Gelar Ngobrol Bareng Legislator Kominfo Ajak Masyarakat Cerdas Gunakan Medsos, Raup Cuan Dengan Menjadi Viral –
6 min readDirektorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Aptika Kominfo) menyelenggarakan kegiatan Ngobrol Bareng Legislator.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber Anggota Komisi I DPR RI Fraksi NasDem Hillary Brigitta Lasut, Ketua DPP GP NasDem Chepy Aprianto dan Sekretaris PW GP Ansor DKI Jakarta dan pegiat media sosial Sulton Mu’minah.
Ngobrol Bareng Legislator bertema “Cerdas Menggunakan Media Sosial Raup Cuan Dengan Menjadi Viral” ini dilaksanakan secara hybrid melalui aplikasi Zoom Meeting dan YouTube.
Acara dipandu MC Dedi Purnama dan dimoderatori oleh Asrizal A. Upe. Kegiatan dibuka dengan sambutan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Samuel A. Pangerapan.
Dalam sambutannya, ia menyampaikan, pesatnya teknologi yang semakin terpacu dengan adanya pandemi Covid-19, telah mendorong masyarakat untuk berinteraksi dan melakukan berbagai kegiatan aktivitas di ruang digital.
“Kehadiran teknologi digital sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat yang kian mempertegas bahwa kita sedang berada di era percepatan transformasi digital,” kata Samuel, Rabu (27/7).
Meski begitu, masifnya pengguna internet di Indonesia menurut dia membawa berbagai resiko seperti penipuan online, hoax, cyber bullying, dan konten-konten negatif lainnya.
Kementerian Kominfo mengemban mandat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai garda terdepan dalam memimpin upaya percepatan transformasi digital bangsa Indonesia.
“Dalam mencapai visi dan misi tersebut Kementerian Kominfo memiliki peran sebagai regulator, fasilitator, dan akselerator di bidang digital di Indonesia,” kata dia.
Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM digital, Kementerian Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Siber Kreasi serta mitra dan jejaringnya, hadir untuk memberikan pelatihan literasi digital yang menjadi kemampuan digital tingkat dasar bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
“Berbagai pelatihan literasi digital yang kami berikan berbasis empat pilar utama yaitu, kecakapan digital, budaya digital, etika digital dan keamanan digital,” tutur Samuel.
Hingga tahun 2021 lalu program literasi digital ini telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat di 515 kota, pada 34 provinsi diseluruh Indonesia.
Peningkatan literasi digital masyarakat adalah pekerjaan besar oleh karena itu, kami tidak bisa bekerja sendiri diperlukan kolaborasi yang baik agar tidak ada masyarakat yang tertinggal dalam proses percepatan digital ini,” jelasnya.
Sementara menurut Hillary, di era digital semua dapat dengan mudah viral dan berperan aktif, serta dapat meraup cuan dengan berbagai konten atau platform media sosial seperti Youtube, Facebook, Twitter dan lainnya.
“Dalam hal ini UMKM menjadi suatu hal yang menarik bagi kalangan masyarakat dan memang dengan UMKM dapat menjadi suatu pendorong ekonomi yang memiliki peran yang luar biasa. Dengan adanya platform digital UMKM dapat berjalan dengan pesat,” ungkap Hillary.
Ini terjadi, kata dia, karena dengan menggunakan platform digital maka segala bentuk produk akan dengan cepat terpublikasi dan tersebar dalam pasar yang lebih luas.
Ia mengharapkan para pelaku UMKM agar lebih kreatif serta update apa yang saat ini menjadi viral, dan dapat mengambil kesempatan untuk mendulang cuan dengan tidak keluar dari norma-norma.
“Contohnya seperti kejadian viral dalam beberapa hari ini, Citayam Fashion Week,” tandasnya.
Citayam Fashion Week sendiri bukanlah sebutan untuk panggung peragaan busana resmi. Tapi merupakan sekumpulan remaja yang berkumpul di area sekitar Dukuh Atas, Sudirman tiap minggu.
Mereka mengenakan berbagai outfit atau pakaian kekinian. Fenomena Citayam Fashion Week sudah dimulai sejak awal tahun 2022.
“Fenomena viral ini bisa saja dibuat untuk cuan bagi para pelaku UMKM dengan membuat tim kreatif yang dapat menunjang UMKM tersebut,” kata Hillary.
Chepy Aprianto dalam pemaparannya menyampaikan, cara pandang konvensional menjadi super-digital, serta perilaku budaya kita, menjadi lumbung menghadapi perubahan yang begitu sangat cepat.
Pemerintah sendiri, kata dia berkomitmen untuk terus menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan ekonomi digital di Indonesia.
“Berbagai potensi yang dimiliki Indonesia dapat memperkuat peluang akselerasi perkembangan ekonomi digital. Dalam bermedia sosial masyarakat Indonesia seringkali berinteraksi melalui media digital seperti halnya berapa kali masyarakat membuka media sosial, apakah masyarakat membaca media massa, cetak dan berapa persen masyarakat membukanya,” ujarnya.
Pada 2018, kata dia jumlah pengguna internet di Indonesia sekitar 39.8 persen dari jumlah penduduk. Sementara tahun 2019 sekitar 47,7 persen.
Perbedaan perilaku yang dimiliki semuanya, kata dia merujuk pada penggunaan media dan internet, generasi X paling familiar dengan media konvensional seperti televisi, radio dan lainnya. Generasi Y perkembangan internet dan smartphone semakin maju dan digunakan.
“Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya (users) bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual,” jelasnya.
Sementara Andreas Kapian dan Michael Haenlein mengatakan, media sosial merupakan kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0. Serta, memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.
Sulton Mu’minah menyampaikan, keterlibatan individu terhadap psikologi massa melibatkan berbagai komponen. “Di antaranya memberi pengaruh (influence), mempunyai kekuasaan (power), mempunyai wewenang (authority) dan mempunyai kekuatan (force),” tandasnya. ■
]]> , Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Aptika Kominfo) menyelenggarakan kegiatan Ngobrol Bareng Legislator.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber Anggota Komisi I DPR RI Fraksi NasDem Hillary Brigitta Lasut, Ketua DPP GP NasDem Chepy Aprianto dan Sekretaris PW GP Ansor DKI Jakarta dan pegiat media sosial Sulton Mu’minah.
Ngobrol Bareng Legislator bertema “Cerdas Menggunakan Media Sosial Raup Cuan Dengan Menjadi Viral” ini dilaksanakan secara hybrid melalui aplikasi Zoom Meeting dan YouTube.
Acara dipandu MC Dedi Purnama dan dimoderatori oleh Asrizal A. Upe. Kegiatan dibuka dengan sambutan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Samuel A. Pangerapan.
Dalam sambutannya, ia menyampaikan, pesatnya teknologi yang semakin terpacu dengan adanya pandemi Covid-19, telah mendorong masyarakat untuk berinteraksi dan melakukan berbagai kegiatan aktivitas di ruang digital.
“Kehadiran teknologi digital sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat yang kian mempertegas bahwa kita sedang berada di era percepatan transformasi digital,” kata Samuel, Rabu (27/7).
Meski begitu, masifnya pengguna internet di Indonesia menurut dia membawa berbagai resiko seperti penipuan online, hoax, cyber bullying, dan konten-konten negatif lainnya.
Kementerian Kominfo mengemban mandat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai garda terdepan dalam memimpin upaya percepatan transformasi digital bangsa Indonesia.
“Dalam mencapai visi dan misi tersebut Kementerian Kominfo memiliki peran sebagai regulator, fasilitator, dan akselerator di bidang digital di Indonesia,” kata dia.
Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM digital, Kementerian Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Siber Kreasi serta mitra dan jejaringnya, hadir untuk memberikan pelatihan literasi digital yang menjadi kemampuan digital tingkat dasar bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
“Berbagai pelatihan literasi digital yang kami berikan berbasis empat pilar utama yaitu, kecakapan digital, budaya digital, etika digital dan keamanan digital,” tutur Samuel.
Hingga tahun 2021 lalu program literasi digital ini telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat di 515 kota, pada 34 provinsi diseluruh Indonesia.
Peningkatan literasi digital masyarakat adalah pekerjaan besar oleh karena itu, kami tidak bisa bekerja sendiri diperlukan kolaborasi yang baik agar tidak ada masyarakat yang tertinggal dalam proses percepatan digital ini,” jelasnya.
Sementara menurut Hillary, di era digital semua dapat dengan mudah viral dan berperan aktif, serta dapat meraup cuan dengan berbagai konten atau platform media sosial seperti Youtube, Facebook, Twitter dan lainnya.
“Dalam hal ini UMKM menjadi suatu hal yang menarik bagi kalangan masyarakat dan memang dengan UMKM dapat menjadi suatu pendorong ekonomi yang memiliki peran yang luar biasa. Dengan adanya platform digital UMKM dapat berjalan dengan pesat,” ungkap Hillary.
Ini terjadi, kata dia, karena dengan menggunakan platform digital maka segala bentuk produk akan dengan cepat terpublikasi dan tersebar dalam pasar yang lebih luas.
Ia mengharapkan para pelaku UMKM agar lebih kreatif serta update apa yang saat ini menjadi viral, dan dapat mengambil kesempatan untuk mendulang cuan dengan tidak keluar dari norma-norma.
“Contohnya seperti kejadian viral dalam beberapa hari ini, Citayam Fashion Week,” tandasnya.
Citayam Fashion Week sendiri bukanlah sebutan untuk panggung peragaan busana resmi. Tapi merupakan sekumpulan remaja yang berkumpul di area sekitar Dukuh Atas, Sudirman tiap minggu.
Mereka mengenakan berbagai outfit atau pakaian kekinian. Fenomena Citayam Fashion Week sudah dimulai sejak awal tahun 2022.
“Fenomena viral ini bisa saja dibuat untuk cuan bagi para pelaku UMKM dengan membuat tim kreatif yang dapat menunjang UMKM tersebut,” kata Hillary.
Chepy Aprianto dalam pemaparannya menyampaikan, cara pandang konvensional menjadi super-digital, serta perilaku budaya kita, menjadi lumbung menghadapi perubahan yang begitu sangat cepat.
Pemerintah sendiri, kata dia berkomitmen untuk terus menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan ekonomi digital di Indonesia.
“Berbagai potensi yang dimiliki Indonesia dapat memperkuat peluang akselerasi perkembangan ekonomi digital. Dalam bermedia sosial masyarakat Indonesia seringkali berinteraksi melalui media digital seperti halnya berapa kali masyarakat membuka media sosial, apakah masyarakat membaca media massa, cetak dan berapa persen masyarakat membukanya,” ujarnya.
Pada 2018, kata dia jumlah pengguna internet di Indonesia sekitar 39.8 persen dari jumlah penduduk. Sementara tahun 2019 sekitar 47,7 persen.
Perbedaan perilaku yang dimiliki semuanya, kata dia merujuk pada penggunaan media dan internet, generasi X paling familiar dengan media konvensional seperti televisi, radio dan lainnya. Generasi Y perkembangan internet dan smartphone semakin maju dan digunakan.
“Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya (users) bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual,” jelasnya.
Sementara Andreas Kapian dan Michael Haenlein mengatakan, media sosial merupakan kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0. Serta, memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.
Sulton Mu’minah menyampaikan, keterlibatan individu terhadap psikologi massa melibatkan berbagai komponen. “Di antaranya memberi pengaruh (influence), mempunyai kekuasaan (power), mempunyai wewenang (authority) dan mempunyai kekuatan (force),” tandasnya. ■
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID