesaan di Indonesia, prevalensi stunting pada anak yang tidak diimunisasi dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang diimunisasi lengkap.
Karena itu, Mei menganjurkan agar anak-anak bisa memperoleh imunisasi lengkap. Dia meminta masyarakat untuk tidak khawatir karena vaksin yang dibuat telah melalui serangkaian uji preklinis, uji klinis, dan post marketing untuk menjamin manfaat dan keamanan vaksin. ■ DRS
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID