DigiBerita.com | Bahasa Indonesia
22 December 2024

Digiberita.com

Berita Startup dan Ekonomi Digital

Laporan Wartawan Foto Sophan Wahyudi TKH Dan Pusat Kesehatan Haji Minta Jemaah Cek Kesehatan Sebelum Jalani Aktivitas –

4 min read

Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKH) menyambut baik rencana Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana yang akan membuat kebijakan jemaah haji yang akan mengikuti program di luar rukun dan wajib haji perlu ada rekomendasi dari dokter kelompok terbang (kloter).

Menurut Budi kebijakan tersebut dapat mengurangi aktivitas berlebih pada jamaah haji.

“Saya setuju sekali dengan rencana Pusat Kesehatan Haji untuk merekomendasikan jemaah ke dokter kelompok terbang,” ujar dokter kloter BTH 12 Lisa Susanti di KKHI Makkah, Jumat (22/7).

Lisa mengatakan, banyak jamaah haji pasca melaksanakan kegiatan di luar rukun dan wajib haji seperti umroh sunnah dan berziarah ke tempat-tempat bersejarah di Makkah maupun Madinah jatuh sakit.

Untuk itu penting ada suatu kebijakan yang membatasi mobilitas jemaah terutama untuk yang risti. “Karena banyak yang tumbang. Jemaah ada yang melakukan umroh enam sampai tujuh kali,” ujarnya.

Lebih lanjut Lisa mengatakan, setelah jemaah haji banyak melakukan aktivitas berlebihan, jemaah mengeluh berbagai macam penyakit. Untuk mengurangi keluhannya tim kesehatan di kloter langsung mengobatinya.

“Jemaah ada yang langsung batuk pilek, kemudian ikut lagi kegiatan, tiga hari kemudian dengan keluhan yang sama sampai kita infus karena demam tinggi. Ikut lagi umroh, kita pasang infus lagi,” ujarnya.

 

Lisa mengatakan, KBIH sudah memiliki program yang harus diikuti setiap jamaah haji. Kegiatan di luar rukun dan wajib haji ini tidak pernah dikomunikasikan dengan tim kesehatan di kloter.

“Jadi masing-masing sudah program dan tidak ada komunikasi dengan petugas kesehatan, jadi ada yang 6-7 kali umroh sunnah setelah Armuzna,” ujarnya.

Hal sama juga disampaikan dokter kloter JKG 29, Ira Susanti. Dia mengaku setuju jika ada kebijakan yang mengatur mobilitas jamaah haji terutama yang memiliki risiko tinggi (risti).

“Saya setuju dengan program ini. Karena beberapa jemaah dari KBIH risti,” ujarnya.

Ira mengatakan, jemaah haji termasuk yang risiti juga susah diberikan saran agar tidak melakukan aktivitas berlebih. Karena mereka semua taat kepada KBIH dalam masalah program ibadah dan begitu juga dengan ziarah ke tempat-tempat bersejarah.

“KBIH punya aturan sendiri, kadang suka tidak sinkron dengan aturan dari kesehatan,” ujarnya.

Ira mencontohkan, saat di Mina, tim kesehatan di kloter sesuai arahan dari Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana agar jemaah melakukan ibadah lempar Jumroh pada sore atau malam hari.

Namun KBIH mengajak jamaahnya melakukannya pada siang hari saat cuaca panas sekali. “Misalnya kemarin kita sarankan melempar Jumroh itu sore atau malam, dia ambil yang siang mengejar afdalnya,” ujarnya.

Padahal, menurut Ira, pihaknya sudah memberikan edukasi agar jemaah tidak melempar Jumroh pada siang hari karena dapat menguras energinya.

“Karena tidak mau mendengar saran kesehatan akhirnya ada satu jemaah yang tumbang karena heat stroke,” ujar Ira.

Ira mengatakan Tenaga Kesehatan Haji terus memberikan penjelasan pada jemaah haji untuk terus menjaga kesehatannya dan mengikuti peraturan yang ditetapkan Pusat Kesehatan Haji. ■
]]> , Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKH) menyambut baik rencana Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana yang akan membuat kebijakan jemaah haji yang akan mengikuti program di luar rukun dan wajib haji perlu ada rekomendasi dari dokter kelompok terbang (kloter).

Menurut Budi kebijakan tersebut dapat mengurangi aktivitas berlebih pada jamaah haji.

“Saya setuju sekali dengan rencana Pusat Kesehatan Haji untuk merekomendasikan jemaah ke dokter kelompok terbang,” ujar dokter kloter BTH 12 Lisa Susanti di KKHI Makkah, Jumat (22/7).

Lisa mengatakan, banyak jamaah haji pasca melaksanakan kegiatan di luar rukun dan wajib haji seperti umroh sunnah dan berziarah ke tempat-tempat bersejarah di Makkah maupun Madinah jatuh sakit.

Untuk itu penting ada suatu kebijakan yang membatasi mobilitas jemaah terutama untuk yang risti. “Karena banyak yang tumbang. Jemaah ada yang melakukan umroh enam sampai tujuh kali,” ujarnya.

Lebih lanjut Lisa mengatakan, setelah jemaah haji banyak melakukan aktivitas berlebihan, jemaah mengeluh berbagai macam penyakit. Untuk mengurangi keluhannya tim kesehatan di kloter langsung mengobatinya.

“Jemaah ada yang langsung batuk pilek, kemudian ikut lagi kegiatan, tiga hari kemudian dengan keluhan yang sama sampai kita infus karena demam tinggi. Ikut lagi umroh, kita pasang infus lagi,” ujarnya.

 

Lisa mengatakan, KBIH sudah memiliki program yang harus diikuti setiap jamaah haji. Kegiatan di luar rukun dan wajib haji ini tidak pernah dikomunikasikan dengan tim kesehatan di kloter.

“Jadi masing-masing sudah program dan tidak ada komunikasi dengan petugas kesehatan, jadi ada yang 6-7 kali umroh sunnah setelah Armuzna,” ujarnya.

Hal sama juga disampaikan dokter kloter JKG 29, Ira Susanti. Dia mengaku setuju jika ada kebijakan yang mengatur mobilitas jamaah haji terutama yang memiliki risiko tinggi (risti).

“Saya setuju dengan program ini. Karena beberapa jemaah dari KBIH risti,” ujarnya.

Ira mengatakan, jemaah haji termasuk yang risiti juga susah diberikan saran agar tidak melakukan aktivitas berlebih. Karena mereka semua taat kepada KBIH dalam masalah program ibadah dan begitu juga dengan ziarah ke tempat-tempat bersejarah.

“KBIH punya aturan sendiri, kadang suka tidak sinkron dengan aturan dari kesehatan,” ujarnya.

Ira mencontohkan, saat di Mina, tim kesehatan di kloter sesuai arahan dari Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana agar jemaah melakukan ibadah lempar Jumroh pada sore atau malam hari.

Namun KBIH mengajak jamaahnya melakukannya pada siang hari saat cuaca panas sekali. “Misalnya kemarin kita sarankan melempar Jumroh itu sore atau malam, dia ambil yang siang mengejar afdalnya,” ujarnya.

Padahal, menurut Ira, pihaknya sudah memberikan edukasi agar jemaah tidak melempar Jumroh pada siang hari karena dapat menguras energinya.

“Karena tidak mau mendengar saran kesehatan akhirnya ada satu jemaah yang tumbang karena heat stroke,” ujar Ira.

Ira mengatakan Tenaga Kesehatan Haji terus memberikan penjelasan pada jemaah haji untuk terus menjaga kesehatannya dan mengikuti peraturan yang ditetapkan Pusat Kesehatan Haji. ■

]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2020 - 2024. PT Juan Global. All rights reserved. DigiBerita.com. |