Diversifikasi Bisnis Semen, SCG Optimistis Pasar Indonesia Potensial –
5 min readSCG (Siam Cement Group) Indonesia optimistis pasar Indonesia masih berpotensi tinggi untuk pengembangan bisnis semen. Untuk itu, pihaknya telah melakukan diversifikasi di lini bisnis semen dengan memproduksi produk seperti beton dan bahan bangunan berbasis semen.
President Director SCG Indonesia Chakkapong Yingwattanathaworn mengatakan, secara keseluruhan bisnis SCG di Indonesia masih dalam arah yang positif.
Ia mengaku, meski SCG tak sebesar pemain lain di industri semen, namun pihaknya berupaya selalu menghadirkan produk yang inovatif.
“Indonesia sebagai market yang potensial, proyek infrastruktur Pemerintah juga masih banyak. Jadi, meski market share kami mungkin kecil dibanding lainnya, tapi kami tidak hanya fokus di semen, ada juga yang lainnya,” ujarnya, saat ditemui Rakyat Merdeka, di Jakarta, Jumat (12/8).
Hal ini terlihat dari adanya peningkatan penjualan sebesar 4 persen year on year (yoy), menjadi Rp 5,63 triliun atau setara 387 juta dolar Amerika Serikat (AS) di kuartal II-2022. Sementara total aset SCG Indonesia, per kuartal II-2022 telah mencapai Rp 51,46 triliun atau setara 3,46 miliar dolar AS.
Menurutnya, pertumbuhan penjualan pada periode tersebut masih didominasi dari lini bisnis packaging atau kemasan melalui SCGP (Packaging).
Sebagai gambaran, SCGP berinvestasi di FajarPaper atau PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW) dan Intan Group.
Chakkapong menilai, pesatnya pertumbuhan dari lini bisnis packaging tak lepas dari permintaan konsumen terhadap produk-produk kemasan, khususnya melalui daring.
Hal ini sejalan dengan perubahan gaya hidup konsumen, yang selama masa pandemi Covid-19 lebih banyak melakukan aktivitas belanja online.
Ia melihat, kebiasaan masyarakat untuk berbelanja online masih terus berlanjut ke depannya, meskipun pandemi kian mereda.
“Kami akan terus memperkuat distribusi produk semen melalui berbagai gerai bahan bangunan di Tanah Air, termasuk mengoptimalkan penjualan secara online,” ujarnya.
Selain packaging, sambung dia, SCG Indonesia juga memiliki lini bisnis semen dan bahan material bangunan, melalui PT Semen Jawa dan PT SCG Readymix Indonesia.
Serta, lini bisnis petrokimia melalui PT Chandra Asri Petrochemicals Tbk (TPIA) yang sedang melaksanakan pembangunan kompleks Chandra Asri Perkasa (CAP) 2. Serta, PT Nusantara Polymer Solutions.
“Saat ini, kami memiliki pabrik semen yang beroperasi di Sukabumi, Jawa Barat. Total kapasitas produksinya sebanyak 1,8 juta ton per tahun,” terangnya.
Secara keseluruhan, SCG Indonesia memiliki beberapa fasilitas produksi untuk ketiga lini bisnisnya di Pulau Jawa. Kawasan tersebut juga menjadi fokus penjualan produk-produk SCG Indonesia.
Ia menambahkan, lonjakan harga batubara global menjadi tantangan tersendiri bagi SCG Indonesia dalam menjalankan bisnis semennya.
Untuk itu, tantangan tersebut diantisipasi dengan inisiatif penggunaan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) pada pabrik semen di Sukabumi.
Ia meyakini, teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan energi dari limbah.
“Untuk efisiensi, kami coba pemanfaatan biomassa dari limbah, ini bisa dijadikan sebagai solusi untuk pengganti bahan bakar fuel tadi. Rencananya, di Pabrik Semen Jawa,” ungkapnya.
Hal ini juga sejalan dengan target perusahaan yang ingin mencapai netral (net zero) emisi karbon pada tahun 2050 di seluruh area operasionalnya, baik Indonesia maupun di negara-negara ASEAN (The Association of Southeast Asian Nations) lainnya.
“Sekarang dampaknya masih kecil, tapi di tahun-tahun mendatang porsi penggunaan energi alternatif akan terus SCG tingkatkan,” janjinya.
Sementara itu, Presiden dan Chief Executive Officer (CEO) SCG Roongrote Rangsiyopash mengungkapkan, untuk menekan biaya dan meningkatkan pemanfaatan energi alternatif, pihaknya mengadopsi teknologi manufaktur yang efisien, mengurangi limbah, dan meningkatkan proporsi energi alternatif seperti biomassa dan tenaga surya.
“Saat ini, konsumsi energi alternatif SCG mencapai 16,4 persen,” ujarnya. ■
]]> , SCG (Siam Cement Group) Indonesia optimistis pasar Indonesia masih berpotensi tinggi untuk pengembangan bisnis semen. Untuk itu, pihaknya telah melakukan diversifikasi di lini bisnis semen dengan memproduksi produk seperti beton dan bahan bangunan berbasis semen.
President Director SCG Indonesia Chakkapong Yingwattanathaworn mengatakan, secara keseluruhan bisnis SCG di Indonesia masih dalam arah yang positif.
Ia mengaku, meski SCG tak sebesar pemain lain di industri semen, namun pihaknya berupaya selalu menghadirkan produk yang inovatif.
“Indonesia sebagai market yang potensial, proyek infrastruktur Pemerintah juga masih banyak. Jadi, meski market share kami mungkin kecil dibanding lainnya, tapi kami tidak hanya fokus di semen, ada juga yang lainnya,” ujarnya, saat ditemui Rakyat Merdeka, di Jakarta, Jumat (12/8).
Hal ini terlihat dari adanya peningkatan penjualan sebesar 4 persen year on year (yoy), menjadi Rp 5,63 triliun atau setara 387 juta dolar Amerika Serikat (AS) di kuartal II-2022. Sementara total aset SCG Indonesia, per kuartal II-2022 telah mencapai Rp 51,46 triliun atau setara 3,46 miliar dolar AS.
Menurutnya, pertumbuhan penjualan pada periode tersebut masih didominasi dari lini bisnis packaging atau kemasan melalui SCGP (Packaging).
Sebagai gambaran, SCGP berinvestasi di FajarPaper atau PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW) dan Intan Group.
Chakkapong menilai, pesatnya pertumbuhan dari lini bisnis packaging tak lepas dari permintaan konsumen terhadap produk-produk kemasan, khususnya melalui daring.
Hal ini sejalan dengan perubahan gaya hidup konsumen, yang selama masa pandemi Covid-19 lebih banyak melakukan aktivitas belanja online.
Ia melihat, kebiasaan masyarakat untuk berbelanja online masih terus berlanjut ke depannya, meskipun pandemi kian mereda.
“Kami akan terus memperkuat distribusi produk semen melalui berbagai gerai bahan bangunan di Tanah Air, termasuk mengoptimalkan penjualan secara online,” ujarnya.
Selain packaging, sambung dia, SCG Indonesia juga memiliki lini bisnis semen dan bahan material bangunan, melalui PT Semen Jawa dan PT SCG Readymix Indonesia.
Serta, lini bisnis petrokimia melalui PT Chandra Asri Petrochemicals Tbk (TPIA) yang sedang melaksanakan pembangunan kompleks Chandra Asri Perkasa (CAP) 2. Serta, PT Nusantara Polymer Solutions.
“Saat ini, kami memiliki pabrik semen yang beroperasi di Sukabumi, Jawa Barat. Total kapasitas produksinya sebanyak 1,8 juta ton per tahun,” terangnya.
Secara keseluruhan, SCG Indonesia memiliki beberapa fasilitas produksi untuk ketiga lini bisnisnya di Pulau Jawa. Kawasan tersebut juga menjadi fokus penjualan produk-produk SCG Indonesia.
Ia menambahkan, lonjakan harga batubara global menjadi tantangan tersendiri bagi SCG Indonesia dalam menjalankan bisnis semennya.
Untuk itu, tantangan tersebut diantisipasi dengan inisiatif penggunaan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) pada pabrik semen di Sukabumi.
Ia meyakini, teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan energi dari limbah.
“Untuk efisiensi, kami coba pemanfaatan biomassa dari limbah, ini bisa dijadikan sebagai solusi untuk pengganti bahan bakar fuel tadi. Rencananya, di Pabrik Semen Jawa,” ungkapnya.
Hal ini juga sejalan dengan target perusahaan yang ingin mencapai netral (net zero) emisi karbon pada tahun 2050 di seluruh area operasionalnya, baik Indonesia maupun di negara-negara ASEAN (The Association of Southeast Asian Nations) lainnya.
“Sekarang dampaknya masih kecil, tapi di tahun-tahun mendatang porsi penggunaan energi alternatif akan terus SCG tingkatkan,” janjinya.
Sementara itu, Presiden dan Chief Executive Officer (CEO) SCG Roongrote Rangsiyopash mengungkapkan, untuk menekan biaya dan meningkatkan pemanfaatan energi alternatif, pihaknya mengadopsi teknologi manufaktur yang efisien, mengurangi limbah, dan meningkatkan proporsi energi alternatif seperti biomassa dan tenaga surya.
“Saat ini, konsumsi energi alternatif SCG mencapai 16,4 persen,” ujarnya. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID