DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
12 January 2025

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Bamsoet Segera Luncurkan Buku 60 Tahun Mengayuh Dayung Di Antara Karang –

5 min read

Ketua MPR Bambang Soesatyo akan meluncurkan buku ke-25, ’60 Tahun Mengayuh Dayung Di Antara Karang’ dan buku ke-26 ‘Bunga Rampai Dua Dasawarsa Menjadi Politisi’ dalam 5 Seri. Buku-buku ini merupakan tulisan Bamsoet, sapaan akrab Bambang, di berbagai media selama hampir 20 tahun. Peluncuran akan dilakukan pada 10 September 2022, di Jakarta, bertepatan dengan hari kelahiran Bamsoet ke-60 tahun.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menerangkan, melalui buku-buku tersebut, dia juga menuliskan banyak kisah kehidupan yang jarang terekspos di publik. Dari mulai kisah saat remaja, hingga perjalanan karier sebagai wartawan, pengusaha, dan politisi. Penulisan kisah ini bukan untuk membanggakan diri, melainkan sebagai warisan hidup bagi siapa pun yang ingin membacanya.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin. Akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. Itu kata-kata bijak dari seorang budayawan yang selalu saya kenang,” ujar Bamsoet, di Jakarta, Jumat (2/9).

Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, tidak banyak yang tahu bahwa sebelum terpilih menjadi Anggota DPR pada Pemilu 2009, dirinya sudah mengalami kegagalan dalam empat kali Pemilu (1992, 1997, 1999, dan 2004).

Bamsoet pertama kali mengikuti Pemilu sebagai calon anggota legislatif di Pemilu 1992 dengan nomor urut 18. Lalu, di Pemilu 1997 dengan nomor urut 8, Pemilu 1999 dengan nomor urut 4, dan Pemilu 2004 dengan nomor urut 2.

“Dalam keempat Pemilu tersebut, saya belum terpilih menjadi anggota legislatif. Baru pada Pemilu 2009 terpilih menjadi anggota DPR. Namun, dari proses kegagalan itulah saya belajar tentang pentingnya kerja keras dan konsistensi. Yakin usaha sampai, serta proses tidak akan mengkhianati hasil,” jelas Bamsoet.

Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan Kadin Indonesia ini menerangkan, dalam bukunya ini ia juga menceritakan tentang sosok dan peran kedua orang tuanya. Berprofesi sebagai tentara yang kemudian menjadi pengusaha, ayahnya selalu menanamkan nilai kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, kejujuran dan keberanian kepada dirinya dan seluruh anggota keluarga. Selepas ayahnya wafat menghadap wafat pada 6 Januari 1977, nilai-nilai tersebut selalu ia pegang dalam mengarungi kehidupan.

“Semasa hidupnya, ayah tidak pernah menuntut saya mengikuti jejak sebagai tentara ataupun meminta saya menjalani profesi tertentu. Ibu juga membebaskan saya memilih jalan hidup. Sedari kecil, saya memiliki cita-cita menjadi dokter. Karenanya, saat SMA saya mati-matian masuk IPA. Tapi, selepas lulus SMA ternyata saya justru masuk ke Fakultas Ekonomi, lanjut berkarier menjadi wartawan, pengusaha, dan sekarang menjadi wakil rakyat. Semuanya mengalir saja,” terang Bamsoet.

Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menambahkan, di dalam buku ini juga dituliskan berbagai legacy selama menjabat menjadi Ketua DPR (2018-2019). Walaupun memimpin DPR dalam kurun sekitar dua tahun, ia sudah meninggalkan berbagai legacy seperti klinik e-LHKPN DPR, Aplikasi DPR NOW, Pusat Informasi dan Penyiaran Parlemen, hingga Perangkat Bantu Daring Kebebasan Beragama. Satu hal yang juga menjadi terobosan adalah, ia membuka DPR menjadi rumah rakyat bahkan mengizinkan rakyat mengkritik DPR, salah satunya dengan menyelenggarakan Stand Up Comedy Kritik DPR yang dimenangkan Marshel Widianto dan Kiki Saputri.

“Saya juga menuliskan kisah seputar hiruk pikuk dan dinamika di internal Partai Golkar. Puncaknya, yakni pada saat saya diminta maju menjadi Ketua Umum Partai Golkar dalam Munaslub Tahun 2019, hingga akhirnya saya memutuskan mundur dari pencalonan Ketua Umum Partai Golkar demi menjaga semangat rekonsiliasi dan demi menjaga soliditas dan keutuhan Partai Golkar, sekaligus demi menjaga kondusivitas suhu politik negara,” pungkas Bamsoet.■
]]> , Ketua MPR Bambang Soesatyo akan meluncurkan buku ke-25, ’60 Tahun Mengayuh Dayung Di Antara Karang’ dan buku ke-26 ‘Bunga Rampai Dua Dasawarsa Menjadi Politisi’ dalam 5 Seri. Buku-buku ini merupakan tulisan Bamsoet, sapaan akrab Bambang, di berbagai media selama hampir 20 tahun. Peluncuran akan dilakukan pada 10 September 2022, di Jakarta, bertepatan dengan hari kelahiran Bamsoet ke-60 tahun.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menerangkan, melalui buku-buku tersebut, dia juga menuliskan banyak kisah kehidupan yang jarang terekspos di publik. Dari mulai kisah saat remaja, hingga perjalanan karier sebagai wartawan, pengusaha, dan politisi. Penulisan kisah ini bukan untuk membanggakan diri, melainkan sebagai warisan hidup bagi siapa pun yang ingin membacanya.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin. Akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. Itu kata-kata bijak dari seorang budayawan yang selalu saya kenang,” ujar Bamsoet, di Jakarta, Jumat (2/9).

Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, tidak banyak yang tahu bahwa sebelum terpilih menjadi Anggota DPR pada Pemilu 2009, dirinya sudah mengalami kegagalan dalam empat kali Pemilu (1992, 1997, 1999, dan 2004).

Bamsoet pertama kali mengikuti Pemilu sebagai calon anggota legislatif di Pemilu 1992 dengan nomor urut 18. Lalu, di Pemilu 1997 dengan nomor urut 8, Pemilu 1999 dengan nomor urut 4, dan Pemilu 2004 dengan nomor urut 2.

“Dalam keempat Pemilu tersebut, saya belum terpilih menjadi anggota legislatif. Baru pada Pemilu 2009 terpilih menjadi anggota DPR. Namun, dari proses kegagalan itulah saya belajar tentang pentingnya kerja keras dan konsistensi. Yakin usaha sampai, serta proses tidak akan mengkhianati hasil,” jelas Bamsoet.

Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan Kadin Indonesia ini menerangkan, dalam bukunya ini ia juga menceritakan tentang sosok dan peran kedua orang tuanya. Berprofesi sebagai tentara yang kemudian menjadi pengusaha, ayahnya selalu menanamkan nilai kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, kejujuran dan keberanian kepada dirinya dan seluruh anggota keluarga. Selepas ayahnya wafat menghadap wafat pada 6 Januari 1977, nilai-nilai tersebut selalu ia pegang dalam mengarungi kehidupan.

“Semasa hidupnya, ayah tidak pernah menuntut saya mengikuti jejak sebagai tentara ataupun meminta saya menjalani profesi tertentu. Ibu juga membebaskan saya memilih jalan hidup. Sedari kecil, saya memiliki cita-cita menjadi dokter. Karenanya, saat SMA saya mati-matian masuk IPA. Tapi, selepas lulus SMA ternyata saya justru masuk ke Fakultas Ekonomi, lanjut berkarier menjadi wartawan, pengusaha, dan sekarang menjadi wakil rakyat. Semuanya mengalir saja,” terang Bamsoet.

Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menambahkan, di dalam buku ini juga dituliskan berbagai legacy selama menjabat menjadi Ketua DPR (2018-2019). Walaupun memimpin DPR dalam kurun sekitar dua tahun, ia sudah meninggalkan berbagai legacy seperti klinik e-LHKPN DPR, Aplikasi DPR NOW, Pusat Informasi dan Penyiaran Parlemen, hingga Perangkat Bantu Daring Kebebasan Beragama. Satu hal yang juga menjadi terobosan adalah, ia membuka DPR menjadi rumah rakyat bahkan mengizinkan rakyat mengkritik DPR, salah satunya dengan menyelenggarakan Stand Up Comedy Kritik DPR yang dimenangkan Marshel Widianto dan Kiki Saputri.

“Saya juga menuliskan kisah seputar hiruk pikuk dan dinamika di internal Partai Golkar. Puncaknya, yakni pada saat saya diminta maju menjadi Ketua Umum Partai Golkar dalam Munaslub Tahun 2019, hingga akhirnya saya memutuskan mundur dari pencalonan Ketua Umum Partai Golkar demi menjaga semangat rekonsiliasi dan demi menjaga soliditas dan keutuhan Partai Golkar, sekaligus demi menjaga kondusivitas suhu politik negara,” pungkas Bamsoet.■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2024. PT Juan Global. All rights reserved. DigiBerita.com. |